Manado, BeritaManado.com — Salah satu institusi yang bakal kena dampak Pemilihan Serentak adalah Gereja.
Kelompok keagamaan ini berpotensi dimanfaatkan oleh kekuatan politik tertentu agar ambisi menang diraih.
Hal tersebut ditegaskan Dosen Kepemiluan, Ferry Daud Liando saat menjadi pemateri pada Seminar Politik Pemuda Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), Sabtu (1/8/2020).
Menurut Ferry Daud Liando, Gereja menjadi sasaran politik karena tiga hal.
Pertama kata Ferry, karena memiliki pengikut banyak dan cenderung loyal.
Selanjutnya, organisiasi Gereja mempunyai struktur kelembagaan kuat dan Gereja memiliki tokoh panutan yang diikuti banyak pengikut.
“GMIM sebagai salah satu populasi anggota terbesar di Sulut pasti akan berusaha disasar para kekuatan politik. Saya mengingatkan jangan sampai ada yang memanfatakan. GMIM jangan jadi kuda tunggangan,” tegas Koordinator Nasional Gerakan Masyarakat untuk Pemilu Beretika (GEMPITA) itu.
Dikatakan, potensi yang terjadi adalah merekrut para tokoh GMIM dan dipaketkan dalam pasangan calon.
Bisa juga menawarkan para tokoh ini menjadi tim sukses.
“Bagi saya, sepanjang intitusi GMIM tak dimanfaatkan, maka upaya melibatkan para tokoh GMIM tidak masalah. Namun jangan sampai simbol-simbol GMIM dimanfaatkan berkampanye. Gereja harus menjaga jarak, bebas dari kekuasaan dan ketergantungan pada parpol. Warga GMIM punya pilihan masing-masing dan itu harus dihormati.
Ferri menambahkan, ketelibatan para tokoh GMIM pada pilkada sah-sah saja.
“Undang-undang (UU) HAM tidak melarang, juga dengan aturan tata gereja. Kebebasan berserikat, dan menyatakan pendapat dijamin oleh UU. Namun yang tidak boleh itu adalah membawa-bawa nama institusi dalam mempengaruhi pemilih,” tandasnya.
(Alfrits Semen)