Ridwan Lahiya dan Rocky Oroh
Bitung – Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (K-SBSI) wilayah Bitung–Sulawesi Utara menyebut Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Bitung, Ridwan Lahiya-Max Purukan kurang beruntung.
Pasalnya, tantangan yang diajukan Lahiya untuk ikut menandatangani kontrak sosial yang digagas empat K-SBSI Bitung–Sulawesi Utara tak bisa diwujudkan dengan pertimbangan profesional.
“Kontark sosial ini bermula dari enam pasang calon yang ada waktu yang lalu, dan saat itu yang memiliki naluri seperti Lahiya dan Purukan hanya pasangan Hengky Honandar-Fabian Kaloh. Dan tentunya kami telah berkomitmen untuk mengawal mereka sampai mereka terpilih,” kata perwakilan Fkui, Robby Supit, Minggu (25/10/2015).
Hal senada juga disampaikan Rusdyanto Makahinda dari Federasi Kamiparho yang memberikan apresiasi terhadap tantangan yang diajukan pasangan nomor urut tujuh ini. Namun mengingat komitmen yang sudah terjadi maka tim wajib menjalankannya secara profesional.
“Tidak mungkin kami mendukung dua calon. Tapi kami salut buat bung Lahiya yang berani, semoga tidak kecewa,” kata Makahinda.
Sementara itu Federasi Bupela dan FTA, Rocky Oroh, menganggap tantangan Lahiya hanya untuk menaikkan popularitas, namun ia bangga bisa menerima tantangan dari seorang pejuang, negarawan yang hebat serta kritis untuk isu-isu sosial dan keagamaan.
“Tawaran Lahiya kami sepakat tolak karena komitmen sudah ada. Tim juga sudah bergerak. Bung Lahiya hanya sial saja karena terganjal sengketa Pilkada. Padahal meski masih bakal calon kan sudah bisa tanda-tangan tapi ia sosok pejuang yang jadi inspirasi saya. Kami salut atas keberaniannya dalam hal komitmen ini dari pada yang lain, kami sudah mengemis-ngemis tapi tidak digubris,” kata Oroh.(abinenobm)
Ridwan Lahiya dan Rocky Oroh
Bitung – Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (K-SBSI) wilayah Bitung–Sulawesi Utara menyebut Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Bitung, Ridwan Lahiya-Max Purukan kurang beruntung.
Pasalnya, tantangan yang diajukan Lahiya untuk ikut menandatangani kontrak sosial yang digagas empat K-SBSI Bitung–Sulawesi Utara tak bisa diwujudkan dengan pertimbangan profesional.
“Kontark sosial ini bermula dari enam pasang calon yang ada waktu yang lalu, dan saat itu yang memiliki naluri seperti Lahiya dan Purukan hanya pasangan Hengky Honandar-Fabian Kaloh. Dan tentunya kami telah berkomitmen untuk mengawal mereka sampai mereka terpilih,” kata perwakilan Fkui, Robby Supit, Minggu (25/10/2015).
Hal senada juga disampaikan Rusdyanto Makahinda dari Federasi Kamiparho yang memberikan apresiasi terhadap tantangan yang diajukan pasangan nomor urut tujuh ini. Namun mengingat komitmen yang sudah terjadi maka tim wajib menjalankannya secara profesional.
“Tidak mungkin kami mendukung dua calon. Tapi kami salut buat bung Lahiya yang berani, semoga tidak kecewa,” kata Makahinda.
Sementara itu Federasi Bupela dan FTA, Rocky Oroh, menganggap tantangan Lahiya hanya untuk menaikkan popularitas, namun ia bangga bisa menerima tantangan dari seorang pejuang, negarawan yang hebat serta kritis untuk isu-isu sosial dan keagamaan.
“Tawaran Lahiya kami sepakat tolak karena komitmen sudah ada. Tim juga sudah bergerak. Bung Lahiya hanya sial saja karena terganjal sengketa Pilkada. Padahal meski masih bakal calon kan sudah bisa tanda-tangan tapi ia sosok pejuang yang jadi inspirasi saya. Kami salut atas keberaniannya dalam hal komitmen ini dari pada yang lain, kami sudah mengemis-ngemis tapi tidak digubris,” kata Oroh.(abinenobm)