MANADO – Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah mengantisipasi musim kemarau yang diperkirakan berakhir Oktober mendatang.
“Dampak dari musim kemarau ini adalah menyusutnya debit air. Meski demikian pemerintah provinsi telah mengantisipasinya. Apalagi peristiwa alam seperti ini berlangsung setiap tahun,” ujar Asisten II Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Alex Wowor, di Manado, Selasa (23/8).
Prioritas utama perhatian Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menghadapi musim kemarau ini, menurut mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulut ini, adalah sentra-sentra produksi tanaman padi.
“Kabupaten Bolaang Mongondow raya adalah sentra tanaman padi selain di Kabupaten Minahasa. Mereka memproduksi sebagian besar produksi padi yang dibutuhkan Sulawesi Utara,” terangnya.
Menurutnya, bendungan, irigasi serta sumur bos akan difungsikan di sentra-sentra tanaman padi tersebut. Bila tidak dimaksimalkan, dia memprediksi produksi padi akan menurun drastis.
“Jadi kita coba pertahankan. Minimal kalau produksinya turun tidak drastis dan merugikan petani. Dampak yang paling bisa dirasakan adalah kita harus menambah stok dari luar daerah,” kata Wowor.
Di musim kemarau ini Wowor berharap petani berhemat dan menyimpan stok beras di lumbung-lumbung padi. Menurutnya, dampak kemarau ini dapat mengguncang ekonomi petani.
“Dari sisi pendapatan pasti menurun. Begitupun dengan produksinya. Karena itu petani harus berhemat, jangan boros. Pasti ada kearifan-kearifan yang dilakukan,” harapnya.(bos)