Kotamobagu – Tanggapan menarik datang dari tiga orang pelajar SMA Katolik Theodorus Kotamobagu terkait cita-cita pembentukan Propinsi Bolaang Mongondow Raya (PBMR) sebagaimana yang tengah diwujudkan saat ini.
Menurut Brenda Tumbelaka, pelajar kelas II IPA ini, pembentukan PBMR harus disertai dengan peningkatan mutu pembangunan dibidang pelayanan publik. Selain itu pemerintah di empat Kabupaten dan satu Kota di Bolaang Mongondow Raya, diminta memperhatikan pembangunan di bidang budaya dan pariwisata. Hal ini menurutnya sebagai upaya untuk memberikan karateristik tersendiri bagi Bolmong Raya ketika terwujud menjadi Propinsi.
“Pemerintah sebaiknya memperhatikan pembangunan di bidang pelayanan publik termasuk pariwisata. Kalau di Minahasa ada wisata Bukit Doa, di Tomohon juga dikenal sebagai kota bunga dan wisata religius. Manado juga dikenal dengan Taman Laut Bunaken. Nah, Bolmong harusnya juga punya ikon tersendiri,” ujar Brenda saat bersua dengan awak media di Kopi Korot Kotamobagu, Rabu (6/02/2014).
Chika Lengkong, yang juga tercatat sebagai pelajar kelas II IPA di SMA Katolik Theodorus, ikut menimpali. Menurutnya, Bolmong Raya memiliki banyak potensi budaya dan pariwisata yang perlu dikembangkan. Ia mencontohkan potensi wisata Danau Mooat yang luput dari perhatian pemerintah.
“Di Bolmong Raya ada banyak keindahan pariwisata yang luput dari perhatian pemerintah. Kita lihat Danau Mooat, itu kan salah satu keindahan alam yang seharusnya dikembangkan? Tapi kok dibiarkan terbengkalai?,” tukas Chika sembari menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap potensi wisata di Bolmong Raya.
“Kalau seluruh potensi wisata di daerah ini dikembangkan, pasti akan banyak pengunjung yang datang ke daerah ini baik luar daerah maupun mancanegara. jadi daerah kita bisa terkenal sehingga memungkinkan peluang usaha tumbuh subur disini,” ujar Via Kaparang, menimpali dua sahabatnya.
Ditanya apakah mereka mendukung rencana pembentukan PBMR, Brenda dan Via mengaku setuju dan mendukung. Harapan yang mereka kemukakan adalah agar upaya pembangunan di bidang budaya dan pariwisata dapat terwujud setelah daerah ini menjadi Propinsi.
“Saya mendukung rencana pembentukan Propinsi Bolaang Mongondow Raya, dengan harapan semoga setelah daerah ini terbentuk menjadi propinsi, upaya pembangunan semakin digalakkan dan pembangunan di bidang pariwisata berkembang pesat,” ujar Brenda,yang ikut diiyakan sahabatnya, Via.
Namun hal berbeda disampaikan Chika. Menurutnya, tetap menjadi bagian dari Propinsi Sulawesi Utara ataupun menjadi daerah otonomi baru (Propinsi Bolaang Mongondow Raya), yang terpenting adalah pembangunan diberbagai bidang harus digalakkan terutama pembangunan fasilitas publik dan pariwisata.
“Bagi saya, menjadi Propinsi Bolaang Mongondow Raya atau tetap menjadi bagian Propinsi Sulawesi Utara seperti semula tidak masalah, sebab yang terpenting adalah pembangunan disegala bidang harus digalakkan terutama di bidang pariwisata agar daerah ini terkenal,” pungkas Chika.(haris)
Kotamobagu – Tanggapan menarik datang dari tiga orang pelajar SMA Katolik Theodorus Kotamobagu terkait cita-cita pembentukan Propinsi Bolaang Mongondow Raya (PBMR) sebagaimana yang tengah diwujudkan saat ini.
Menurut Brenda Tumbelaka, pelajar kelas II IPA ini, pembentukan PBMR harus disertai dengan peningkatan mutu pembangunan dibidang pelayanan publik. Selain itu pemerintah di empat Kabupaten dan satu Kota di Bolaang Mongondow Raya, diminta memperhatikan pembangunan di bidang budaya dan pariwisata. Hal ini menurutnya sebagai upaya untuk memberikan karateristik tersendiri bagi Bolmong Raya ketika terwujud menjadi Propinsi.
“Pemerintah sebaiknya memperhatikan pembangunan di bidang pelayanan publik termasuk pariwisata. Kalau di Minahasa ada wisata Bukit Doa, di Tomohon juga dikenal sebagai kota bunga dan wisata religius. Manado juga dikenal dengan Taman Laut Bunaken. Nah, Bolmong harusnya juga punya ikon tersendiri,” ujar Brenda saat bersua dengan awak media di Kopi Korot Kotamobagu, Rabu (6/02/2014).
Chika Lengkong, yang juga tercatat sebagai pelajar kelas II IPA di SMA Katolik Theodorus, ikut menimpali. Menurutnya, Bolmong Raya memiliki banyak potensi budaya dan pariwisata yang perlu dikembangkan. Ia mencontohkan potensi wisata Danau Mooat yang luput dari perhatian pemerintah.
“Di Bolmong Raya ada banyak keindahan pariwisata yang luput dari perhatian pemerintah. Kita lihat Danau Mooat, itu kan salah satu keindahan alam yang seharusnya dikembangkan? Tapi kok dibiarkan terbengkalai?,” tukas Chika sembari menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap potensi wisata di Bolmong Raya.
“Kalau seluruh potensi wisata di daerah ini dikembangkan, pasti akan banyak pengunjung yang datang ke daerah ini baik luar daerah maupun mancanegara. jadi daerah kita bisa terkenal sehingga memungkinkan peluang usaha tumbuh subur disini,” ujar Via Kaparang, menimpali dua sahabatnya.
Ditanya apakah mereka mendukung rencana pembentukan PBMR, Brenda dan Via mengaku setuju dan mendukung. Harapan yang mereka kemukakan adalah agar upaya pembangunan di bidang budaya dan pariwisata dapat terwujud setelah daerah ini menjadi Propinsi.
“Saya mendukung rencana pembentukan Propinsi Bolaang Mongondow Raya, dengan harapan semoga setelah daerah ini terbentuk menjadi propinsi, upaya pembangunan semakin digalakkan dan pembangunan di bidang pariwisata berkembang pesat,” ujar Brenda,yang ikut diiyakan sahabatnya, Via.
Namun hal berbeda disampaikan Chika. Menurutnya, tetap menjadi bagian dari Propinsi Sulawesi Utara ataupun menjadi daerah otonomi baru (Propinsi Bolaang Mongondow Raya), yang terpenting adalah pembangunan diberbagai bidang harus digalakkan terutama pembangunan fasilitas publik dan pariwisata.
“Bagi saya, menjadi Propinsi Bolaang Mongondow Raya atau tetap menjadi bagian Propinsi Sulawesi Utara seperti semula tidak masalah, sebab yang terpenting adalah pembangunan disegala bidang harus digalakkan terutama di bidang pariwisata agar daerah ini terkenal,” pungkas Chika.(haris)