Menurut berbagai berita pers, Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi pada Kamis 30 Juni 2022 di Istana Kremlin, Moskow, disamping menawarkan investasi Rusia di ibu kota baru (IKN), terutama di sektor pengembangan infrastruktur transportasi dan logistik, Putin juga mengungkapkan minatnya untuk mengembangkan industri tenaga nuklir di Indonesia.
Rosatom State Corporation disebut juga bersedia mengambil bagian dalam proyek bersama, termasuk proyek yang terkait dengan penggunaan non-energi teknologi nuklir, misalnya, bidang kedokteran dan pertanian.
Disisi lain Presiden Putin juga mengatakan bahwa “Hubungan Rusia-RI bersifat konstruktif, dan saling menguntungkan, dan terus berkembang atas dasar tradisi persahabatan dan bantuan timbal balik yang telah berlangsung lama”.
Jika kita menarik sejarah ke belakang, maka apa yang dikatakan Presiden Putin adalah benar karena saat Presiden Soekarno berkuasa hubungan antara Indonesia dan Uni Sovjet (saat itu) dibawah pemerintahan Perdana Menteri Nikita Sergeyevich Khrushchev terjalin baik.
Sentuhan pembangunan hasil kerjasama dengan Uni Sovjet pada waktu itu dalam bentuk semangat perjuangan, ide, tenaga (ahli/konsultan), dana, dll, masih terlihat sampai sekarang ini seperti berbagai patung yaitu Tugu Tani, Patung Pancoran, Patung Pemuda, Monumen Nasional, Rumah Sakit Persahabatan, Stadion Gelora Bung Karno, KRI Irian 201, armada jet tempur, dll.
Bahkan kerjasama Indonesia-Uni Sovjet itu juga berkembang pada bidang nuklir.
Dalam pertemuan tersebut juga, satu hal menarik yang dikemukakan Presiden Putin ialah mengingatkan Indonesia bahwa Rusia, yang saat itu Uni Soviet, membantu Indonesia membangun kenegaraan dan memperkuat posisi RI di awal berdiri di kancah internasional.
Apa yang dikatakan Putin itu memang benar. Dalam dokumen tahun 2011 dari Kedutaan Besar RI di-Moskow, Federasi Rusia, dijelaskan sebagai berikut:
“Uni Soviet merupakan salah satu negara yang menyambut baik lahirnya Indonesia sebagai negara merdeka dan Uni Soviet mengecam segala bentuk kolonialisme. Tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan RI mengharapkan dukungan dan bantuan dari Uni Soviet. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Uni Soviet berkali-kali mengangkat masalah Indonesia dan menuntut PBB untuk menghentikan agresi militer Belanda, serta menghimbau dunia internasional untuk mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka.
Empat hari setelah mulai bekerjanya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), di London pada tanggal 21 Januari 1946, Delegasi Uni Sovet yang merupakan utusan dari Soviet Ukraina, Dmitry Manuilsky dalam pertemuan DK PBB mengangkat masalah mengenai keadaan di Indonesia dan mengecam Agresi Militer Belanda yang dianggap mengancam perdamaian dan keamanan, serta menghimbau DK PBB melakukan langkah-langkah untuk menghentikan agresi tersebut. Selain itu, Uni Soviet membela Indonesia dalam pertemuan-pertemuan di organisasi PBB serta organisasi internasional lainnya.
Misalnya, pada tahun 1947-1948 dalam sidang ECOSOC (Economic and Social Council-lembaga PBB), diajukan sejumlah usulan untuk diakuinya kedaulatan Indonesia dan dalam konferensi Delhi, Januari 1949 Uni Soviet mengecam Agresi Militer terhadap Indonesia dan menghimbau dunia internasional untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dukungan Uni Soviet tersebut disambut gembira oleh bangsa Indonesia dan berbagai ungkapan rasa terima kasih tercermin dari surat atau pidato-pidato yang disampaikan antara lain oleh Ali Sastroamidjojo, Djuanda, Sartono, Wilopo dan Adam Malik kepada utusan Uni Soviet di PBB, seperti A.A. Gromyko, D.Z. Manuilsky, dan V. Zorin”.
Tawaran kerjasama nuklir oleh Presiden Putin, juga sudah dirintis oleh Presiden Soekarno
Dikutip dari 30 Tahun Indonesia Merdeka (1977), pada 16 Januari 1965, Presiden Soekarno meresmikan Pusat Penelitian Nuklir dengan menggunakan reaktor IRI-2000 dari Uni Soviet di Serpong, Tangerang (Kompas.com tgl 16/02/2020). Namun proyek ini tidak berlanjut setelah Presiden Soekarno diganti oleh Presiden Soeharto. Perkembangan selanjutnya, komponen-komponen proyek tersebut sebagian dipindahkan ke Bandung dan sebagian dibawa ke Yogyakarta.
Komponen yang dibawa ke Yogyakarta ini kemudian direkayasa oleh ahli-ahli nuklir asal Indonesia (tanpa tenaga asing) dilengkapi dengan komponen produk Indonesia, menjadi Reaktor Kartini yang berfungsi untuk penelitian, Reaktor Kartini hasil rekayasa putra Indonesia ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Maret 1979.
Reaktor ini disebut Reaktor KARTINI. Kata KARTINI ini sebagai singkatan dari KARYA TEHNISI INDONESIA.
Projek Manager pembangunan reaktor ini adalah Alm. Iyos Subki M.Sc. dibantu oleh tenaga-tenaga muda ahli nuklir Indonesia waktu itu seperti. Soekarno Sujudi, Bakri Arbie, Adi Wardojo, Agus Salim, Alm. Mursid Djokolelono, dll, dimana tenaga-tenaga ahli tersebut (semuanya sudah pensiun), pernah menduduki jabatan-jabatan strategis di BATAN (yang sekarang sudah dilebur di BRIN-Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Atas dasar hal-hal tersebut diatas, maka tawaran Putin untuk memanfaatkan teknologi nuklir dalam bentuk PLTN guna penyediaan energi listrik bagi pembangunan nasional ada benang merahnya, sehingga perlu ditanggapi positif.
PLTN cocok dibangun di Kalimantan Timur
Disadari dan diakui bersama, pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai sesuai rencana, jika tidak diikuti dengan pertumbuhan energi yang seimbang bahkan harus lebih tinggi prosentasinya dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi.
Dengan hanya mengandalkan energi terbarukan, tidak mungkin tingkat pertumbuhan energi melampaui pertumbuhan ekonomi. Karena itu alternatifnya PLTN harus segera hadir di Indonesia untuk saling mendukung dengan energi terbarukan. Kehadiran PLTN di Indonesia yang memiliki kapasitas besar, bukan saingan bagi energi fosil maupun energi terbarukan, melainkan saling mendukung dan membutuhkan (simbiosis mutualis).
Pembangunan PLTN sebagai energi hijau/ramah lingkungan sudah sangat mendesak dan harus berada diprioritas tinggi karena akan mengganti peran energi fosil (batubara, minyak, gas) yang tidak ramah lingkungan sesuai Persetujuan Paris/COP21 2015 dan target Indonesia yaitu 2050 Indonesia dalam kondisi NZE (Net Zero Emission).
PLTN sangat cocok untuk dibangun di Kalimantan Timur untuk mensuplai kebutuhan energi yang sangat besar, yang dibutuhkan oleh IKN (Ibukota Negara) karena di daerah ini akan dibangun ribuan rumah baik milik Pemerintah maupun swasta, disamping untuk menunjang kebutuhan industri yang sudah dan akan ada di Kalimantan Timur.
Demikian juga daerah-daerah lain yang membutuhkan energi listrik karena pertumbuhan ekonomi/industrinya kini dan perspektif nanti, baik Kalimantan Barat, Tengah, Selatan, Utara, pulau Jawa, Sumatera maupun pulau lain.
Untuk daerah-daerah perbatasan dan kepulauan, yang kebutuhan energi listriknya relatif skala kecil, sangat cocok untuk kehadiran PLTN Terapung (Floating Nuclear Power Plant), dimana d dunia saat ini hanya Rusia yang memiliki/memproduksinya dengan skala kecil (35MWe).
Jika ada pihak-pihak didalam negeri yang khawatir Rusia akan menawarkan pengadaan/pembangunan senjata nuklir di Indonesia, itu tidak mungkin karena Indonesia dan Rusia terikat dengan NPT(Nuclear Weapons Non-Proliferation Treaty) sebagai anggota, dan Indonesia terikat dengan SEANWFZ (Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone), dimana Indonesia menjadi anggotanya.
Dalam NPT, Negara anggota tidak boleh menerima bantuan senjata nuklir dari Negara lain atau membuat/memproduksi senjata nuklir baik sendiri maupun kerjasama dengan Negara lain. Rusia tidak mungkin akan menawarkan senjata nuklir bagi Indonesia dan sebaliknya Indonesia tidak mungkin akan menerima tawaran senjata nuklir dari Rusia atau Negara manapun, karena disamping terikat dengan perjanjian tersebut diatas, juga sadar akan segala konsekwensinya menghadapi reaksi dunia internasional.
Khusus tentang ROSATOM yang disampaikan Presiden Vladimir kepada Presiden Jokowi, maka sebagai gambarannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
ROSATOM sebagai Perusahaan Negara (seperti BUMN di Indonesia) adalah perusahan raksasa yang bergerak di bidang industri nuklir baik untuk senjata nuklir untuk kepentingan perang maupun untuk tujuan damai seperti energi nuklir dan aplikasi nuklir.
Rosatom adalah pemain global yang bergengsi dan dikenal luas didunia Internasional. ROSATOM sebagai pemain bergengsi karena merupakan Holding Company yang membawahi sekitar 400 perusahaan dan organisasi, serta mengerjakan sekitar 290.000 karyawan yang tersebar di-berbagai Negara dengan mayoritas bekerja di Rusia.
ROSATOM juga dikenal sebagai raksasa nuklir karena disamping bergerak dibidang industri senjata nuklir, khusus usahanya dibidang energi nuklir yaitu PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) terintegrasi dari hulu sampai hilir, mulai dari uranium extraction, uranium enrichment, nuclear fuel, NPP (Nuclear Power Pant) design engineering and construction, NPP operation, nuclear engineering, NPP equipment, service and maintenance, dan nuclear waste management.
Disamping itu, ada juga kegiatan usaha yang tidak terkait langsung dengan NPP seperti applied and fundamental service, nuclear and radiation safety, nuclear ice break fleet (satu-satunnya di dunia), nuclear medicine dan composite material.
ROSATOM juga bekerja-sama dengan 50 negara didunia. Saat ini ROSATOM sedang membangun beberapa PLTN di-beberapa Negara, seperti Finlandia, Turki, Bangladesh, Belarus, Cina, Mesir, Hongaria, India.
Disamping itu, pada Juni 2015, ada kesepakatan kerja-sama antara ROSATOM dan KACST (King Abdulazis City On Science and Technology). Kesepakatan ini terkait pengembangaan energi nuklir untuk tujuan damai. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tsb, Rosatom telah menawarkan pembangunan 16 unit PLTN kepada Arab Saudi dengan nilai USD100 miliar dan dapat dirampungkan pada tahun 2030.
Namun tindak lanjut kesepakatan ini belum ada beritanya.
Demikian pula dengan India, ada kesepakatan dengan Rusia yang tertuang dalam dokumen 2014 yang berjudul: “Strategic Vision for Strengthening Cooperation in Peaceful Uses of Atomic Energy Between the Russian Federation and the Republic of India”.
Dalam dokumen tersebut, ada kesepakatan India akan membangun 20 unit PLTN dengan menggunakan teknologi Rusia.
Sebagai gambaran, saat ini India memiliki 22 unit sedang beroperasi dengan kapasitas 6795MWe (net capacity) dan 8 unit sedang dibangun dengan kapasitan 6028MWe (net capacity). Dari 8 unit yang sedang dibangun, 4 unit dibangun oleh Rosatom, disamping 2 unit sudah beroperasi. Ke-6 PLTN ini bernama Kudankulam 1-6, berlokasi di Tirunellveli-Kattabomman, masing2 berkapasitas 1000MW (gross capacity), tipe PWR (Pressurized Water Reactor).
Di Turki, Rosatom sedang bangun 4 unit, dimana unit pertama direncanakan beroperasi pada tahun 2023 bertepatan dengan peringatan 100 tahun kemerdekaan Turki. Di Bangladesh, ada 2 unit yang sedang dibangun oleh Rosatom.
Demikian juga di negara-negara lain seperti disebutkan diatas, dimana penulis tidak dapat menguraikannya semua. Yang jelas, dari 53 unit PLTN yang sedang dibangun saat ini yang tersebar di 17 negara, Rosatom menguasai pasarannya.
Di Rusia sendiri saat ini memiliki 38 unit PLTN yang sedang beroperasi dengan kapasitas 27.727 MWe (Total Net Capacity) dan memasok kebutuhan listrik nasional sebesar 20%, dan sedang dibangun 4 unit dengan kapasitas 3.759MWe (Total Net Capacity). Dari 4 unit yang dibangun ini, 3 unit tipe PWR (Pressurized Water Reactor) masing2 berlokasi di Neman dengan kapasitas 1194(gross capacity) dan 2 unit berlokasi di Kurchatov masing-masing berkapasitas 1255MW (gross capacity). 1 unit dengan tipe FBR (Fast Breeder Reactor) berlokasi diSeversk dengan kapasitas 420MW(Gross Capacity).
PLTN terapung (Floating Nuclear Power Plant)
Dari catatan sejarah, Rusia adalah Negara pertama yang memiliki PLTN yang terletak di kota Obninsk, Kaluga Oblast yang beroperasi pada bulan Juni 1954. Kapasitas reaktor ini sebesar 5MWe, dengan tipe reaktor Pressurized Water Graphite Reactor.
Keunggulan lain dari Rusia dalam teknologi energi nuklir ialah membangun PLTN terapung (Floating Nuclear Power Plant), yang diberi nama Academik Lomosonov. PLTN terapung ini memiliki 2 reaktor nuklir dengan kapasitas masing-masing 35MWe, telah diluncurkan pada bulan Agustus 2019 dari pelabuhan Murmanks menuju Pevek, wilayah Timur Rusia dan saat ini telah beroperasi diwilayah tersebut.
Sebagai tindak lanjut tawaran Presiden Putin untuk membangun PLTN di Indonesia, maka pihak Rosatom harus pro-aktif dan agresif di-banding dengan usaha yang dilakukan beberapa tahun yang lalu dengan tawaran yang menarik.
Salah satu upaya yang bisa membuat Indonesia tertarik untuk membangun PLTN buatan Rosatom ialah pembiayaannya.
Rosatom membangun 4 unit PLTN masing-masing berkapasitas 1200MW dengan tipe VVER/PWR di-Akkuyu, Turki Selatan, dimana dana pembiayaannya mayoritas (90%) dari Rosatrom. Dari catatan yang ada,setahu Penulis (bisa juga keliru), saat ini belum ada provider/produsen reaktor nuklir untuk PLTN berani menawarkan pembiayaan seperti Rosatom baik Areva dari Perancis, KHNP (Korea Hydro Nuclear Power) dari Korea Selatan, MHI (Mitsubishi Heavy Industry) dari Jepang, Westinghouse dan GE (General Electric), dari AS, AECL (Atomic Energy Canada Limited) dari Kanada.
Andalan reaktor nuklir Rusia adalah jenis VVER (VODO-VODYANOI ENERGETICHESKY REAKTOR).
Tipe reaktor VVER sama dengan tipe PWR, namun tipe PWR Rusia adalah asli disain Rusia yang dirintis dan dikembangkan oleh Kurchatov Institute sebelum 1970 mulai dari generasi pertama sampai kini mencapai generasi III+ (tiga plus).
Teknologi Generasi III+ VVER-1200 Rusia memenuhi standar keamanan tertinggi di dunia. Model yang akan dibangun di Akkuyu ini sudah dibangun dalam satu seri. Unit 6 dari PLTN Novovoronezh dan unit 1 dari PLTN Leningrad dibuat berdasarkan desain yang sama, dan saat ini telah berdiri dan berjalan. PLTN Novovoronezh dibuat dalam operasi komersial, sementara PLTN Leningrad baru saja diluncurkan pada Februari 2018.
“Operasi yang aman dan efisien dari unit-unit ini menggarisbawahi keandalan teknologi kami,” ujar Alexey Likhachev, Dirut Rosatom dalam keterangan resminya Kamis, 5 April 2018.
NPP Novovoronezh Unit 6 menggunakan teknologi Nuklir terbaru dengan tipe reaktor VVER 1200. PLTN ini merupakan PLTN dengan teknologi generation 3+ pertama di dunia, dengan masa hidup selama 60 tahun.
Sistem keamanan dan pengamanan dari teknologi VVER 1200 terdiri dari containment internal dan external, Barrier system terdiri dari fuel pellet, fuel pin cladding, primary circuit boundary, protective containment dan biological shield.
Dengan berbagai sistem perlindungan tersebut, PLTN Novovoronezh memiliki zero accident.
Di Rusia, selain Novovoronezh Unit 6 dan 7, proyek serupa sedang dikerjakan di Leningrad (2 unit) dan Baltic (2 unit). Dua lainnya dalam tahap desain, yakni PLTN Kursk (4 unit) dan Smolensk (2 unit). Setiap unit berkapasitas 1200 MW.
Dengan uraian diatas, berkaca dari pengalaman dan perkembangan teknologi reaktor nuklir buatan Rusia Generasi III+ untuk PLTN yang bisa beroperasi 60 thn dengan zero accident yang saat ini diluar Rusia sedang dibangun di Turki (mungkin juga di-negara lain), kiranya menjadi daya tarik tersendiri bagi Indonesia, dan disisi lain bagaimana Rusia/Rosatom meyakinkan Pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan teknologi reaktor nuklirnya yang mutahir, handal dan terbaik di-dunia dengan pendanaan yang mudah dibandingkan dengan negara-negara lain serta jaminan keselamatan dan usia operasinya.
Jakarta, 2 Juli 2022.
Drs. Markus Wauran
Wakil Ketua Dewan Pendiri HIMNI
(Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia)
Baca juga:
- Catatan Markus Wauran: Suksesi Gubernur Sulawesi Utara 2024
- Catatan Markus Wauran: Indonesia dan Bulan Juni, Berkah dan atau Petaka
- Catatan Markus Wauran: Polemik Tentang Megawati Soekarnoputri dan BRIN
- Catatan Markus Wauran: Tantangan Olly – Steven Setelah Menang Mutlak pada Pilkada 9 Desember 2020
- Catatan Markus Wauran: Mengapa Memilih Olly Dondokambey – Steven Kandouw?
- Catatan Markus Wauran: Alm. Freddy Sualang Dimata Markus Wauran