Manado, BeritaManado.com — COVID-19 menjadi momok menakutkan bagi segala usia.
Selain penularannya cepat, virus ini sangat mematikan dan memiliki efek lebih besar bagi mereka yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
Di Sulut misalnya, mayoritas pasien COVID-19 yang meninggal dunia mempunyai komorbid.
Bahkan menurut Guru Besar Epidemiologi Universitas Sam Ratulangi, Prof. Dr. dr Grace Debbie Kandou, pasien meninggal dunia terbanyak pada rentang usia 46-59 tahun.
Orang dengan Penyakit Tidak Menular Berisiko Tinggi Terinfeksi COVID-19
Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Cut Putri Ariene menyebutkan orang dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, jantung, kanker, diabetes, ginjal, PPOK, penyakit nafas, gangguan imunologi dan lainnya sangat mudah terpapar COVID-19, bahkan kondisinya bisa semakin berat.
“Ini sangat terkait dengan imunitas tubuh, karena yang pasti kondisinya berbeda dengan orang normal,” terang Cut Putri Ariene dalam rilis media Kemenkes RI, Minggu (4/7/2020).
Hal yang sama disampaikan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Eka Ginanjar.
Menurutnya, orang dengan PTM jika tertular kondisinya semakin buruk.
“Contohnya hipertensi, pembuluh darahnya sudah tidak baik, kekuatan mukosa (lapisan tubuhnya) tidak terlalu bagus lagi, jadi mudah tertular. Daya tahan tubuh bukan hanya imunitas tapi secara non spesifik berfungsi melawan virus itu,” kata Eka Ginanjar.
Eka berharap, di masa pandemi orang dengan PTM lebih menjaga kesehatan dan daya tahan tubuhnya dengan rutin cek kesehatan, menjaga indeks masa tubuh, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat.
Aktif lakukan deteksi sedini mungkin
Untuk orang sehat yang merasa dirinya tidak memiliki keluhan, belum tentu tetap sehat
Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Cut Putri Ariene
Selain mencegah faktor risiko, Cut mengingatkan masyarakat berperan aktif melakukan deteksi sedini mungkin, sehingga bisa dilakukan pengobatan sedini mungkin.
“Untuk orang sehat yang merasa dirinya tidak memiliki keluhan, belum tentu tetap sehat. Lakukanlah skrining minimal enam bulan sampai satu tahun sekali,” terang Cut.
Deteksi dini dapat dilakukan dengan mengukur tekanan darah, gula darah, indeks masa tubuh, dan lingkar perut.
Skrining bagi orang dengan faktor risiko minimal 1 sampai 3 bulan sekali.
Untuk yang sudah penyandang sebaiknya lebih rutin lagi, minimal 1 kali sebulan.
“Pada masa pandemi, penyandang PTM mendapatkan fleksibilitas bahwa obat diberikan untuk 2 bulan guna mengurangi mobilisasi keluar. Yang penting minum obat secara teratur,” pungkasnya.
(alfritsemen/rds)