Manado – Melihat fenomena NKRI yang mulai diobok-obok oleh sekelommpok masyarakat yang intoleran, mengusik warga Remboken di Sulawesi Utara untuk bangkit menyuarakan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.
“NKRI harga mati, Pancasila sudah final sebagai dasar negara Republik Indonesia dan tidak bisa di otak-atik lagi,” ungkap Pdt Renata Ticonuwu, tokoh masyarakat asal Remboken kepada Wartawan.
Sebagai bentuk konkrit mempertahankan NKRI dan Dasar Negara Pancasila, warga Remboken di Sulawesi Utara membentuk wadah organisasi Kerukunan Pakasaan yang diberi nama Kerukunan Warga Pakasaan Remboken Sulawesi Utara (KWPR Sulut).
Ia menambahkan, melalui organisasi KWPR orang Remboken dimanapun berada dapat diingatkan dan ditanamkan pentingnya rasa nasionalisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
“Meskipun bagi orang Remboken NKRI dan Pancasila tak asing lagi dan sebenarnya sudah tertanam dalam jiwa dan sanubari, sebab banyak pejuang Indonesia berasal dari Remboken,” tandas Renata sambil menyebutkan beberapa tokoh pejuang kemerdekaan, diantaranya Daan Mogot, Ventje Sumual, Alex Kawilarang (ibunya family Mogot asal Remboken-Red), Joop Warouw dan Noci Kindangen (tokoh pejuang KRIS-Red).
Menurutnya, pengurus KWPR Sulut akan dilantik Jumat, 5 Mei 2017 di desa Sinuian kecamatan Remboken, bersamaan dengan Ibadah Paskah Kerukunan Remboken 2017.
Sebagai Ketua Dewan Penasehat DR GS Vicky Lumentut, pengurus harian antara lain, Renata Ticonuwu (Ketua), Dr Edly Paat (Sekretaris), Ir. Vanda Tulenan (Bendahara).
Sementara itu Prof DR Ir Doddy Sumajouw, cendikiawan asal Remboken yang juga sebagai Sekretaris Dewan Penasehat KWPR Sulut mengatakan, organisasi yang baru terbentuk ini sebenarnya sudah ada sejak dulu tetapi masih terbatas kepengurusan di Manado dan ada juga organisasi kerukunan yang sama di Jakarta.
“Dengan terbentuknya KWPR Sulut maka dapat menjadikan pijakan pemersatu untuk dibentuk pula di propinsi lainnya, sehingga jika memungkinkan dibentuk tingkat Nasional,” tukas Prof Doddy.
Dikatakan, saatnya sekarang ini organisasi daerah bangkit bukan sebagai organisasi primordial tetapi menjadikan Ormas daerah yang berorientasi nasional sebagai perekat bangsa Indonesia dalam mempertahankan NKRI dan Pancasila.
Bukan bersifat sektarian dan primordialisme sempit tetapi warga yang memiliki rasa nasionalisme Indonesia yang Pancasialis, cinta bangsa dan cinta tanah air Indonesia. (rds)
Manado – Melihat fenomena NKRI yang mulai diobok-obok oleh sekelommpok masyarakat yang intoleran, mengusik warga Remboken di Sulawesi Utara untuk bangkit menyuarakan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.
“NKRI harga mati, Pancasila sudah final sebagai dasar negara Republik Indonesia dan tidak bisa di otak-atik lagi,” ungkap Pdt Renata Ticonuwu, tokoh masyarakat asal Remboken kepada Wartawan.
Sebagai bentuk konkrit mempertahankan NKRI dan Dasar Negara Pancasila, warga Remboken di Sulawesi Utara membentuk wadah organisasi Kerukunan Pakasaan yang diberi nama Kerukunan Warga Pakasaan Remboken Sulawesi Utara (KWPR Sulut).
Ia menambahkan, melalui organisasi KWPR orang Remboken dimanapun berada dapat diingatkan dan ditanamkan pentingnya rasa nasionalisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
“Meskipun bagi orang Remboken NKRI dan Pancasila tak asing lagi dan sebenarnya sudah tertanam dalam jiwa dan sanubari, sebab banyak pejuang Indonesia berasal dari Remboken,” tandas Renata sambil menyebutkan beberapa tokoh pejuang kemerdekaan, diantaranya Daan Mogot, Ventje Sumual, Alex Kawilarang (ibunya family Mogot asal Remboken-Red), Joop Warouw dan Noci Kindangen (tokoh pejuang KRIS-Red).
Menurutnya, pengurus KWPR Sulut akan dilantik Jumat, 5 Mei 2017 di desa Sinuian kecamatan Remboken, bersamaan dengan Ibadah Paskah Kerukunan Remboken 2017.
Sebagai Ketua Dewan Penasehat DR GS Vicky Lumentut, pengurus harian antara lain, Renata Ticonuwu (Ketua), Dr Edly Paat (Sekretaris), Ir. Vanda Tulenan (Bendahara).
Sementara itu Prof DR Ir Doddy Sumajouw, cendikiawan asal Remboken yang juga sebagai Sekretaris Dewan Penasehat KWPR Sulut mengatakan, organisasi yang baru terbentuk ini sebenarnya sudah ada sejak dulu tetapi masih terbatas kepengurusan di Manado dan ada juga organisasi kerukunan yang sama di Jakarta.
“Dengan terbentuknya KWPR Sulut maka dapat menjadikan pijakan pemersatu untuk dibentuk pula di propinsi lainnya, sehingga jika memungkinkan dibentuk tingkat Nasional,” tukas Prof Doddy.
Dikatakan, saatnya sekarang ini organisasi daerah bangkit bukan sebagai organisasi primordial tetapi menjadikan Ormas daerah yang berorientasi nasional sebagai perekat bangsa Indonesia dalam mempertahankan NKRI dan Pancasila.
Bukan bersifat sektarian dan primordialisme sempit tetapi warga yang memiliki rasa nasionalisme Indonesia yang Pancasialis, cinta bangsa dan cinta tanah air Indonesia. (rds)