Bitung – Ivent Energy Workshop Meeting (EWG) ke-54 yang dislenggaran Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Welington New Zealand, ikut juga dihadiri Khouni Lomban Rawung.
Khouni menjelaskan, kehadiran dirinya dalam iven itu tak lepas dari jabatannya sebagai Kepala Sekolah Lingkungan Kota Bitung dan penggiat lingkungan.
“Apalagi EWG 54 ini bervisi misi tentang lingkungan dan saya sangat bersyukur, bangga bisa hadir mendengar dan ikut ambil bagian dengan para penggiat lingkungan lain dari berbagai negara,” kata Khouni kepada beritamanado.com, Rabu (22/11/2017).
Khouni menjelaskan, beberapa tahun belakangan ini, APEC tak hanya fokus soal masalah penguatan ekonomi negara Asia tapi lebih ke masalah lingkungan seperti perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pangan dan melahirkan krisis pangan ke seluruh dunia.
“Dengan demikian, semangat dari negara APEC untuk meningkatkan produksi dan menjaga lingkungan dalam menjaga ketahanan pangan harus dilakukan karena masalah ini menjadi sangat krusial untuk dibicarakan bersama,” katanya.
Climate change kata dia, sudah menjadi isu kuat dan benar-benar menjadi perhatian bersama para anggota APEC dengan terus berupaya mencari terobosan mencegah kerusakan lingkungann
“Semua sadar dampak dari kerusakan lingkungan, bahayanya ketahanan pangan ini kita tidak pernah perkirakan sebelumnya. Kalau negara terkena krisis pangan ini ternyata tidak gampang dan bersyukur pencegahan itu sudah mulai kita galakkan di Kota Bitung lewat Sekolah Lingkungan,” katanya.
(abinenobm)
Bitung – Ivent Energy Workshop Meeting (EWG) ke-54 yang dislenggaran Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Welington New Zealand, ikut juga dihadiri Khouni Lomban Rawung.
Khouni menjelaskan, kehadiran dirinya dalam iven itu tak lepas dari jabatannya sebagai Kepala Sekolah Lingkungan Kota Bitung dan penggiat lingkungan.
“Apalagi EWG 54 ini bervisi misi tentang lingkungan dan saya sangat bersyukur, bangga bisa hadir mendengar dan ikut ambil bagian dengan para penggiat lingkungan lain dari berbagai negara,” kata Khouni kepada beritamanado.com, Rabu (22/11/2017).
Khouni menjelaskan, beberapa tahun belakangan ini, APEC tak hanya fokus soal masalah penguatan ekonomi negara Asia tapi lebih ke masalah lingkungan seperti perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pangan dan melahirkan krisis pangan ke seluruh dunia.
“Dengan demikian, semangat dari negara APEC untuk meningkatkan produksi dan menjaga lingkungan dalam menjaga ketahanan pangan harus dilakukan karena masalah ini menjadi sangat krusial untuk dibicarakan bersama,” katanya.
Climate change kata dia, sudah menjadi isu kuat dan benar-benar menjadi perhatian bersama para anggota APEC dengan terus berupaya mencari terobosan mencegah kerusakan lingkungann
“Semua sadar dampak dari kerusakan lingkungan, bahayanya ketahanan pangan ini kita tidak pernah perkirakan sebelumnya. Kalau negara terkena krisis pangan ini ternyata tidak gampang dan bersyukur pencegahan itu sudah mulai kita galakkan di Kota Bitung lewat Sekolah Lingkungan,” katanya.
(abinenobm)