Marry, Supervisor Laboratorium DNA menunjukan tepung kelapa yang jadi andalan Minut.
Airmadidi-Kabupaten Minahasa Utara (Minut) patut berbangga karena salah satu bahan pangan olahan Minut memiliki kualitas ekspor, sebut saja produk tepung kelapa.
PT Dimembe Nyiur Agripro (DNA)Manufactur of Desiccated Coconut merupakan satu dari tiga pabrik pengelolah tepung kelapa di Minut.
Menurut Marry, Supervisor Laboratorium DNA, tepung kelapa olahan mereka biasa diekspor ke Belanda, Australia, Amerika serta sejumlah negara Asia. “Setiap bulan, jumlah ekspor mencapai 5-8 konteiner, dimana setiap konteiner berisi 26 metrik ton tepung,” ujarnya, Kamis (19/11/2015).
Keunggulan tepung kelapa olahan pabrikan Minut memiliki rasa asli kelapa karena diolah tanpa dikeluarkan sari kelapanya lebih dulu. “Jadi, tepung ini masih mengandung santan. Untuk kualitas lokal, kami menjualnya sebesar Rp200-250 ribu per bungkusan. Satu bungkus berisi 25 kg tepung. Jika kualitas ekspor harganya lebih besar lagi,” jelas Marry.
Ia berharap, kedepan Pemkab Minut bisa terus membantu perusahaan pangan tradisional yang ada di Bumi Klabat. “Contoh kecilnya kami berharap pemerintah bisa mempermudah pengurusan izin dan sebagainya,” tutup Marry.(Finda Muhtar)
Marry, Supervisor Laboratorium DNA menunjukan tepung kelapa yang jadi andalan Minut.
Airmadidi-Kabupaten Minahasa Utara (Minut) patut berbangga karena salah satu bahan pangan olahan Minut memiliki kualitas ekspor, sebut saja produk tepung kelapa.
PT Dimembe Nyiur Agripro (DNA)Manufactur of Desiccated Coconut merupakan satu dari tiga pabrik pengelolah tepung kelapa di Minut.
Menurut Marry, Supervisor Laboratorium DNA, tepung kelapa olahan mereka biasa diekspor ke Belanda, Australia, Amerika serta sejumlah negara Asia. “Setiap bulan, jumlah ekspor mencapai 5-8 konteiner, dimana setiap konteiner berisi 26 metrik ton tepung,” ujarnya, Kamis (19/11/2015).
Keunggulan tepung kelapa olahan pabrikan Minut memiliki rasa asli kelapa karena diolah tanpa dikeluarkan sari kelapanya lebih dulu. “Jadi, tepung ini masih mengandung santan. Untuk kualitas lokal, kami menjualnya sebesar Rp200-250 ribu per bungkusan. Satu bungkus berisi 25 kg tepung. Jika kualitas ekspor harganya lebih besar lagi,” jelas Marry.
Ia berharap, kedepan Pemkab Minut bisa terus membantu perusahaan pangan tradisional yang ada di Bumi Klabat. “Contoh kecilnya kami berharap pemerintah bisa mempermudah pengurusan izin dan sebagainya,” tutup Marry.(Finda Muhtar)