Manado, BeritaManado.com — Setelah ramai dengan adanya protes dari Warga Negara Asing (WNA) terkait bisingnya pengeras suara salah satu gereja GMIM di Pulau Bunaken, sejumlah tokoh Gereja bahkan warga GMIM terus memberikan berbagai respon yang beragam terhadap aksi protes WNA.
Provinsi yang terkenal dengan toleransinya yang tinggi seolah terusik dengan kritikan itu bahkan Panglima Panji Yosua pun berang seakan tak ada ampun bagi oknum WNA tersebut.
Menyikapi hal itu, sejumlah media pun mendesak tokoh muda GMIM yang juga sebagai wakil ketua DPRD Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Billy Lombok untuk memberikan pandangannya.
Menurut Billy, GMIM memang memiliki jumlah jemaat terbanyak di Sulut dan ketiga terbanyak di indonesia jadi wajar bila berbagai respon masih terus bergulir.
“Gereja tidak anti kritik, GMIM adalah organisasi dalam realitas dunia, dan kritik itu justru memberikan energi pelayanan. GMIM adalah gereja reformed church, ciri khas reform ya tidak anti kritik, bisa dilihat bahwa, setiap tahun para presbyter dan pelsus rapat membahas evaluasi. bahkan membahas liturgi serta pembacaan Alkitab sesuai perkembangan,” ucap Billy Kamis, (31/8/2023) di Kantor DPRD Sulut.
Lanjut Billy, kritik itu adalah hal yang lumrah terjadi. Pada eranya sendiri memiliki tantangan tersendiri.
“Banyak yang mengkritik sinode di sosial media facebook, muncul berbagai group akun, ada juga yang datang berdemo membawa masalah jemaat bahkan yayasan ke sinode, sampai sekarang GMIM tetap bertahan bahkan ada banyak masalah berangsur selesai, sinode tidak bersikap berlebihan kala itu,” ungkap Billy.
Tak sampai di situ saja, Billy mengingatkan bahwa, kritik sosial itu akan selalu ada. GMIM adalah gereja protestan, dulu juga ada sejarahnya memprotest, jadi memang realitanya GMIM ada di dunia, menggarami dunia menjadi terang.
“Justru kritik menjadi modal dan energi dalam pelayanan. Juga Tidak mudah mendapat daya tarik turis, mungkin ada yang terganggu di daerah wisata. Bagaimana gereja ada penyesuaian, turis juga perlu dijelaskan, kan kemarin sudah ada rekonsiliasi, kemenkumham cepat tanggap,” tukas Billy.
Meski demikian, Billy mengajak seluruh warga GMIM terutama generasi muda GMIM untuk terus merawat kerukunan di mana, hal itu melibatkan pengakuan terhadap nilai-nilai, keyakinan, tradisi, dan pandangan yang berbeda, serta membangun lingkungan yang inklusif dan saling menghormati.
“Dengan mengedepankan dialog terbuka, pemahaman, dan toleransi, kita dapat menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh rasa hormat terhadap keberagaman, dan pada akhirnya, kerukunan didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan universal seperti saling menghormati, mencintai, dan mendukung satu sama lain,” terang Billy.
Protes WNA ke GMIM
Publik Sulawesi Utara dihebohkan dengan postingan video viral oknum WNA yang protes terkait bisingnya pengeras suara salah satu gereja GMIM di Pulau Bunaken, Kota Manado.
Oknum WNA yang belakangan diketahui bernama Tony, protes soal pelaksanaan pencarian dana pembangunan Gereja GMIM Patmos yang dianggapnya mengganggu privasi dan kenyamanan liburan para wisatawan.
Protes keras oknum WNA tersebut disertai dengan pernyataan yang dianggap menghina GMIM yang lantas menuai pro dan kontra di masyarakat.
Teranyar diketahui terkait perkara tersebut sudah dilaporkan dan dalam penanganan pihak Polsek Bunaken Kepulauan berkoordinasi dengan pihak Imigrasi.
“Penanganan oleh Polsek Bunaken Kepulauan berkoordinasi dengan pihak imigrasi, dan rencananya WNA tersebut akan dipertemukan dengan pihak dari GMIM,” ujar Kapolsek Bunaken Kepulauan Ipda Angger Mahendra kepada BeritaManado.com, Senin (28/8/2023).
Dijelaskan Ipda Angger Mahendra kejadian dalam video viral tersebut terjadi pada Sabtu 19 Agustus 2023 silam dan langsung direspon cepat oleh pihaknya sehari setelahnya.
“Hari Minggu 20 Agustus 2023, ada aduan ke Polsek dan kami langsung turun ke TKP (tempat kejadian perkara),” ujar dia.
Pada Senin 21 Agustus 2023 Polsek Bunaken Kepulauan langsung berkoordinasi dengan pihak imigrasi.
“Yang bersangkutan sudah dipanggil oleh pihak imigrasi,” tandas Ipda Angger Mahendra.
Terkait postingan para turis yang berfoto sambil memegang spanduk bertuliskan “We Are On Holiday And Do Not Want To Be Woken Up By GMIM Church Until 07.00 AM” yang artinya adalah kami sedang liburan dan tidak ingin dibangunkan oleh gereja GMIM hingga jam 7 pagi. Dari informasi yang diperoleh dilakukan sebelum kejadian tanggal 19 Agustus tersebut.
Postingan para turis asing memegang spanduk tersebut disinyalir dilakukan sebelum melakukan check out dari salah satu resort di Pulau Bunaken.
Respon Keras Panglima Panji Yosua
Panglima Panji Yosua James Sumendap pasca kejadian tersebut memberikan respon keras dengan mengecam aksi protes oknum WNA.
Dalam video yang beredar di sosial media facebook Selasa, (28/8/2023) James yang juga sebagai bupati Kabupaten Minahasa Tenggara itu meminta wakil ketua bidang hukum untuk melapor ke Polda Sulut, bahkan mengancam akan menurunkan pasukan Panji Yosua untuk mengawal hal tersebut.
“Kita kalau talia kita ajar pa dia. Kalau GMIM tidak bertindak, saya kumpul ini Panji Yosua berapa puluh ribu ini. Kita cari pa ini bule ini. Torang angkat dia, bawa pulang dia. Jangan ada di tanah Minahasa,” tegas James dalam penggalan video dengan dialek Manado yang kental.
Lanjut James, GMIM tidak boleh dihina. Itu karena kultur, karena budaya, saling menghormati orang beribadah subuh.
“Kita yanh ada di tanah minahasa, di wilayah GMIM, tidak boleh di ganggu gugat. Orang baca sumbangan dan orang beribadah itu sama. Karena itu berkat Tuhan dari jemaat yang Tuhan kase, for Gereja dan itu harus dibacakan. Kalau ada orang-orang yang terganggu dengan itu, silahkankeluar dari tanah minahasa,” tegasnya lagi.
WNA Minta Maaf
Kejadian turis asing di Pulau Bunaken, yang berselisih paham dengan warga akibat merasa terganggu dengan dengan bunyi dari pengeras suara gereja yang dinilai mengganggu privasi wisatawan direspon oleh Kapolresta Manado Kombes Pol Julianto Sirait.
“Benar ada kejadian tersebut dan saat ini sedang ditangani pihak imigrasi,” kata Kombes Pol Julianto Sirait saat ditemui di Mapolresta Manado, Senin (28/8/2023).
Kapolresta Sirait mengimbau agar kejadian serupa tidak terulang, sikap toleransi dan menghargai budaya dan kebiasaan warga lokal setempat wajib dihormati khususnya kepada wisatawan atau WNA yang berkunjung ke Kota Manado.
Dijelaskan lebih lanjut, pariwisata nyaman, aman dan menyenangkan memang sudah seharusnya diwujudkan di Kota Manado.
“Kita harus ciptakan pariwisata yang nyaman, aman, dan menyenangkan untuk semua orang, tak hanya kepada turis namun juga dengan masyarakat setempat,” tambah Kapolresta Sirait.
Ternyar diketahui oknum WNA yang berinisial TJK, yang dalam video viral tmelakukan protes tersebut bakal dipertemukan dengan pihak GMIM oleh Imigrasi.
Pihak Kantor Imigrasi juga mengakui sudah memeriksa oknum WNA tersebut.
“Sudah diperiksa oleh Kantor Imigrasi Kelas I TPI Manado, yang bersangkutan pada dasarnya mengakui kesalahanya karena sempat menyampaikan kata-kata yang kurang pantas,” ungkap Kakanwil Kemenkumham Sulut Ronald Lumbuun.
WNA tersebut pun sudah menyampaikan kesalahannya secara tertulis kepada petugas Imigrasi Manado. Sedangkan alasan turis tersebut mengeluarkan ucapan yang dianggap menghina organisasi gereja tersebut karena merasa lelah.
“Yang bersangkutan emosi, dan terkait pernyataannya dalam video viral tersebut dia sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi,” tandasnya.
(Etdysep Dirangga)