Manado, BeritaManado.com – Patung atau monumen biasanya dibangun untuk mengenang seseorang yang pernah berjasa bagi negara ataupun lingkungannya.
Di Kota Manado, Sulawesi Utara, tepatnya di Jalan Wolter Monginsidi, dua patung pahlawan nasional berdiri tegak dibalut dengan warna hijau muda khas seragam tentara Indonesia.
Kedua patung ini adalah patung Pahlawan Nasional berdarah Minahasa yaitu Wolter Monginsidi dan Piere Tendean.
Kedua patung ini berada dalam sebuah taman yang diapit oleh Jalan Bethesda dan Jalan Pierre Tendean.
Berdirinya patung ini mengingatkan para pemuda, bahwa di masa-masa dahulu ada tokoh Sulawesi Utara yang membantu Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keutuhan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila dalam pemberontakan PKI di tahun 1965.
“Bagi kami tempat ini bagus agar anak muda saat ini jangan melupakan sejarah bangsa. Sambil belajar sejarah, kita juga bisa menikmati bunga-bunga di taman sehingga suasana lebih santai,” ujar Stevi, salah satu pengunjung yang ditemui, Senin (4/11/2019).
Sejarah mencatat, nama Robert Wolter Monginsidi kelahiran Malayang, tahun 1925, merupakan pencetus gerakan Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS).
Wolter Monginsidi berjuang melawan penjajah Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Dan pada akhirnya dihukum tembak mati pada 5 September 1949 di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, pada usia 24 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar.
Sementara itu, Pierre Tendean merupakan ajudan Jendral Abdul Harris Nasution yang menjabat sebagai Menko Hankam/Kepala Staf ABRI pada jaman Presiden Soekarno.
Pierre Tendean pun ditembak mati dan jasadnya dimasukkan ke dalam lubang yang terkenal dengan sebutan Lubang Buaya.
Meninggal dalam unur 26 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Pembangunan monumen ini dilakukan pada tahun 1986 oleh Tri Sutrisno yang menjabat Kepala staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan darat pada saat itu.
Bentuk taman dengan relief yang terletak di bagian belakang menceritakan perjuangan Wolter Monginsidi dan Pierre Tendean menjadi pelengkap bagaimana pemerintah mengenang jasa Pahlawan Nasional kita ini.
Tempat ini juga tidak dipungut biaya masuk, alias gratis.
(Melvian Wurara)