Meiske Lomban
Bitung – Kebijakan Pemkot Bitung merelokasi sejumlah pedagang ke Pasar Induk Pinasungkulan Sagerat dari Pasar Girian beberapa tahun lalu rupanya masih menyisahkan kepedihan.
Sejumlah pedagang mengaku, selama menempati pasar tersebut, setiap hari mereka harus survive agar tetap bisa bertahan. Dan bagi pedagang yang tidak mampu untuk survive, harus mencari jalan sendiri, kembali berjualan di Pasar Girian atau mencari pasar lain.
“Tiga tahun berjualan di pasar ini (Pasar Sagerat, red) tak membawa perubahan apa-apa. Namanya penadagang harus mencari untuk tapi selama berjualan disini, kami malah buntung alias bangkrut,” kata salah satu pedagang, Meiske Lomban.
Wanita paruh baya ini mengaku, harus merelakan satu persatu harta yang dimilikinya disita demi tetap bertahan berjualan di Pasar Sagerat. Ia harus merelakan satu unit mobil dan motor hasil jerih payahnya ketika berjualan di Pasar Girian untuk disita agar tetap bisa berjualan.
“Tiga tahun berjualan disini, mobil dan motor disita. Hasil penjualan setiap hari hanya cukup untuk makan, itupun jika ada yang membeli,” katanya.
Ia mengaku tidak percaya lagi terhadap pemerintah, karena apa yang ia rasakan bersama ratusan pedagang Pasar Pinasungkulan Sagerat sangat bertolak belakang dengan janji dan program yang selama ini selalu disosialisasikan.
“Kami sudah lelah mengadu kepada pemerintah dan hanya diminta bersabar selama tiga tahun hingga harta kami habis satu persatu. Kami sudah hilang harapan kepada pemerintah karena hanya janji dan janji,” katanya.(abinenobm)
Meiske Lomban
Bitung – Kebijakan Pemkot Bitung merelokasi sejumlah pedagang ke Pasar Induk Pinasungkulan Sagerat dari Pasar Girian beberapa tahun lalu rupanya masih menyisahkan kepedihan.
Sejumlah pedagang mengaku, selama menempati pasar tersebut, setiap hari mereka harus survive agar tetap bisa bertahan. Dan bagi pedagang yang tidak mampu untuk survive, harus mencari jalan sendiri, kembali berjualan di Pasar Girian atau mencari pasar lain.
“Tiga tahun berjualan di pasar ini (Pasar Sagerat, red) tak membawa perubahan apa-apa. Namanya penadagang harus mencari untuk tapi selama berjualan disini, kami malah buntung alias bangkrut,” kata salah satu pedagang, Meiske Lomban.
Wanita paruh baya ini mengaku, harus merelakan satu persatu harta yang dimilikinya disita demi tetap bertahan berjualan di Pasar Sagerat. Ia harus merelakan satu unit mobil dan motor hasil jerih payahnya ketika berjualan di Pasar Girian untuk disita agar tetap bisa berjualan.
“Tiga tahun berjualan disini, mobil dan motor disita. Hasil penjualan setiap hari hanya cukup untuk makan, itupun jika ada yang membeli,” katanya.
Ia mengaku tidak percaya lagi terhadap pemerintah, karena apa yang ia rasakan bersama ratusan pedagang Pasar Pinasungkulan Sagerat sangat bertolak belakang dengan janji dan program yang selama ini selalu disosialisasikan.
“Kami sudah lelah mengadu kepada pemerintah dan hanya diminta bersabar selama tiga tahun hingga harta kami habis satu persatu. Kami sudah hilang harapan kepada pemerintah karena hanya janji dan janji,” katanya.(abinenobm)