Ratahan – Beragam tanggapan, kritik dan komentar muncul dari masyarakat terutama pemerhati lingkungan berkaitan dengan keberadaan alat peraga kampanye (APK) para calon legislatif (Caleg) yang terpampang bebas dipepohonan.
Kata Rocky Pondaag, kemungkinan yang masang bukan caleg itu sendiri tapi menyuruh orang. Diakui Pondaag, dirinya merasa kasihan karena ada Caleg yang mau saja gambarnya dipajang bebas diberbagai pohon di sejumlah jalan di wilayah Minahasa Tenggara (Mitra). “Kasihan melihatnya, cantik-cantik, tampan-tampan tapi gambarnya terpajang di pohon,” ujar Pondaag selaku tokoh pemuda asal Tombatu Timur.
Menurut dia, pemasangan alat peraga dalam bentuk apapun sudah ada aturannya sesuai ketentuan penyelenggara Pemilu. Dengan begitu akan tepat kepada sasaran yaitu masyarakat karena letaknya yang strategis. “Seandainya bisa berucap, mungkin pohon bilang, hei caleg, kiapa ngana paku-paku pa kita,” sindirnya.
Ia sendiri sebenarnya punya harapan agar Caleg dan Parpol dapat turut ambil bagian dan berperan aktif melakukan penghijauan lingkungan agar tercipta kawasan yang asri, bukan menyiksa dan merusak pepohonan. Jika merusak, maka dari situ sudah tampak kepemimpinannya kurang baik. Sebab, semua harus dimulai dari hal-hal yang kecil.
“Kasian pohonnya, coba bayangkan kalo yang dipaku-paku itu muka para caleg, pastikan bahaya! Makanya saya bilang, mereka (pohon) juga mau hidup,” sindirnya lagi sambil bercanda.
Pondaag juga menilai, seorang calon wakil rakyat yang melakukan tindakan merusak lingkungan dengan cara memakukan gambar dipepohonan. Itu artinya, selain merusak lingkungan juga merupakan Caleg yang kurang bermodal, “dengan cara seperti ini bisa dibilang mereka (Caleg, red)tidak memiliki empati dan estetika terhadap lingkungan dan masyarakat,” tukasnya. *
Ratahan – Beragam tanggapan, kritik dan komentar muncul dari masyarakat terutama pemerhati lingkungan berkaitan dengan keberadaan alat peraga kampanye (APK) para calon legislatif (Caleg) yang terpampang bebas dipepohonan.
Kata Rocky Pondaag, kemungkinan yang masang bukan caleg itu sendiri tapi menyuruh orang. Diakui Pondaag, dirinya merasa kasihan karena ada Caleg yang mau saja gambarnya dipajang bebas diberbagai pohon di sejumlah jalan di wilayah Minahasa Tenggara (Mitra). “Kasihan melihatnya, cantik-cantik, tampan-tampan tapi gambarnya terpajang di pohon,” ujar Pondaag selaku tokoh pemuda asal Tombatu Timur.
Menurut dia, pemasangan alat peraga dalam bentuk apapun sudah ada aturannya sesuai ketentuan penyelenggara Pemilu. Dengan begitu akan tepat kepada sasaran yaitu masyarakat karena letaknya yang strategis. “Seandainya bisa berucap, mungkin pohon bilang, hei caleg, kiapa ngana paku-paku pa kita,” sindirnya.
Ia sendiri sebenarnya punya harapan agar Caleg dan Parpol dapat turut ambil bagian dan berperan aktif melakukan penghijauan lingkungan agar tercipta kawasan yang asri, bukan menyiksa dan merusak pepohonan. Jika merusak, maka dari situ sudah tampak kepemimpinannya kurang baik. Sebab, semua harus dimulai dari hal-hal yang kecil.
“Kasian pohonnya, coba bayangkan kalo yang dipaku-paku itu muka para caleg, pastikan bahaya! Makanya saya bilang, mereka (pohon) juga mau hidup,” sindirnya lagi sambil bercanda.
Pondaag juga menilai, seorang calon wakil rakyat yang melakukan tindakan merusak lingkungan dengan cara memakukan gambar dipepohonan. Itu artinya, selain merusak lingkungan juga merupakan Caleg yang kurang bermodal, “dengan cara seperti ini bisa dibilang mereka (Caleg, red)tidak memiliki empati dan estetika terhadap lingkungan dan masyarakat,” tukasnya. *