MANADO – Sulawesi Utara siap menjadi the new gate from Indonesia to Pasifik. Penegasan tersebut diungkapkan Gubernur Sulawesi Utara Dr Sinyo Harry Sarundajang pada kegiatan sosialisasi terpadu Konvensi Wina 1961 dan 1963 mengenai aplikasi fasilitas diplomatik keprotokolan dan keamanan diplomatik dalam rangka menunjang peningkatan potensi daerah, Selasa (22/11) di Aryaduta Hotel Manado.
Penegasan Sarundajang ini bukan tanpa alasan, dilihat dari sumber daya Sulut khususnya sumberdaya alam, Sulut mampu bersaing dengan daerah lainnya. “Sulut kaya akan hasil agro industry dan holticultura. Bahkan SDA di Sulut dapat bersaing dengan daerah lain,” ujar Sarundajang.
Belum lagi kalau melihat geoposisi Sulut yang sangat strategis, membuat daerah ini sangat tepat dikembangkan menjadi HUB internasional.
Hal tersebut mendapat pengakuan pihak Kementerian Luar Negeri. Lewat Direktur Fasilitas Diplomatik Wiwit Wirsatyo, Direktur Hukum Diar Nurbintoro, Direktur Keamanan Diplomatik Ignatius Kristanyo, dan Direktur Protokol Harry Kandou, yang dalam kegiatan sosialisasi tersebut bertindak sebagai nara sumber.
Sulut dinilai tepat menjadi salah satu pintu gerbang Indonesia untuk terhubung secara langsung dengan negara lain khususnya di bagian pasifik.
“Dilihat dari posisi perbatasan diakui Sulut cukup rentan dengan berbagai konflik yang bisa saja masuk di Sulut. Tapi selama ini Sulut mampu menjaga integritas keamanannya sehingga terhindar dari kekacauan. Dan hal ini patut diberikan apresiasi,” ujar Direktur Keamanan Diplomatik Ignatius Kristanyo.
Sekalipun begitu, Sarundajang tetap berharap agar sumberdaya manusia di Sulut terus melakukan pembenahan agar bisa bersaing di era globalisasi ini. Pembenahan yang dimaksud diantaranya mampu menguasai bahasa dan ilmu pengetahuan teknologi. “Siapa yang menguasai teknologi dia akan menguasai pasar. Siapa yang menguasai pasar akan menguasai dunia,” tegas Sarundajang yang mencontohkan negara China yang ketika pemerintah semakin banyak membuka pintu gerbang, China semakin maju. (*/jrp)