Langowan, BeritaManado.com — Hingga saat ini, seperti apa dan bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Langowan belum ada catatan dalam bentuk buku atau lainnya.
Namun hal itu bisa ditelusuri melalui melalui tulisan yang sudah ada tentang masuk dan berkembangnya agama Islam di Minahasa.
Menurut tulisan dalam sebuah blog pribadi, disana dikatakan bahwa awal mula agama Islam masuk ke wilayah Minahasa sekitar tahun 1525 melalui wilayah Belang yang dibawa oleh orang-orang Bolaang Mongondow.
Selanjutnya, agama Islam di Minahasa lebih berkembang dengan masuknya sejumlah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang dutawan dan diasingkan Belanda.
Tokoh pejuang kemerdekaan tersebut antara lain adalah Mochammad Khalifah Kyai Modjo yang lahir di Surakarta tahun 1792.
Dalam perjuangannya, Kyai Modjo akhirnya ditangkap tentara Belanda 17 November 1828 di sebuah wilayah yang ernama Dusun Kembang Arum, Jawa Tengah dan diasingkan ke Tondano, Minahasa.
Sisa hidup Kyai Modjo dihabiskan di daerah yang kelak menjadi Ibukota Kabupaten Minahasa ini dan meninggal dunia pada 20 Desember 1849 dalam usia 57 tahun.
Makam Kyai Modjo dan para pengikutnya terletak di Kampung Jawa dan kini menjadi objek wisata sejarah budaya masyarajqt Sulut dan wisatawan dari seluruh nusantara.
Kyai Modjo sendiri adalah tokoh pendiri Kampung Jawa Tondano yang menjadi pusat perkembangan dan penyebaran agama Islam di seluruh dataran Minahasa.
Selain Kyai Modjo, ada juga tokoh lain yaitu Kyai Hasan Maulani (diasingkan tahun 1846), Pangeran Ronggo Danupoyo (diasingkan tahun 1848), Tuanku Imam Bonjol (diasingkan tahun 1850-an), K.H. Ahmad Rufa’i (diasingkan tahun 1861), Sayid Abdullah Assagaf (diasingkan tahun 1880).
Menurut Imam Masjid Baiturahman Amongena Satu Arifin Lamsu bahwa keberadaan Kyai Modjo dan sejumlah tokoh pejuang kemerdekaan lainnya yang diasingkan di wilayah yang kemudian menjadi Kampung Jawa Tondano ini dipastikan berinteraksi dengan warga Tondano sendiri.
Dalam perkembangannya kemungkinan terjadi perkawinan yang menghasilkan keturunan-keturunan yang terus bertambah dan pada akhirnya terbentuklah sebuah komunitas dan mendirikan Kampung Jawa Tondano.
“Dari perkembangan umat Islam di Tondano itulah diperkirakan juga akhirnya sampai ke Langowan. Hanya saja hal itu belum tercatat dalam sebuah tulisan yang sistematis,” ungkap Lamsu, Kamis (6/6/2019.
Terkait hal ini, Lamsu menuturkan pihanya merencanakan mengumpulkan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui sejarah perkembangan agama Islam di Langowan.
“Mudah-mudahan rencana ini dapat berjalan dengan baik, sehingga hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi umat Islam di Langowan khususnya generasi muda. Dengan mengetahui sejarah, tentu akan menumbuhkan rasa bangga terhadap agama yang dianut,” tuturnya.
Di Desa Amongena Satu Kecamatan Langowan Timur menurut informasi yang diperoleh ada beberapa kubur tua dari awal tahun 1900-an.
Terkait hal ini, konon ceritanya bahwa masjid Baiturahman yang pertama konstruksinya terbuat dari kayu dan berdinding bambu. (Frangki Wullur)