Jakarta — Sebelum era Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur, Ibu Kota DKI Jakarta mengalami banjir menahun.
Ketika hujan turun, air meluber ke mana-mana. Ketika air sungai Ciliwung yang berhulu di kawasan Puncak, Jawa Barat meluap, habis lah Jakarta. Tenggelam sudah pasti terjadi.
Ketika Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok memimpin Jakarta 2012, Jakarta mendapat sentuhan baru.
Mereka membuat gagasan besar untuk menyelamatkan Jakarta dari bencana banjir menahun.
Strategi mereka satu. Mereka menata permukiman yang selama ini horizontal diubah menjadi vertikal. Tujuannya agar Jakarta punya banyak ruang terbuka yang tidak dipenuhi manusia dan bangunan beton.
Dan, eksekusi penataan kota dimulai besar-besaran di era Ahok menjadi Gubernur seiring terpilihnya Jokowi menjadi Presiden pada 2014.
Ahok membuat eksekusi radikal dalam menata kota. Dia bangun hunian rumah susun di mana-mana.
Dia berpandangan, dengan banyak rumah susun sewa milik pemerintah daerah maka dia akan dengan mudah menata sungai dan ruang terbuka yang selama ini menjadi sumber banjir.
Begitu rumah susun selesai dibangun, Ahok memindahkan orang-orang yang tinggal di tepi sungai, di tepi waduk, di sisi rel kereta, di wilayah tangkapan air, dan di permukiman kumuh ke rumah susun.
Mereka tidak perlu beli. Cukup menyewa rumah susun super mewah itu dengan harga Rp300.000 per bulan. Sudah lengkap dengan mebeler segala.
Mereka yang dipindah ke rumah susun diberi kartu Jakarta pintar sebagai tanda mereka dapat beasiswa pendidikan per bulan. Juga diberi kartu Jakarta sehat sebagai tanda mereka bebas berobat di fasilitas kesehatan.
Fasilitas lain yang didapat penghuni rumah susun adalah layanan antarjemput bus TransJakarta untuk bepergian ke segala penjuru kota.
Program ini benar-benar memanusiawikan warga masyarakat. Belum pernah diproleh di era sebelumnya.
Setelah orang-orang yang selama ini bertempat tinggal di area berisiko banjir dipindah ke rumah susun, mulailah Ahok membuat penataan kota secara massif.
Sungai-sungai yang tadinya sempit akibat hunian ilegal dan sedimen (endapan material) dibongkar dan sungainya dilebarkan. Lalu sisi kanan dan kirinya dibetok agar tidak erosi tergerus air.
Bibir sungai dibangun jalan permanen agar bisa dilalui kendaraan berat manakala akan diterjunkan untuk mengeruk endapan sungai.
Waduk yang sebelumnya dipenuhi banyunan ilegal juga ditata dengan dikeruk sendimennya lebih dulu. Lalu di sekelilingnya dibangun ruag terbuka publik ramah anak (RPTRA).
Di taman ini, anak-anak bisa bermain dan berolah raga dengan nyaman, bebas, dan sehat.
Massifnya penataan sungai dan waduk di Jakarta, membuat banjir tidak lagi menahun datangnya. Karena air hujan langsung tertampung ke dalam sungai, waduk, atau saluran air yang relatif lebar dan tidak dangkal lagi.
Untuk menjaga kesinambungan fungsi fasilitas pengendali banjir ini, Ahok membangun tim kebersihan yang tangguh.
Dia merekrut sedikitnya 16.000 tenaga kebersihan yang dia beri nama Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) atau orang-orang menyebut mereka pasukan oranye, karena berseragam oranye.
Tugas mereka membersihkan sampah di tepi jalan utama sampai gang-gang di perkampung, membersihkan sampah di selokan air, sampai memangkasi ranting pohon yang mengganggu.
Kehadiran PPSU PPSU ini sangat menolong warga Jakarta, apalagi di kala hujan. Ketika hujan turun, Ahok mengerahkan PPSU ini untuk memantau perkembangan air di sudut-sudut kota.
Jangan sampai air hujan meluap atau menggenangi jalan yang bisa berimbas pada macetnya lalu lintas kendaraan.
Penataan Jakarta yang dimulai dari membangun rumah susun atau konsep hunian vertikal memang solusi terbaik. Orang-orang Jakarta merasakan betul bagaimana mereka memiliki banyak ruang terbuka hijau.
Hunian vertikal juga mencegah orang-orang tak mampu scara ekonomi untuk bermukim secara ilegal di kawasan terlarang seperti tepi sungai, tepi waduk, pinggir rel, atau kawasan tangkapan air.
Dengan hunian vertikal ini, pengelolaan sampah juga menjadi lebih mudah, karena sebarannya bisa dikontrol di beberapa titik.
Model penataan kota yang dikerjakan Ahok di Jakarta ini, apa salahnya bila dicoba dikerjakan di Kota Manado?
Tentu dengan sentuhan berbeda.
Manado sudah waktunya ditata sebelum terlambat dan semrawut di sana-sini.
Krista Riyanto, Jurnalis dan Penulis.