Bitung, BeritaManado.com – Persoalan lingkungan menjadi salah satu topik di Debat Publik Pasangan calon (Paslon) wali kota dan wakil wali kota yang digelar KPU Kota Bitung, Sabtu (21/11/2020) malam.
Debat itu diikuti tiga Paslon yakni Paslon nomor urut 1 Max Lomban-Martin Tumbelaka, Paslon nomor urut 2 Victorine Lengkong-Gunawan Pontoh dan Paslon nomor urut 3 Maurits Mantiri-Hengky Honandar.
Dari pantauan, debat yang digelar di salah satu hotel di Kecamatan Maesa itu, paling sedikitnya ada dua kali pembahasan persoalan lingkungan di Kota Bitung. Yakni persoalan mata air Aerujang akibat pembangunan tol Manado-Bitung serta ancaman krisis air bersih.
Kendati tak dibahas spesifik, salah satu permerhati lingkungan, Saldy Sarendeng menyampaikan apresiasi kepada KPU Kota Bitung dan ketiga Paslon yang mengangkat persoalan lingkungan di debat publik.
Namun sayangnya kata aktivis Aliansi Peduli Mata Air Aerujang ini, apa yang disampaikan ketiga Paslon soal upaya menjaga lingkungan tidak sejalan dengan praktek di lapangan.
“Ketiganya sepakat untuk menjadikan penyelamatan lingkungan adalah hal utama dan sangat fasih. Tapi anehnya mereka tetap memaku bendera dan baliho di pohon perindang, ini yang memilukan,” kata Saldy, Minggu (22/11/2020).
Saldy mengatakan, dalam debat ketiga Paslon begitu wah dan terkesan sangat pro terhadap upaya penyelamatan lingkungan, tapi tidak peduli dengan kondisi pohon perindang yang selama ini menjadi penyuplai udara bersih di sepanjang jalan Kota Bitung.
“Katanya penyelamatan lingkungan adalah hal yang utama, tapi tetap hobi memaku pohon perindang. Tak perlu bicara pro lingkungan jika masih membiarkan pohon perindang dipaku, itu bullshit namanya,” katanya.
Soal penyelamatan mata air Aerujang, Saldy mengaku pesimis ketiga Palson akan peduli karena tolak ukuranya adalah kepedulian terhadap aksi pengrusakan pohon perindang yang hanya dibiarkan hingga kini.
“Pohon perindang saja mereka tidak peduli apalagi mata air Aerujang,” katanya.
(abinenobm)