Manado, BeritaManado.com – Survei politik yang dilakukan oleh pihak yang dianggap kredibel harus dihormati karena dilakukan dengan jelas secara metodologi, sampel dan lainnya.
Menurut pengamat politik dan pemerintahan Sulut, Taufik Manuel Tumbelaka, survei politik sejatinya berguna untuk mengetahui peta kekuatan politik dari seorang figur, duet pasangan politik atau partai politik.
Selain itu, melalui survei politik juga akan diketahui ekspektasi pubik tentang kebutuhan terkait langkah kebijakan politik yang sebaiknya dilakukan.
“Maka dalam survei politik para responden akan dihadapkan sejumlah pertanyaan yang bisa sampai puluhan. Jadi, bukan cuma satu dua atau tiga sampai lima pertanyaan,” kata Taufik Tumbelaka kepada wartawan BeritaManado.com, Jumat (24/5/2024).
Terkait hasil survei politik yang belum lama ini dirilis, menurut Tumbelaka, merupakan gambaran awal yang nantinya berpotensi terjadi dinamika, serta perubahan konstelasi politik.
“Jika survei awal elektabilitas di atas, di kemudian hari bisa terjadi sebaliknya.
Persentase raihan di awal bisa stabil tapi bisa juga tidak. Bisa naik, juga bisa turun. Hal ini sudah berkali-kali terjadi di Pilkada beberapa daerah,” tukas Tumbelaka.
Tumbelaka memaparkan beberapa hal menarik dari hasil survei yang diumumkan beberapa waktu lalu.
Pertama, Elly Engelbert Lasut (E2L) memperoleh suara signifikan. Ini tidak aneh karena sebelumnya mesin politik Partai Demokrat (PD) Sulut sudah membuktikan kerja yang relatif baik dalam melaksanakan strategi.
Di Pemilu legislatif lalu, suara ‘difokuskan’ kepada Hillary Lasut yang mendapatkan hasil signifkan. Kelebihan lain Elly Lasut memegang posisi sebagai kepala daerah aktif sebagai bupati, juga ketua partai politik.
“Jadi, segala sumber daya kekuatan terfokus,” jelas Tumbelaka.
Kedua, Christiany Eugenia Paruntu (CEP) atau Tetty Paruntu memperoleh suara signifiknan. Padahal secara politik Tetty Paruntu tidak seberuntung Elly Lasut dikarenakan tidak lagi menjabat sebagai kepala daerah sekitar 3 tahun.
“Walaupun Tetty Paruntu ketua partai politik dalam hal ini Partai Golkar, namun dinamika partai di Sulut lebih dinamis dan cair,” tutur jebolan Fisipol UGM ini.
Ketiga, raihan posisi dari Steven Kandouw (SK) juga menarik dikarenakan beberapa kondisi, Steven Kandouw bukan ketua partai politik dan bukan kepala daerah, maka secara politik Steven Kandouw bukan dalam posisi ‘lampu sorot’ publik.
‘Lampu sorot’ publik biasanya hanya kepada orang nomor satu, kepala daerah atau ketua partai politik. Hingga sekarang mesin politik PDI Perjuangan belum bekerja maksimal.
“Nantinya juga akan berpengaruh siapa yang akan menjadi calon ‘papan dua’ atau wakil kepala daerah. Jika melihat peta kekuatan politik saat ini, maka posisi calon papan dua di Pilkada Sulut akan memberikan pengaruh signifikan,” pungkas Tumbelaka. (Jrp)