Manado – Riak-riak pemilihan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado memang sudah berakhir, bahkan acara pelantikan Dekan terpilih Drs. Philip M Regar MS pun berjalan dengan sukses.
Namun hasil penelusuran wartawan media ini ternyata dibalik pemilihan Dekan Fisip Unsrat, ada beberapa dosen yang merupakan anggota Senat melihat hal-hal yang janggal dalam mekanisme.
“Sangat tidak rasional ketika pemberlakuan hak Rektor sebesar 35 persen dalam pemilihan Dekan, mengapa saya katakan demikian karena landasan argumentasinya apa sehingga diberlakukan demikian,” papar salah satu dosen yang tidak mau namanya diekspose.
Bahkan keputusan untuk adanya pemilihan ulang cukup kontroversial. Ini seharusnya menyadarkan kita bahwa mekanisme yang amburadul ditambah dengan 35 persen hak Rektor itulah yang memberikan dampak sehingga pemilihan pertama dinilai delegitimasi.
Pemilihan ulangpun dilaksanakan sekalipun menurut banyak kalangan bertendensi kepentingan penguasa. Akhirnya intervensi kekuasaanpun cukup mendominasi. Lihat saja entah apa yang menyelimuti pemilihan Dekan Fisip tersebut.
Bisa dilihat arus intervensi politik penguasa yang deras itupun tak mampu dibendung. Suara semula yang dimenangkan oleh DR Welly Areros MSi secara tiba-tiba berbalik. Secara logika hal tersebut tidak akan terjadi dalam rentang waktu yang singkat. Namun ada beberapa pengamat seperti Taufik Tumbelaka mengungkapkan bahwa kejadian ini sangat disayangkan terjadi di dunia kampus.
Perselingkuhan kekuasaanpun tak pelak terhindarkan bak permainan politik di lembaga parlemen yang tidak lagi mengenal asas intelektualitas. Namun, apapun hasilnya seluruh civitas Fisip hanya bisa menerima kenyataan tersebut.
Maka pertanyaan untuk kedepannya, apakah intervensi kekuasaan akan terus mendominasi di kampus kebanggaan masyarakat nyiur malambay ini?? Tentu masih menjadi tanda tanya besar.(ik)
Manado – Riak-riak pemilihan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado memang sudah berakhir, bahkan acara pelantikan Dekan terpilih Drs. Philip M Regar MS pun berjalan dengan sukses.
Namun hasil penelusuran wartawan media ini ternyata dibalik pemilihan Dekan Fisip Unsrat, ada beberapa dosen yang merupakan anggota Senat melihat hal-hal yang janggal dalam mekanisme.
“Sangat tidak rasional ketika pemberlakuan hak Rektor sebesar 35 persen dalam pemilihan Dekan, mengapa saya katakan demikian karena landasan argumentasinya apa sehingga diberlakukan demikian,” papar salah satu dosen yang tidak mau namanya diekspose.
Bahkan keputusan untuk adanya pemilihan ulang cukup kontroversial. Ini seharusnya menyadarkan kita bahwa mekanisme yang amburadul ditambah dengan 35 persen hak Rektor itulah yang memberikan dampak sehingga pemilihan pertama dinilai delegitimasi.
Pemilihan ulangpun dilaksanakan sekalipun menurut banyak kalangan bertendensi kepentingan penguasa. Akhirnya intervensi kekuasaanpun cukup mendominasi. Lihat saja entah apa yang menyelimuti pemilihan Dekan Fisip tersebut.
Bisa dilihat arus intervensi politik penguasa yang deras itupun tak mampu dibendung. Suara semula yang dimenangkan oleh DR Welly Areros MSi secara tiba-tiba berbalik. Secara logika hal tersebut tidak akan terjadi dalam rentang waktu yang singkat. Namun ada beberapa pengamat seperti Taufik Tumbelaka mengungkapkan bahwa kejadian ini sangat disayangkan terjadi di dunia kampus.
Perselingkuhan kekuasaanpun tak pelak terhindarkan bak permainan politik di lembaga parlemen yang tidak lagi mengenal asas intelektualitas. Namun, apapun hasilnya seluruh civitas Fisip hanya bisa menerima kenyataan tersebut.
Maka pertanyaan untuk kedepannya, apakah intervensi kekuasaan akan terus mendominasi di kampus kebanggaan masyarakat nyiur malambay ini?? Tentu masih menjadi tanda tanya besar.(ik)