Oleh: Dr. Frangky Jessy Paat, SP, M.Si
(Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi)
– sambungan. bagian tulisan sebelumnya, lihat bagian bawah tulisan ini.
Problematika Pertanian di Indonesia
Sektor pertanian mengemban tugas yang berat harus menyediakan pasokan pangan nasional. Dukungan anggaran yang dialokasikan oleh negara kurang dari total anggaran keseluruhan. Program swasembada pangan sulit terealisasi jika alokasi anggaran terus diturunkan tiap tahun. Sektor pertanian belum mendapatkan perhatian optimal dari pemerintah. Hal ini terlihat dari anggaran 2014 yang terus turun dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal, beragam gejolak pangan sepanjang tahun terjadi akibat belum maksimalnya perluasan faktor produksi pertanian dan lemahnya tata niaga pangan. Ada lima komoditas utama swasembada pangan yang dibebankan kepada Kementan yaitu beras, kedelai, daging sapi, gula, dan jagung. Bahkan untuk komoditas beras targetnya harus mencapai surplus 10 juta ton di tahun 2014. Perbaikan infrastruktur pertanian, pengembangan teknologi dan reforma agraria di hulu.
Sedangkan di hilir pemerintah terus membuka keran importasi terhadap pangan dan hortikultura. Program swasembada pangan nasional 2014 belum bisa maksimal akibat perhatian pemerintah yang rendah di dalam Rancangan Anggaran Penerimaan Belanja Negara (RAPBN) 2014 terhadap sektor pertanian. Peningkatan produksi pertanian yang belum optimal, karena dukungan anggaran dan kebijakan yang minimalis serta ketergantungan terhadap ekspor pangan bernilai tambah rendah menjadi masalah yang serius. Persoalan swasembada pangan dari tahun ke tahun tidak pernah teratasi, dan untuk meningkatkan swasembada pangan, soal anggaran tidak bisa ditawar lagi. Padahal, sektor pertanian berkontribusi signifikan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, leading sector untuk ketahanan pangan, penyerap tenaga kerja tertinggi, dan tempat sebagian besar tumpuan pijakan penduduk Indonesia.
Sektor pertanian tetap mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi. Sektor pertanian di Indonesia sungguh sangat strategis untuk meningkatkan taraf hidup penduduk di pedesaan, penyediaan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian ke depan seyogianya dengan sasaran utama peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dan pemantapan ketahanan pangan nasional. Sektor pertanian merupakan sumber pertumbuhan output nasional. Sektor pertanian memberikan kontribusi 19,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari keseluruhan sektor perekonomian Indonesia. Meskipun secara absolut masih lebih kecil dari sektor lainnya seperti jasa (43,5 persen) dan manufaktur (23,9 persen) namun sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebesar 47,1 persen.
Sebagian besar penduduk Indonesia menempati wilayah pedesaan dan mereka hidupnya sangat bergantung pada sektor pertanian. Pembangunan nasional menitikberatkan pada pembangunan ekonomi yang dicirikan dengan industri yang kuat, pertanian yang tangguh, koperasi yang sehat, dan perdagangan yang maju.
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, melalui pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu dan derajat penglahan produksi, serta menunjang pembangunan wilayah. Usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian perlu dilanjutkan dan ditingkatkan dengan perencanaan dan pelaksanaan yang terpadu disesuaikan dengan kondisi lahan, air, iklim, pola tata ruang, upaya pelestarian lingkungan hidup, serta kehidupan dan kebutuhan masyarakat setempat. Pembangunan pertanian dalam upaya menuju ketahanan pangan juga harus mempertimbangkan aspek agroekoteknologi, mekanisasi, penggunaan mesin-mesin pertanian yang sesuai dan tepat, baik pada kegiatan prapanen maupun pascapanen.
Upaya untk mencapai kembali swasembada beras yang pernah dialami pada tahun 1984 perlu keterlibatan dan dukungan dari semua pihak yang terkait. Formulasi dan implementasi kebijakan hendaknya mencakup upaya untuk mengintensifkan peningkatan produksi dan pengendalian konsumsi beras. Peningkatan produksi dilakukan melalui perbaikan produktivitas lahan, intensitas penanaman, perluasan areal tanam, penurunan susut panen dan pascapanen, serta peningkatan kualitas dan nilai tambah pengolahan padi dan komoditi derivative lainnya. Disisi lain pengendalian konsumsi dapat dilakukan melalui diversifikasi pangan baik horizontal maupun vertikal.
Persoalan pertanian khususnya tanaman pangan tidak hanya berkait dengan konsumsi dan produksi tetapi juga soal daya dukung sektor pertanian yang komprehensif. Ada empat aspek yang menjadi prasyarat melaksanakan pembangunan pertanian, yaitu: (1) akses terhadap kepemilikan tanah, (2) akses input dan
proses produksi, (3) akses terhadap pasar dan (4) akses terhadap kebebasan. Dari keempat prasyarat tersebut, nampaknya yang belum dilaksanakan secara konsisten adalah membuka akses petani dalam kepemilikan tanah dan membuka ruang kebebasan untuk berorganisasi dan menentukan pilihan sendiri dalam berproduksi. Pemerintah hingga kini selalu menghindari kedua hal itu karena dianggap mempunyai resiko tinggi. Kebijakan pemerintah lebih banyak difokuskan pada produksi dan pasar. Konsep agribisnis saat ini merupakan konsep yang cocok untuk melihat permasalahan pertanian karena maju mundurnya pertanian semata-mata tidak hanya diakibatkan oleh permasalahan teknis produksi saja namun juga disebabkan oleh faktor diluar hal tersebut. Pada akhirnya permasalahan kesejahteraan petani tidak hanya dipengaruhi oleh on-farm agribusiness tetapi juga oleh off-farm agribusiness.
Baca juga:
- Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian (leading sector) Berdasarkan Proyeksi RAPBN 2014 (Bag I)
- Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian (leading sector) Berdasarkan Proyeksi RAPBN 2014 (Bag III)
Oleh: Dr. Frangky Jessy Paat, SP, M.Si
(Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi)
– sambungan. bagian tulisan sebelumnya, lihat bagian bawah tulisan ini.
Problematika Pertanian di Indonesia
Sektor pertanian mengemban tugas yang berat harus menyediakan pasokan pangan nasional. Dukungan anggaran yang dialokasikan oleh negara kurang dari total anggaran keseluruhan. Program swasembada pangan sulit terealisasi jika alokasi anggaran terus diturunkan tiap tahun. Sektor pertanian belum mendapatkan perhatian optimal dari pemerintah. Hal ini terlihat dari anggaran 2014 yang terus turun dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal, beragam gejolak pangan sepanjang tahun terjadi akibat belum maksimalnya perluasan faktor produksi pertanian dan lemahnya tata niaga pangan. Ada lima komoditas utama swasembada pangan yang dibebankan kepada Kementan yaitu beras, kedelai, daging sapi, gula, dan jagung. Bahkan untuk komoditas beras targetnya harus mencapai surplus 10 juta ton di tahun 2014. Perbaikan infrastruktur pertanian, pengembangan teknologi dan reforma agraria di hulu.
Sedangkan di hilir pemerintah terus membuka keran importasi terhadap pangan dan hortikultura. Program swasembada pangan nasional 2014 belum bisa maksimal akibat perhatian pemerintah yang rendah di dalam Rancangan Anggaran Penerimaan Belanja Negara (RAPBN) 2014 terhadap sektor pertanian. Peningkatan produksi pertanian yang belum optimal, karena dukungan anggaran dan kebijakan yang minimalis serta ketergantungan terhadap ekspor pangan bernilai tambah rendah menjadi masalah yang serius. Persoalan swasembada pangan dari tahun ke tahun tidak pernah teratasi, dan untuk meningkatkan swasembada pangan, soal anggaran tidak bisa ditawar lagi. Padahal, sektor pertanian berkontribusi signifikan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, leading sector untuk ketahanan pangan, penyerap tenaga kerja tertinggi, dan tempat sebagian besar tumpuan pijakan penduduk Indonesia.
Sektor pertanian tetap mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi. Sektor pertanian di Indonesia sungguh sangat strategis untuk meningkatkan taraf hidup penduduk di pedesaan, penyediaan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian ke depan seyogianya dengan sasaran utama peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dan pemantapan ketahanan pangan nasional. Sektor pertanian merupakan sumber pertumbuhan output nasional. Sektor pertanian memberikan kontribusi 19,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari keseluruhan sektor perekonomian Indonesia. Meskipun secara absolut masih lebih kecil dari sektor lainnya seperti jasa (43,5 persen) dan manufaktur (23,9 persen) namun sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebesar 47,1 persen.
Sebagian besar penduduk Indonesia menempati wilayah pedesaan dan mereka hidupnya sangat bergantung pada sektor pertanian. Pembangunan nasional menitikberatkan pada pembangunan ekonomi yang dicirikan dengan industri yang kuat, pertanian yang tangguh, koperasi yang sehat, dan perdagangan yang maju.
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, melalui pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu dan derajat penglahan produksi, serta menunjang pembangunan wilayah. Usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian perlu dilanjutkan dan ditingkatkan dengan perencanaan dan pelaksanaan yang terpadu disesuaikan dengan kondisi lahan, air, iklim, pola tata ruang, upaya pelestarian lingkungan hidup, serta kehidupan dan kebutuhan masyarakat setempat. Pembangunan pertanian dalam upaya menuju ketahanan pangan juga harus mempertimbangkan aspek agroekoteknologi, mekanisasi, penggunaan mesin-mesin pertanian yang sesuai dan tepat, baik pada kegiatan prapanen maupun pascapanen.
Upaya untk mencapai kembali swasembada beras yang pernah dialami pada tahun 1984 perlu keterlibatan dan dukungan dari semua pihak yang terkait. Formulasi dan implementasi kebijakan hendaknya mencakup upaya untuk mengintensifkan peningkatan produksi dan pengendalian konsumsi beras. Peningkatan produksi dilakukan melalui perbaikan produktivitas lahan, intensitas penanaman, perluasan areal tanam, penurunan susut panen dan pascapanen, serta peningkatan kualitas dan nilai tambah pengolahan padi dan komoditi derivative lainnya. Disisi lain pengendalian konsumsi dapat dilakukan melalui diversifikasi pangan baik horizontal maupun vertikal.
Persoalan pertanian khususnya tanaman pangan tidak hanya berkait dengan konsumsi dan produksi tetapi juga soal daya dukung sektor pertanian yang komprehensif. Ada empat aspek yang menjadi prasyarat melaksanakan pembangunan pertanian, yaitu: (1) akses terhadap kepemilikan tanah, (2) akses input dan
proses produksi, (3) akses terhadap pasar dan (4) akses terhadap kebebasan. Dari keempat prasyarat tersebut, nampaknya yang belum dilaksanakan secara konsisten adalah membuka akses petani dalam kepemilikan tanah dan membuka ruang kebebasan untuk berorganisasi dan menentukan pilihan sendiri dalam berproduksi. Pemerintah hingga kini selalu menghindari kedua hal itu karena dianggap mempunyai resiko tinggi. Kebijakan pemerintah lebih banyak difokuskan pada produksi dan pasar. Konsep agribisnis saat ini merupakan konsep yang cocok untuk melihat permasalahan pertanian karena maju mundurnya pertanian semata-mata tidak hanya diakibatkan oleh permasalahan teknis produksi saja namun juga disebabkan oleh faktor diluar hal tersebut. Pada akhirnya permasalahan kesejahteraan petani tidak hanya dipengaruhi oleh on-farm agribusiness tetapi juga oleh off-farm agribusiness.
Baca juga:
- Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian (leading sector) Berdasarkan Proyeksi RAPBN 2014 (Bag I)
- Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian (leading sector) Berdasarkan Proyeksi RAPBN 2014 (Bag III)