Manado – Pasca banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Kota Manado, pada tanggal 15 Januari 2014 lalu, banyak pihak turut menyalurkan bantuan bagi para korban. Tidak ketinggalan, seluruh Calon Legislatif (Caleg) dari berbagai tingkatan DPRD kota/kabupaten/provinsi dan DPR RI turut mengambil bagian.
Hal ini turut mengundang bermacam-macam pandangan soal kehadiran Caleg seusai bencana. Apalagi dihubungkan moment menjelang pemilu 9 April 2014 mendatang.
Meskipun disebut-sebut menebar pesona untuk meraih dukungan dan perhatian masyarakat, beragam hal positif yang turut dirasakan warga korban bencana.
“Saya pikir wajar saja jika di tahun politik ini, khususnya pasca bencana, para Caleg berbondong-bondong tebar pesona. Positifnya, masyarakat terbantu dengan kegiatan pencitraan yang dikemas sebagai bentuk kepedulian sosial,” ujar Randy Nelwan, mantan aktivis mahasiswa Unsrat ini.
Lebih lanjut dikatakan Nelwan, persoalan tebar pesona dalam politik itu wajar dan kalau seorang Caleg turun dengan rasa peduli yang tinggi terhadap sesama manusia, rasa memiliki yang sama, rasa persaudaraan yang tak pernah pudar dan jiwa sosial yang tinggi maka itu persoalan point penilaian Tuhan terhadap hamba yang beramal untuk kebaikan.
Persoalan penilaian masyarakat terhadap seorang Caleg juga sah-sah saja jika dikatakan, apa yang di lakukan Caleg adalah tebar pesona dan mengambil moment pasca bencana. Dan penilaian warga itu dikaitkan aspek politik.
Tapi dikatakannya, jika warga menilai dari aspek agama maka lain pula penilaiannya terhadap Caleg. Dicontohkannya, bagaimana ketika Caleg lahir dari seorang Ustad dan Pendeta?. Persoalan penilaian secara politik terhadap mereka berdua berlaku secara universal, sebagaimana yang melekat pada kedua tokoh agama ini.
Menurut Nelwan yang turut menjadi korban banjir bandang ini, apapun yang dilakukan oleh Caleg di tengah masyarakat ditimpah musibah, patut diapresiasi. Meskipun kegiatan tersebut hanya sebagai akal-akalan Caleg meraup dukungan.
“Sebagai warga, saya salut dengan para Caleg yang turut membantu masyarakat dengan berbagai caranya masing-masing. Entah memberikan makanan dan minuman, penyediaan air bersih, kerahkan relawan, serta membersihkan pemukiman warga dengan alat berat. Hal-hal ini sangat meringankan penderitaan korban bencana,” tuturnya.
Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini pun menegaskan, kegiatan yang dilakukan para Caleg, harus dipandang sisi positifnya. Meskipun terselip kepentingan politik, namun telah membantu warga. (leriandokambey)
Manado – Pasca banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Kota Manado, pada tanggal 15 Januari 2014 lalu, banyak pihak turut menyalurkan bantuan bagi para korban. Tidak ketinggalan, seluruh Calon Legislatif (Caleg) dari berbagai tingkatan DPRD kota/kabupaten/provinsi dan DPR RI turut mengambil bagian.
Hal ini turut mengundang bermacam-macam pandangan soal kehadiran Caleg seusai bencana. Apalagi dihubungkan moment menjelang pemilu 9 April 2014 mendatang.
Meskipun disebut-sebut menebar pesona untuk meraih dukungan dan perhatian masyarakat, beragam hal positif yang turut dirasakan warga korban bencana.
“Saya pikir wajar saja jika di tahun politik ini, khususnya pasca bencana, para Caleg berbondong-bondong tebar pesona. Positifnya, masyarakat terbantu dengan kegiatan pencitraan yang dikemas sebagai bentuk kepedulian sosial,” ujar Randy Nelwan, mantan aktivis mahasiswa Unsrat ini.
Lebih lanjut dikatakan Nelwan, persoalan tebar pesona dalam politik itu wajar dan kalau seorang Caleg turun dengan rasa peduli yang tinggi terhadap sesama manusia, rasa memiliki yang sama, rasa persaudaraan yang tak pernah pudar dan jiwa sosial yang tinggi maka itu persoalan point penilaian Tuhan terhadap hamba yang beramal untuk kebaikan.
Persoalan penilaian masyarakat terhadap seorang Caleg juga sah-sah saja jika dikatakan, apa yang di lakukan Caleg adalah tebar pesona dan mengambil moment pasca bencana. Dan penilaian warga itu dikaitkan aspek politik.
Tapi dikatakannya, jika warga menilai dari aspek agama maka lain pula penilaiannya terhadap Caleg. Dicontohkannya, bagaimana ketika Caleg lahir dari seorang Ustad dan Pendeta?. Persoalan penilaian secara politik terhadap mereka berdua berlaku secara universal, sebagaimana yang melekat pada kedua tokoh agama ini.
Menurut Nelwan yang turut menjadi korban banjir bandang ini, apapun yang dilakukan oleh Caleg di tengah masyarakat ditimpah musibah, patut diapresiasi. Meskipun kegiatan tersebut hanya sebagai akal-akalan Caleg meraup dukungan.
“Sebagai warga, saya salut dengan para Caleg yang turut membantu masyarakat dengan berbagai caranya masing-masing. Entah memberikan makanan dan minuman, penyediaan air bersih, kerahkan relawan, serta membersihkan pemukiman warga dengan alat berat. Hal-hal ini sangat meringankan penderitaan korban bencana,” tuturnya.
Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini pun menegaskan, kegiatan yang dilakukan para Caleg, harus dipandang sisi positifnya. Meskipun terselip kepentingan politik, namun telah membantu warga. (leriandokambey)