Bitung—Sekkot, Edison Humiang mengaku sangat kecewa dengan penundaan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA. Padahal menurut Humiang, 22 sekolah pelaksana UN di Kota Bitung telah bersiap melaksanakan UN namun tiba-tiba ditunda oleh Kemendiknas tanpa alas an yang jelas.
“Dengan tertundanya pelaksanaan UN, ini bertanda presiden buruk bagi dunia pendidikan di Indonesia. Karena selama sejarah pelaksanaan UN, baru kali ini mengalami penundaan secara tiba-tiba,” kata Humiang, Senin (15/4).
Menurutnya, hal seperti ini tidak perlu terjadi jika Kemendiknas memberikan kewenangan kepada tiap daerah untuk melaksanakan dan mengatur UN. Mengingat saat ini tiap daerah telah diberikan kebebasan untuk mengatur pemerintahan sendiri sesuai nafas otonomi daerah.
“Jangankan kurikulum yang ingin diseragamkan apalagi UN yang diseragamkan, sedangkan seraga sekolah saja tidak bias diseragamkan hingga kini,” katanya.
Ia sendiri menyatakan, penundaan pelaksanaan UN harus disikapi karena akan berimbas pada peserta UN. “Ini harus disuarakan agar Kemendiknas tahu apa yang terjadi setelah mereka seenaknya melakukan penundaan UN yang tujuannya hanya mengorbankan para peserta didik,” katanya.(enk)
Bitung—Sekkot, Edison Humiang mengaku sangat kecewa dengan penundaan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA. Padahal menurut Humiang, 22 sekolah pelaksana UN di Kota Bitung telah bersiap melaksanakan UN namun tiba-tiba ditunda oleh Kemendiknas tanpa alas an yang jelas.
“Dengan tertundanya pelaksanaan UN, ini bertanda presiden buruk bagi dunia pendidikan di Indonesia. Karena selama sejarah pelaksanaan UN, baru kali ini mengalami penundaan secara tiba-tiba,” kata Humiang, Senin (15/4).
Menurutnya, hal seperti ini tidak perlu terjadi jika Kemendiknas memberikan kewenangan kepada tiap daerah untuk melaksanakan dan mengatur UN. Mengingat saat ini tiap daerah telah diberikan kebebasan untuk mengatur pemerintahan sendiri sesuai nafas otonomi daerah.
“Jangankan kurikulum yang ingin diseragamkan apalagi UN yang diseragamkan, sedangkan seraga sekolah saja tidak bias diseragamkan hingga kini,” katanya.
Ia sendiri menyatakan, penundaan pelaksanaan UN harus disikapi karena akan berimbas pada peserta UN. “Ini harus disuarakan agar Kemendiknas tahu apa yang terjadi setelah mereka seenaknya melakukan penundaan UN yang tujuannya hanya mengorbankan para peserta didik,” katanya.(enk)