Koltem – Denny Ronny Wowiling tak tinggal diam dalam mengkampanyekan dirinya sebagai Caleg DPRD Minut utusan Partai Golkar, Dapil Airmadidi Kalawat.
Hal ini dikatakan dalam sambutan perayaan HUT ke-49 dirinya, di rumah kediamannya, di Kolongan Tatempangan, Kalawat, Minut, Sabtu (31/8) kemarin.
Prinsip ‘Batata’ di pakai Dewo sapaan akrab Wowiling untuk menggaet hati pemilih. Dikatakannya, Batata tak kelihatan, berada di dalam tanah.
“Pohonnya kelihatan di sini, tapi buahnya ada di muka belakang, kiri dan kanan, bagaikan berbagai penjuru mata angin,” kata Dewo berapi-api yang disambut aplaus tamu dan undangan.
Menurut Dewo, belum tentu apa yang kelihatan itu sudah baik. Karena bukan liat tampan fisik manusia, melainkan inner beauty, kedalaman dan ketulusan untuk mengabdi tulus.
“Saya katakan, silakan menilai semua, bukan nilai hari ini, tapi backgroun 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun kebelakang. Kalau kita melihat di hari ini dan ke depan, berarti kita melihat kepura-puraan seorang untuk pengabdian,” jelas Dewo dengan penuh semangat.
Disinggungnya juga terkait statemen Doktor Maluegha, “Kata doktor pada saya, bos mana bos pe baliho?, kita bilang nanti jo pak doktor, kita pe baliho sementara rangkai, dari airmata jadi permata,” ungkap Dewo yang disambut lagi dengan aplaus para tamu undangan.
Itulah baliho Dewo, dengan nada yang keras, Dewo menambahkan, balihonya sementara dirangkai dari fitnaan menjadi ketinggian dalam Tuhan, merangkai dari tekanan himpitan, musyawarah mufakat menjadi kekuatan yang Allah siapkan.
“Bagi saya, baliho itu bukan satu-satunya. Minta maaf pak doktor, bukan menggurui, hanya mengklarifikasi pak doktor Maluegha yang begitu tua,” tandas Dewo. (robin tanauma)
Koltem – Denny Ronny Wowiling tak tinggal diam dalam mengkampanyekan dirinya sebagai Caleg DPRD Minut utusan Partai Golkar, Dapil Airmadidi Kalawat.
Hal ini dikatakan dalam sambutan perayaan HUT ke-49 dirinya, di rumah kediamannya, di Kolongan Tatempangan, Kalawat, Minut, Sabtu (31/8) kemarin.
Prinsip ‘Batata’ di pakai Dewo sapaan akrab Wowiling untuk menggaet hati pemilih. Dikatakannya, Batata tak kelihatan, berada di dalam tanah.
“Pohonnya kelihatan di sini, tapi buahnya ada di muka belakang, kiri dan kanan, bagaikan berbagai penjuru mata angin,” kata Dewo berapi-api yang disambut aplaus tamu dan undangan.
Menurut Dewo, belum tentu apa yang kelihatan itu sudah baik. Karena bukan liat tampan fisik manusia, melainkan inner beauty, kedalaman dan ketulusan untuk mengabdi tulus.
“Saya katakan, silakan menilai semua, bukan nilai hari ini, tapi backgroun 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun kebelakang. Kalau kita melihat di hari ini dan ke depan, berarti kita melihat kepura-puraan seorang untuk pengabdian,” jelas Dewo dengan penuh semangat.
Disinggungnya juga terkait statemen Doktor Maluegha, “Kata doktor pada saya, bos mana bos pe baliho?, kita bilang nanti jo pak doktor, kita pe baliho sementara rangkai, dari airmata jadi permata,” ungkap Dewo yang disambut lagi dengan aplaus para tamu undangan.
Itulah baliho Dewo, dengan nada yang keras, Dewo menambahkan, balihonya sementara dirangkai dari fitnaan menjadi ketinggian dalam Tuhan, merangkai dari tekanan himpitan, musyawarah mufakat menjadi kekuatan yang Allah siapkan.
“Bagi saya, baliho itu bukan satu-satunya. Minta maaf pak doktor, bukan menggurui, hanya mengklarifikasi pak doktor Maluegha yang begitu tua,” tandas Dewo. (robin tanauma)