Amurang–Keluhan dilayangkan masyarakat Minsel atas pelayanan RSU Kalooran Amurang. Pasalnya, rumah sakit milik GMIM ini justru tak mau mendengar masukan warga. Padahal, Yayasan Ds Wenas GMIM harus syukuri. Karena, RS Kalooran Amurang makin dipercaya. Namun demikian, lama kelamaan kepercayaan menurun.
‘’Kalau mau berobat, mungkin so mati dulu baru ada pertolongan. Dan memang, pelayanan RS Kalooran belakangan ini tak biasanya,’’ ujar sejumlah warga asal Ranoiapo yang meminta namanya tak ditulis.
Menariknya, salah satu pasien, Denny Chandra mengalami musibah kecelakaan, Senin (18/6) sekitar pukul 24.00 Wita, masuk. Sayangnya, pasien yang sudah ‘koma’ itu tak mendapat pertolongan dari petugas, seperti dokter maupun perawat. Tak heran, keluarga juga langsung mengkomplain pihak RS Kalooran Amurang.
Informasi yang dirangkum beritamanado.com, Selasa (19/6) tadi, melalui keluarga. Bahwa, kalau managemen RS Kalooran tersebut tidak menghiraukan pasien yang sedang sekarat. Herannya, harus menyelesaikan administrasi lebih dulu baru mendapat pertolongan.
“Kalau belum selesaikan administrasinya, maka pasien belum bisa kami tangani,” ujar keluarga korban Kety Yansen, mengutip apa yang disampaikan staf pengobatan.
Dikatakannya lagi, bahwa hal ini sangat menyakitkan keluarga korban. Karena, seharusnya pihak RS Kalooran, harus lakukan pertolongan pertama. Baru memberikan pelayanan administrasi.
”Sebagai keluarga, jelas marah atas perilaku terhadap anak kami yang sedang sekarat. Berarti RS Kalooran nanti sudah meninggal pasien baru bisa menangani. Kami mengharapkan Dinas Kesehatan Minsel lebih khusus Yayasan Ds Wenas GMIM melihat keluhan ini,” tambahnya.
‘’Maksudnya, pihak RS Kalooran Amurang, harus menangani pasiennya. Apalagi, pasiennya sudah sekarat alias koma. Lebih heran lagi, lantaran belum menyelesaikan administrasinya, pelayanannya justru tidak becus. Pastinya, jahitan yang mereka lakukan hanya sembarangan. Sehingga kami dari keluarga langsung meminta rujuk ke RSU Prof Kandou Malalayang- Manado,” ujar beberapa keluarga korban lainnya. (and)
Amurang–Keluhan dilayangkan masyarakat Minsel atas pelayanan RSU Kalooran Amurang. Pasalnya, rumah sakit milik GMIM ini justru tak mau mendengar masukan warga. Padahal, Yayasan Ds Wenas GMIM harus syukuri. Karena, RS Kalooran Amurang makin dipercaya. Namun demikian, lama kelamaan kepercayaan menurun.
‘’Kalau mau berobat, mungkin so mati dulu baru ada pertolongan. Dan memang, pelayanan RS Kalooran belakangan ini tak biasanya,’’ ujar sejumlah warga asal Ranoiapo yang meminta namanya tak ditulis.
Menariknya, salah satu pasien, Denny Chandra mengalami musibah kecelakaan, Senin (18/6) sekitar pukul 24.00 Wita, masuk. Sayangnya, pasien yang sudah ‘koma’ itu tak mendapat pertolongan dari petugas, seperti dokter maupun perawat. Tak heran, keluarga juga langsung mengkomplain pihak RS Kalooran Amurang.
Informasi yang dirangkum beritamanado.com, Selasa (19/6) tadi, melalui keluarga. Bahwa, kalau managemen RS Kalooran tersebut tidak menghiraukan pasien yang sedang sekarat. Herannya, harus menyelesaikan administrasi lebih dulu baru mendapat pertolongan.
“Kalau belum selesaikan administrasinya, maka pasien belum bisa kami tangani,” ujar keluarga korban Kety Yansen, mengutip apa yang disampaikan staf pengobatan.
Dikatakannya lagi, bahwa hal ini sangat menyakitkan keluarga korban. Karena, seharusnya pihak RS Kalooran, harus lakukan pertolongan pertama. Baru memberikan pelayanan administrasi.
”Sebagai keluarga, jelas marah atas perilaku terhadap anak kami yang sedang sekarat. Berarti RS Kalooran nanti sudah meninggal pasien baru bisa menangani. Kami mengharapkan Dinas Kesehatan Minsel lebih khusus Yayasan Ds Wenas GMIM melihat keluhan ini,” tambahnya.
‘’Maksudnya, pihak RS Kalooran Amurang, harus menangani pasiennya. Apalagi, pasiennya sudah sekarat alias koma. Lebih heran lagi, lantaran belum menyelesaikan administrasinya, pelayanannya justru tidak becus. Pastinya, jahitan yang mereka lakukan hanya sembarangan. Sehingga kami dari keluarga langsung meminta rujuk ke RSU Prof Kandou Malalayang- Manado,” ujar beberapa keluarga korban lainnya. (and)