Bitung—Pembangunan terminal kayu diwilayah Sagerat yang telah menelan anggaran miliaran rupiah dianggap hanya mubasir. Bahkan pemilihan lokasi pembangunan dianggap tidak tepat oleh LSM Posok, Jacky Sumampouw, karena tidak layak dan hanya akan mubasir.
“Mana ada lokasi terminal kayu bisa bersebelahan dengan sarana publik lainnya, seperti pasar. Dimana kajian lingkungannya sehingga memilih lokasi yang bersebelahan dengan pasar Sagerat,” kata Sumampouw.
Dirinya juga mempertanyakan ijin HO pembangunan terminal kayu. Karena menurutnya, jika ada memang ada ijin HO maka pasti terminal kayu tidak akan dibangun bersebelahan dengan pasar. “Ini sangat konyol dan terlihat bodoh, tapi anehnya malah dibangga-banggakan Pemkot Bitung sebagai satu prestasi bisa memiliki terminal kayu yang jelas-jelas lokasinya tidak layak,” katanya.
Sumampouw sendiri mengaku sangat menyangkan jika dana miliaran rupihan tersebut hilang fungsi jika sampai beroperasi. Karena jelas jika terminal kayu beroperasi maka pasar Sagerat akan terganggu dan hanya mubasir.
“Jangan-jangan ini hanya bertujuan mengejar proyek-proyek dana permerintah pusat,” katanya.
Ditemui ditempat terpisah, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Kota Bitung, Ferry Bororing mengaku akan membuat pagar pembatas setinggi 5 meter. Dengan harapan debu-debu pengolahan kayu tidak akan beterbagan ke wilayah pasar.
“Bahkan kami juga akan memasang blower penghisap debu agar debu kayu disedot sebelum masuk areal pasar,” kata Bororing.(en)
Bitung—Pembangunan terminal kayu diwilayah Sagerat yang telah menelan anggaran miliaran rupiah dianggap hanya mubasir. Bahkan pemilihan lokasi pembangunan dianggap tidak tepat oleh LSM Posok, Jacky Sumampouw, karena tidak layak dan hanya akan mubasir.
“Mana ada lokasi terminal kayu bisa bersebelahan dengan sarana publik lainnya, seperti pasar. Dimana kajian lingkungannya sehingga memilih lokasi yang bersebelahan dengan pasar Sagerat,” kata Sumampouw.
Dirinya juga mempertanyakan ijin HO pembangunan terminal kayu. Karena menurutnya, jika ada memang ada ijin HO maka pasti terminal kayu tidak akan dibangun bersebelahan dengan pasar. “Ini sangat konyol dan terlihat bodoh, tapi anehnya malah dibangga-banggakan Pemkot Bitung sebagai satu prestasi bisa memiliki terminal kayu yang jelas-jelas lokasinya tidak layak,” katanya.
Sumampouw sendiri mengaku sangat menyangkan jika dana miliaran rupihan tersebut hilang fungsi jika sampai beroperasi. Karena jelas jika terminal kayu beroperasi maka pasar Sagerat akan terganggu dan hanya mubasir.
“Jangan-jangan ini hanya bertujuan mengejar proyek-proyek dana permerintah pusat,” katanya.
Ditemui ditempat terpisah, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Kota Bitung, Ferry Bororing mengaku akan membuat pagar pembatas setinggi 5 meter. Dengan harapan debu-debu pengolahan kayu tidak akan beterbagan ke wilayah pasar.
“Bahkan kami juga akan memasang blower penghisap debu agar debu kayu disedot sebelum masuk areal pasar,” kata Bororing.(en)