Manado – Alasan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi karena hanya dinikmati orang kaya adalah pembodohan kepada masyarakat. Pendapat ini diutarakan pemerhati sosial Michael Palohoon.
“Kenapa yang dikambinghitamkan orang kaya? Kalau kebijakan subsidi itu salah, berarti pemerintahan Indonesia sejak negara ini merdeka sudah salah, karena program subsidi ini sudah berlangsung sejak dulu,” ujar Michael.
Begitupun soal kendaraan, menurutnya tidak semua masyarakat pemilik kendaraan dapat dikategorikan orang kaya. Apalagi sebagian besar kendaraan dibeli menggunakan fasilitas kredit. Pemerintah seharusnya terlebih dahulu melakukan klasifikasi. Membedakan masyarakat yang memiliki kendaraan untuk kepentingan pribadi atau kendaraan digunakan untuk kegiatan komersil, angkutan umum atau niaga.
“Propaganda yang diangkat pemerintah agar terkesan kenaikkan harga BBM ini wajar maka diasumsikan bahwa semua pemilik kendaraan itu adalah orang kaya yang tidak berhak menerima subsidi. Padahal tidak demikian! Orang kaya itu misalnya memliki kendaraan mobil yang hanya digunakan secara pribadi untuk menunjang aktifitas pekerjaan. Misalnya mobil digunakan ke kantor atau keperluan keluarga, bukan untuk menambah pendapatan,” tuturnya.
Justeru menurutnya, kendaraan yang beroperasi di jalanan sebagian besar digunakan untuk kegiatan niaga atau kendaraan untuk ‘mencari uang’.
“Misalnya mobil angkutan umum, angkutan barang, ataupun sepeda motor. Bahkan banyak mobil pribadi plat hitam dijadikan mobil rental. Mungkin pemilik mobil angkutan umum yang berjumlah lebih dari satu bisa dikategorikan orang kaya, tapi yang mengoperasikan kendaraan itu kan hanya sopir. Nah, sopir ini yang menanggung biaya BBM bukan bosnya yang pemilik mobil,” ketus Michael.
Untuk itu Michael menyarankan pemerintah pusat tidak perlu melakukan propaganda pemilik mobil adalah orang kaya yang tidak berhak menikmati subsidi untuk memuluskan rencana menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Tidak usah cari alasan mengada-ada. Itu sama saja pembodohan kepada masyarakat, karena pasti orang kaya akan tersinggung. Apalagi tidak semua yang memiliki mobil itu orang kaya. Misalnya, saya memiliki satu buah mobil dengan kondisi sudah tua, dan mobil itu satu-satunya harapan saya untuk mencari uang. Apakah saya ini dikategorikan orang kaya?” Jelasnya mencontohkan. (tbm)
Manado – Alasan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi karena hanya dinikmati orang kaya adalah pembodohan kepada masyarakat. Pendapat ini diutarakan pemerhati sosial Michael Palohoon.
“Kenapa yang dikambinghitamkan orang kaya? Kalau kebijakan subsidi itu salah, berarti pemerintahan Indonesia sejak negara ini merdeka sudah salah, karena program subsidi ini sudah berlangsung sejak dulu,” ujar Michael.
Begitupun soal kendaraan, menurutnya tidak semua masyarakat pemilik kendaraan dapat dikategorikan orang kaya. Apalagi sebagian besar kendaraan dibeli menggunakan fasilitas kredit. Pemerintah seharusnya terlebih dahulu melakukan klasifikasi. Membedakan masyarakat yang memiliki kendaraan untuk kepentingan pribadi atau kendaraan digunakan untuk kegiatan komersil, angkutan umum atau niaga.
“Propaganda yang diangkat pemerintah agar terkesan kenaikkan harga BBM ini wajar maka diasumsikan bahwa semua pemilik kendaraan itu adalah orang kaya yang tidak berhak menerima subsidi. Padahal tidak demikian! Orang kaya itu misalnya memliki kendaraan mobil yang hanya digunakan secara pribadi untuk menunjang aktifitas pekerjaan. Misalnya mobil digunakan ke kantor atau keperluan keluarga, bukan untuk menambah pendapatan,” tuturnya.
Justeru menurutnya, kendaraan yang beroperasi di jalanan sebagian besar digunakan untuk kegiatan niaga atau kendaraan untuk ‘mencari uang’.
“Misalnya mobil angkutan umum, angkutan barang, ataupun sepeda motor. Bahkan banyak mobil pribadi plat hitam dijadikan mobil rental. Mungkin pemilik mobil angkutan umum yang berjumlah lebih dari satu bisa dikategorikan orang kaya, tapi yang mengoperasikan kendaraan itu kan hanya sopir. Nah, sopir ini yang menanggung biaya BBM bukan bosnya yang pemilik mobil,” ketus Michael.
Untuk itu Michael menyarankan pemerintah pusat tidak perlu melakukan propaganda pemilik mobil adalah orang kaya yang tidak berhak menikmati subsidi untuk memuluskan rencana menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Tidak usah cari alasan mengada-ada. Itu sama saja pembodohan kepada masyarakat, karena pasti orang kaya akan tersinggung. Apalagi tidak semua yang memiliki mobil itu orang kaya. Misalnya, saya memiliki satu buah mobil dengan kondisi sudah tua, dan mobil itu satu-satunya harapan saya untuk mencari uang. Apakah saya ini dikategorikan orang kaya?” Jelasnya mencontohkan. (tbm)