Langowan, BeritaManado.com — Kompleks Gereja GMIM Anugerah Amongena dihiasi dengan ornamen Imlek dengan dominasi warna merah kombinasi kuning keemasan.
Pemandangan malam hari di gereja yang dahulunya menjadi tempat berhimpun etnis Tionghoa Langowan ini tak jauh berbeda dengan suasana tempat ibadah umat Tri Dharma di Klenteng-klenteng.
Dari kejauhan sudah terlihat dan terasa suasana Tahun Baru Imlek, meski sejak awal Pandemi COVID-19 dua tahun silam, tidak ada acara berlebihan selain ibadah syukur di internal jemaat.
Robby Ciuyanto kepada BeritaManado.com, Sabtu (29/1/2022) menjelaskan secara singkat bahwa, tradisi perayaan Tahun Baru Imlek di Jemaat GMIM Anigerah Amongena ini sudah sejak pertama kali diakui Pemerintah Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Gus Dur tahun 2003 silam.
“Jadi sampai dengan tahun 2022 ini, sudah 19 tahun kami merayakan Tahun Baru Imlek dalam konteks budaya bernuansa religius,” ujar Robby yang pernah dua periode menjabat sebagai bendahara jemaat.
Ditambahkannya, jauh sebelum Tahun Baru Imlek itu diakui secara resmi oleh pemerintah, di Jemaat GMIM Anugerah Amongena ini ada cukup banyak etnis Tionghoa yang telah berhimpun.
“Singkat cerita, dalam perjalanan sejarah perkembangannya, persekutuan jemaat mulai terbentuk pada 1949 silam (73 tahun). Tahun tersebut adalah penetapan GMIM Anugerah Amongena sebagai persekutuan jemaat yang definitif,” ungkap Robby.
Sementara itu, pada bagian lain, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Minahasa Denni Kalangi mengatakan bahwa nanti pada Selasa (1/2/2022) akan dilaksanakan ibadah syukur yang bernuansa Imlek.
“Sebagai Anggota DPRD Kabupaten Minahasa, menurut saya ini merupakan sesuatu yang sangat positif untuk terus dijaga dan dilestarikan. Semoga momentum yang akan dirayakan nanti dapat menjadi inspirasi untuk memelihara persaudaraan dan perdamaian,” harap Kalangi.
(Frangki Wullur)