MANADO – Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) mengalami kelangkaan elpiji non subsidi ukuran 12 kilogram (Kg) dan 50 Kg dalam satu bulan terakhir ini, menyusul keterlambatan pasokan dari stasiun pengisian elpiji Makassar.
“Sejak program konversi elpiji mulai berlaku di Manado dan daerah lainnya di Sulut, maka agen penjual elpiji ukuran di atas 12 Kg atau non subsidi, harus mendatangkan dari Makassar, karena tempat stasiuan pengisian yang ada di Bitung hanya dikhususkan untuk elpiji tiga kilo bersubsidi,” kata Direktur PT Tangkoko, Ivan Palibutan, Senin (13/2).
Ivan mengatakan, pengangkutan elpiji dari Makassar ke Sulut membutuhkan waktu tempuh cukup lama yakni sekitar empat hari atau lebih, belum lagi harus antre mengisi elpiji di SPBE Makassar, maka tak heran bila kemudian terjadi keterlambatan tiba di Manado hampir dua Minggu, karena itu suplai ke konsumen jadi kosong.
Kelangkaan elpiji tersebut menyebabkan harga mengalami kenaikan tajam, untuk ukuran isi 12 Kg naik dari Rp120 ribu menjadi Rp150 ribu per tabung, begitu juga ukuran lainnya. Ketua YLKI Sulut, Aldy Lumingkewas, meminta pemerintah khususnya Pertamina untuk menjaga suplai elpiji baik bersubsidi 3 Kg maupun non subsidi ukuran 12 Kg dan 50 Kg.
“Pengguna elpiji di Manado semakin banyak setelah program konversi bahan bakar minyak tanah ke elpiji mulai memasuki tahap akhir,” kata Aldy.
Aldy mengatakan, elpiji 3 Kg yang disubsidi pemerintah, saja terjadi kelangkaan di beberapa lokasi seperti di Kelurahan Wonasa dan beberapa daerah lainnya di Kota Manado. Pertamina Manado menunda penarikan minyak tanah dari rencana semula 1 Februari 2012 hingga waktu yang belum ditentukan, karena suplai elpiji bersubsidi yang diakui masih belum lancar.(del)
MANADO – Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) mengalami kelangkaan elpiji non subsidi ukuran 12 kilogram (Kg) dan 50 Kg dalam satu bulan terakhir ini, menyusul keterlambatan pasokan dari stasiun pengisian elpiji Makassar.
“Sejak program konversi elpiji mulai berlaku di Manado dan daerah lainnya di Sulut, maka agen penjual elpiji ukuran di atas 12 Kg atau non subsidi, harus mendatangkan dari Makassar, karena tempat stasiuan pengisian yang ada di Bitung hanya dikhususkan untuk elpiji tiga kilo bersubsidi,” kata Direktur PT Tangkoko, Ivan Palibutan, Senin (13/2).
Ivan mengatakan, pengangkutan elpiji dari Makassar ke Sulut membutuhkan waktu tempuh cukup lama yakni sekitar empat hari atau lebih, belum lagi harus antre mengisi elpiji di SPBE Makassar, maka tak heran bila kemudian terjadi keterlambatan tiba di Manado hampir dua Minggu, karena itu suplai ke konsumen jadi kosong.
Kelangkaan elpiji tersebut menyebabkan harga mengalami kenaikan tajam, untuk ukuran isi 12 Kg naik dari Rp120 ribu menjadi Rp150 ribu per tabung, begitu juga ukuran lainnya. Ketua YLKI Sulut, Aldy Lumingkewas, meminta pemerintah khususnya Pertamina untuk menjaga suplai elpiji baik bersubsidi 3 Kg maupun non subsidi ukuran 12 Kg dan 50 Kg.
“Pengguna elpiji di Manado semakin banyak setelah program konversi bahan bakar minyak tanah ke elpiji mulai memasuki tahap akhir,” kata Aldy.
Aldy mengatakan, elpiji 3 Kg yang disubsidi pemerintah, saja terjadi kelangkaan di beberapa lokasi seperti di Kelurahan Wonasa dan beberapa daerah lainnya di Kota Manado. Pertamina Manado menunda penarikan minyak tanah dari rencana semula 1 Februari 2012 hingga waktu yang belum ditentukan, karena suplai elpiji bersubsidi yang diakui masih belum lancar.(del)