Bulan Juni adalah bulan istimewa bagi bangsa Indonesia karena pada bulan Juni lahir 4 putra bangsa yang tercatat sebagai Presiden RI.
Mulai dari Presiden Soekarno yang lahir pada tanggal 6 Juni 1901, Presiden Soeharto pada tanggal 8 Juni 1921, Presiden Habibie pada tanggal 25 Juni 1936 dan terakhir Presiden Jokowi pada tanggal 21 Juni 1961.
Tanggal kelahiran Soekarno dan Soeharto masuk Zodiak tropical bernama GEMINI, sedang Habibie dan Jokowi bernama CANCER.
Soekarno
Presiden Soekarno (selanjutnya disebut Bung Karno) adalah Presiden yang sangat populer dari semua Presiden di-Indonesia.
Bung Karno Karno telah mewariskan Pancasila yang telah menjadi Dasar, Falsafah dan Ideologi Negara yang telah dicantumkan dalam UUD Negara R.I. tahun 1945 dan akan berlangsung sepanjang masa.
Demikian pula NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, Merah Putih dan semboyan serta symbol lainnya sebagai pemersatu bangsa.
Politik luar negeri yang bebas-aktif sebagai sikap politik Presiden Soekarno yang dia perjuangkan dan pertahankan dari berbagai pengaruh asing untuk Indonesia memihak blok barat/kapitalisme atau timur/komunisme, tetap eksis sampai sekarang dan dilaksanakan oleh para Presiden berikutnya.
Juga penginggalan Bung Karno yang menjadi kebanggaan bangsa seperti Mesjid Istiglal, Monumen Nasional (Monas), Stadion Utama Bung Karno, dan lain-lain.
Kepemimpinan dan kehebatan Bung Karno, bukan hanya tergores dalam sanubari rakyat Indonesia, tetapi juga diakui dan dihargai oleh dunia Internasional.
Pengakuan itu al pemberian gelar DR HONORIS CAUSA dari 19 Perguruan Tinggi dari berbagai negara dalam berbagai bidang ilmu.
Juga ada negara-negara yang menghargai dan menghormati Bung Karno karena jasanya dalam membangun persahabatan dan kerjasama yang erat, antara lain:
- Maroko dengan memberi nama jalan SOEKARNO RUE (Jln. Soekarno) dikota Rabat;
- Ahmed Sokarno Street (Jln. Soekarno) di Kairo, Mesir;
- Cuba dengan perangko Soekarno;
- Blue Mosque di St. Petersburg, Rusia;
- Patung Soekarno di Aljir, Aljazair;
- Soekarno Parque(Taman Soekarno) di Mexico City, Meksiko;
- Di Pakistan ada 2 nama Soekarno yaitu Soekarnoe Square di Khyber dan Soekarno Bazar di Gunj Lahore.
Demikian juga keberhasilan merebut Irian Barat dari penjajahan Belanda, serta prestasi-prestasi lain yang tak bias disebut semuanya.
Berakhir tragis
Namun berbagai jasa dan kehebatan Presiden Soekarno tersebut diatas, berakhir tragis di akhir kepemimpinannya.
Setelah Jenderal Soeharto ditetapkan MPRS sebagai Pejabat Presiden RI tgl 12 Maret 1967 menggantikan Presiden Soekarno, maka Bung Karno diusir secara halus dari Istana Negara.
Alkisah, Bung Karno keluar dari Istana hanya membawa sebungkus Koran yang ternyata berisi Bendera Pusaka.
Bung Karno diasingkan atau ada yang katakan tahanan rumah di Wisma Yaso Jl. Gatot Soebroto.
Makanan Bung Karno yang dikirim keluarga diperiksa oleh penjaga bahkan ada yang diaduk dengan bayonet sebelum tiba ditangan Bung Karno.
Dari berbagai kesaksian, kesehatan Bung Karno tidak terurus layaknya sebagai mantan Presiden.
Yang bisa jenguk hanya keluarga, itupun kadang dipersulit. Orang luar tidak diperkenankan.
Bahkan Bung Hatta, sebagai Wakil Presiden I RI, harus mendapat ijin langsung dari Soeharto untuk jenguk Bung Karno.
Saat Bung Hatta jenguk Bung Karno, linangan air mata Bung Hatta tidak bisa dibendung karena melihat kondisi Bung Karno saat itu.
Bung Karno dibawa ke RSPAD tgl 16 Juni 1970 karena komplikasi berbagai penyakit yang dideritanya.
Pada tanggal 21 Juni 1970, anak-anak Bung Karno dipanggil oleh Dr. Mahar Mardjono yang merawat Bung Karno, karena kondisi Bung Karno yang tanpa daya dan suara.
Saat itu Megawati membisikan kalimat Syahadat ke telinga Bung Karno, dan belum selesai diucapkan, Bung Karno mengucapkan nama sang pencipta ALLAH, seiring hembusan napasnya berakhir.
Soeharto
Bung Karno diganti Soeharto sebagai Presiden RI thn 1967.
Saat Soeharto jadi Presiden selama 32 tahun (berakhir 1999) banyak karya besar yang diukirnya bagi bangsa ini.
Mulai dari pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, lapangan udara, listrik, dll betebaran diseluruh daerah baik itu dalam bentuk peningkatan maupun pembangunan baru.
Prestasi besar juga yang diukir Soeharto ialah Indonesia pernah swa-sembada beras pada thn 1984 dan mendapat penghargaan dari FAO (FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION) lembaga PBB pada tahun 1985.
Kondisi Indonesia sangat aman dan nyaman, semua harga kebutuhan pokok dan biaya pendidikan relatif murah, lapangan pekerjaan sangat mudah, menjadikan Pancasila sebagai garis garda terdepan Pembangunan Generasi Muda dalam pendidikan Indonesia melalui Program P4, PMP dan PPKN, bidang olahraga mencapai masa keemasan.
Ada satu catatan sejarah penting yang dilakukan oleh Soeharto ialah tidak dikabulkannya tuntutan rakyat yang diwakili/disuarakan oleh Mahasiswa yaitu untuk mengadili Bung Karno.
Sikap Soeharto atas tuntutan itu ialah dengan mengatakan MIKUL DhUWUR MENDHEM JERO artinya kita harus menghormati orang tua dan menjunjung tinggi nama baik orang tua dan segala kekurangan orang tua itu tidak perlu di tonjol-tonjolkan. Apalagi ditiru.
Kekurangan itu harus kita kubur se-dalam2nya, supaya tidak kelihatan.
Namun dimasa mengakhiri jabatannya, demo mahasiswa untuk menurunkan Soeharto sebagai Presiden RI berkumandang diberbagai daerah sejak akhir 1997 sampai Soeharto dilantik sebagai Presiden RI kali ketujuh tanggal 11 Maret 1998.
Akhirnya Gerakan Reformasi memaksa Presiden Soeharto berhenti pada tgl 21 Mei 1998 yang dalam pidatonya yang diucapakan di istana Merdeka tgl 21 Mei 1998 jam 09.00 mengatakan “saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998.”
Setelah Soeharto, berhenti, tuntutan dari berbagai pihak untuk dia diadili bergema dimana-mana.
Bahkan tututan itu juga sampai pada thn 2006 dari sekelompok orang yang tergabung dalam BRANTAS (BALAI RAKYAT ANTI DAN ADILI SOEHARTO).
B. J. Habibie
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng sebagai Wakil Presiden melanjutkan kepemimpinannya sebagai Presiden setelah Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden.
Habibie menjabat Presiden dalam waktu yang singkat yaitu sejak 21 Mei 1998 dan berakhir 20 Oktober 1999.
Aslinya, Habibie seorang teknolog berkaliber dunia. Walaupun hanya menjabat dalam waktu singkat, maka ada beberapa prestasi yang diukir oleh Habibie antara lain membuka dunia pers menjadi pers bebas, tidak lagi diatur apalagi ditekan oleh Pemerintah.
Karena jasa Habibie ini, maka setelah beliau meninggal 11 September 2019, pada tanggal 16 September 2019, PERSATUAN WARTAWAN INDONESIA (PWI) menganugerahkan gelar sebagai “Bapak Kemerdekaan Pers Indonesia”.
Kemudian membebaskan para tahanan politik yaitu mereka yang kritis bahkan anti pemerintah.
Demikian pula kehidupan demokrasi, Habibie mengganti 5 paket UU masa Orde Baru dengan 3 UU bidang politik yang lebih demokratis yaitu UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.
Dengan 3 paket UU ini, maka Habibie berhasil menyelenggarakan Pemilu multi partai yang diikuti 48 parpol dengan azas langsung, umum, bebas dan rahasia.
Di bidang ekonomi, Habibie berhasil menekan nilai dolar dari USD1=Rp.16.800 menjadi USD1=7000.
Kemudian Bank Indonesia ditetapkan sebagai lembaga independen, tidak bisa diintervensi oleh siapapun termasuk Presiden.
Habibie juga berhasil menetapkan UU No. 22 thn 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana dalam UU ini diatur Pemekaran Daerah yang sudah menjadi tuntutan banyak daerah, karena saat pemerintahan orde baru pemekaran daerah adalah tabu.
Namun apapun prestasi yang diraih Habibie dan kemudian diakui banyak orang, akhir pemerintahannya juga tidak normal dan memprihatinkan.
Sebagai hasil penilaian Laporan Pertanggunganjawaban yang disampaikan Habibie pada SU MPR tanggal 14 Oktober 1999, maka dalam Sidang Pleno MPR tgl 20 Oktober 1999, MPR menyatakan menolak Laporan PertanggunganJawaban Habibie dengan suara menolak 355 anggota, menerima 322 anggota, abstain 9 anggota dan dinyatakan tidak sah 4 anggota.
Itulah nasib ketiga Presiden yang memprihatinkan, karena tentu memiliki kesalahan dan kelemahan dalam kepemimpinannya.
Joko Widodo
Saat ini Ir. Joko Widodo (Jokowi) menjabat Presiden RI periode kedua.
Sesuai penilaian berbagai pihak, prestasi yang diukir Presiden Jokowi pada periode pertama sangat mengesankan, antara lain pembangunan infra struktur tol laut, pembangunan dan perpanjangaan rel kereta api, rehabilitasi/perluasan dan pembangunan baru bandara.
LRT dan MRT yang dibangun dperkotaan, pembagian sertifikat tanah kepada rakyat meliputi jutaan, BBM satu harga diseluruh tanah air, merebut tambang dan migas dari tangan asing, membubarkan Ormas yang anti Pancasila yang keberadaannya telah meresahkan masyarakat bertahun-tahun, serta prestasi-prestasi lain yang tidak dapat disebut semuanya.
Satu catatan yang penting juga yang perlu diutarakan ialah Jokowi menerima penghargaan Asian of the Year 2019 dari Straits Times Singapura pada Kamis, 2 Desember 2019.
Dasarnya karena ketangkasan dan keseriusan Jokowi dalam menavigasi arus lintas politik dalam negeri yang rumit dan urusan internasional.
Keberhasilan Jokowi di dunia internasional ialah menempatkan Indonesia sebagai jantung ASEAN.
Jokowi membuat para pemimpin negara-negara anggota mengadopsi ASEAN OUTLOOK tentang Indo-Pasifik yang dirancang oleh Indonesia dan mempertahankan posisi netral kelompok regional ditengah meningkatnya persaingan antara Cina dan AS untuk supremasi di negara-negara wilayah tersebut.
Dalam periode kedua, program pembangunan Jokowi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan karena kondisi obyektif gangguan pandemi virus corona.
Akibat virus corona yang melanda dunia, maka ekonomi dunia termasuk Indonesia menjadi lesu dengan segala dampak yang kita rasakan saat ini.
Ditengah upaya Jokowi untuk mengatasi covid 19 dan pemulihan ekonomi, saat ini muncul berbagai beban yang menjadi ujian berat bagi Jokowi yang menjadi sorotan rakyat al pemberantasan korupsi, apalagi dengan pernyataan Menko Polhumkam Prof. Machmud M.D. yang mengatakan bahwa korupsi saat ini sudah jauh lebih gila dari jaman orde baru dan meluas.
Indonesia sudah masuk dalam perangkap kapitalisme, jauh dari pelaksanaan pasal 33 UUD Negara RI tahun 1945.
Disisi lain, maraknya berbagai pihak memunculkan Capres dan Cawapres untuk pemilu 2024, yang semuanya bisa berdampak pada dukungan pemerintahan Jokowi sampai 2024.
Juga tantangan terberat bagi Jokowi ialah adanya mafia diberbagai bidang yang didukung oleh kelompok oligarki yang dimainkan oleh sementara pelaku dalam berbagai lembaga Negara.
Kita tidak bisa juga persalahkan para mafia ini.
Mereka hidup dan berkembang karena kolaborasi dengan oknum-oknum pemerintah.
Untuk menghadapi semua tantangan ini, Jokowi jangan hanya berharap dukungan pada lembaga-lembaga resmi yang ada, karena rawan dalam kepemimpinannya apalagi dukungan dari kelompok yang bersifat taktis bukan strategis, sewaktu-waktu bisa berubah.
Di Indonesia ini orang baik jumlahnya sangat dominan, tapi bersikap diam dan pasif.
Mereka tersebar di lembaga-lembaga keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, PGI, KWI, PHDI, WALUBI.
Demikian juga di parpol, pengusaha, pers, para akademisi/intelektual, GENERASI MUDA, dll. Jika Jokowi mampu mmenggerakkan dan mempersatukan orang-orang baik ini muncul dalam permukaan, disamping dukungan TNI dan POLRI, untuk mendukung kepemimpinannya yang memihak rakyat secara terbuka, diyakini Jokowi mampu menghadapi semua tantangan tersebut.
Kita berharap Jokowi tidak akan mengalami nasib seperti Soekarno, Soeharto dan Habibie yang memprihatinkan dalam mengakhiri masa jabatannya.
Kalau itu terjadi (kita berharap tidak akan terjadi), maka untuk Presiden-presiden berikutnya menjadi trauma bagi rakyat Indonesia untuk memilih Presiden yang lahir bulan Juni, karena fakta membuktikan Presiden yang lahir bulan Juni, bukan hanya membawa berkah bagi bangsa, tapi juga petaka.
Penulis:
Markus Wauran
Wakil Ketua Dewan Pendiri HIMNI.
(***/rds)
Baca juga:
- Catatan Markus Wauran: Polemik Tentang Megawati Soekarnoputri dan BRIN
- Catatan Markus Wauran: Tantangan Olly – Steven Setelah Menang Mutlak pada Pilkada 9 Desember 2020
- Catatan Markus Wauran: Mengapa Memilih Olly Dondokambey – Steven Kandouw?
- Catatan Markus Wauran: Alm. Freddy Sualang Dimata Markus Wauran