Manado, BeritaManado.com – Polemik mengenai pemindahan ibu kota ke IKN, Kalimantan Timur, hingga kini masih menjadi sorotan publik.
Sejumlah warganet di media sosial X menilai jika proyek tersebut terancam gagal, terlebih setelah munculnya pernyataan dari Presiden Jokowi bahwa keputusan pemindahan IKN sepenuhnya berasal dari rakyat.
Dilansir dari Suara.com jaringan BeritaManado.com, baru-baru ini, beredar video yang merekam penampakan bagian belakang Istana Negara di IKN. Istana berbentuk burung Garuda tersebut sebelumnya tampak megah jika dilihat dari depan.
Namun dalam video yang beredar, bagian belakang istana justru tampak tak terawat. Video itu dibagikan ulang oleh akun X @NenkMonica pada Jumat (27/9/2024).
Dalam rekaman singkat tersebut, terlihat banyak gundukan pasir di pinggir jalan yang membuat suasana menjadi kurang tertata. Selain itu, beberapa batang pohon tampak tertanam dalam undakan di belakang istana.
Penampakan belakang Istana Negara IKN ini menimbulkan asumsi warganet menjadi alasan mengapa Jokowi enggan berkantor di IKN.
Sebagaimana diketahui, Jokowi dikabarkan akan berkantor di IKN selama 40 hari, mulai dari 10 September hingga 19 Oktober 2024. Namun rupanya, Jokowi tidak berkantor di IKN selama 40 hari penuh.
“Pantesan Mulyono nggak betah di IKN,” cuit pemilik akun.
Unggahan yang telah disukai sebanyak lebih dari 3.000 kali oleh sesama pengguna X itu menuai beragam komentar.
“Mungkin nggak betah karena bayangannya bulan Agustus IKN udah jadi, lengkap, dan bersih, makanya doi nggak mood,” tulis akun @sain*******
“Yang bagus cuma bagian depannya aja kah? Untuk kebutuhan kamera?” komentar @hadi*******
“Itu rancangannya gimana sih, masa di belakang istana ada jalan raya? Mestinya di sekeliling istana kan daerah laang, banyak taman-tamannya. Lha ini kayak istana gusuran gitu. Ini siapa sih arsitek istananya? Kagak ada bagus-bagusnya,” tambah @suki********
“Aura mangkraknya sangat kuat,” sahut @ayu********
“Hutan Kalimantan dirusak, hanya untuk sesuatu yang nggak jelas begini,” timpal @mama********
(Jhonli Kaletuang)