MANADO – Asosiasi Petani Kelapa Sulawesi Utara (Apeksu) memperkirakan lebih 60 ribu pohon kelapa di Sulut mati dalam sepuluh tahun terakhir, sebagian besar karena termakan usia.
“Sepuluh tahun lalu jumlah tanaman kelapa lebih dari 200 ribu pohon, tetapi sekarang terus melorot, sebab 30 persen di antaranya rusak ataupun mati, sebagian besar disebabkan umur tanaman yang sudah tua di atas 60 tahun,” kata Ketua Apeksu, George Umpel, di Manado, Minggu (18/9).
George mengatakan, selain faktor usia tanaman, matinya sejumlah pohon kelapa di Sulut disebabkan serangan penyakit busuk pucuk, dan ada di antaranya sengaja ditebang karena didirikan bangunan perumahan, serta sebab lainnya.
“Apeksu sangat prihatin dengan terus melorotnya jumlah tanaman kelapa di Sulut, untuk itu pemerintah daerah diminta segera mencari jalan keluar guna mempertahankan kelapa sebagai komoditas perkebunan andalan daerah ini,” kata George.
Disinggung program peremajaan tanaman kelapa dengan kebijakan penyaluran benih oleh pemerintah daerah, kata George, terbukti tidak praktis, karena sebagian besar benih bantuan tidak dimanfaatkan petani.
“Yang menjadi masalah bagi petani bukan soal benih, sebab petani bisa menyediakannya. Yang justru menjadi masalah adalah biaya tanam dan pemeliharaan pohon kelapa yang sudah ditanam,” kata George.
Makanya, kata Goerge, akan lebih berhasil, bila pemerintah memberi subsidi untuk biaya penanaman dan pemeliharaan daripada menyediakan benih kelapa.(jor)
MANADO – Asosiasi Petani Kelapa Sulawesi Utara (Apeksu) memperkirakan lebih 60 ribu pohon kelapa di Sulut mati dalam sepuluh tahun terakhir, sebagian besar karena termakan usia.
“Sepuluh tahun lalu jumlah tanaman kelapa lebih dari 200 ribu pohon, tetapi sekarang terus melorot, sebab 30 persen di antaranya rusak ataupun mati, sebagian besar disebabkan umur tanaman yang sudah tua di atas 60 tahun,” kata Ketua Apeksu, George Umpel, di Manado, Minggu (18/9).
George mengatakan, selain faktor usia tanaman, matinya sejumlah pohon kelapa di Sulut disebabkan serangan penyakit busuk pucuk, dan ada di antaranya sengaja ditebang karena didirikan bangunan perumahan, serta sebab lainnya.
“Apeksu sangat prihatin dengan terus melorotnya jumlah tanaman kelapa di Sulut, untuk itu pemerintah daerah diminta segera mencari jalan keluar guna mempertahankan kelapa sebagai komoditas perkebunan andalan daerah ini,” kata George.
Disinggung program peremajaan tanaman kelapa dengan kebijakan penyaluran benih oleh pemerintah daerah, kata George, terbukti tidak praktis, karena sebagian besar benih bantuan tidak dimanfaatkan petani.
“Yang menjadi masalah bagi petani bukan soal benih, sebab petani bisa menyediakannya. Yang justru menjadi masalah adalah biaya tanam dan pemeliharaan pohon kelapa yang sudah ditanam,” kata George.
Makanya, kata Goerge, akan lebih berhasil, bila pemerintah memberi subsidi untuk biaya penanaman dan pemeliharaan daripada menyediakan benih kelapa.(jor)