Jakarta, BeritaManado.com – Paus Fransiskus yang baru saja menyelesaikan kunjungan apostoliknya di Indonesia pada 3-6 September 2024 ternyata memiliki satu visi yang sama dengan Senator RI asal Sulut Maya Rumantir terkait perdamaian dan persaudaraan.
Keduanya memang adalah tokoh Katolik dengan latar belakang yang berbeda dan memang tidak bisa dijadikan barometer untuk membandingkan satu sama lain atas apa yang telah dilakukan.
Namun satu hal yang pasti, bahwa baik Paus Fransiskus dan Senator Maya Rumantir, sama-sama memiliki mahakarya dalam pelayanannya yaitu menyebarkan perdamaian dan persaudaraan.
Paus Fransiskus sejak sektiar 11 tahun lalu ditahbiskan sebagai pemimpin Gereja Katolik se-dunia langsung tancap gas dengan karya misinya yang bernuansa perdamaian dan persaudaraan.
Beberapa hal yang dilakukan Paus Fransiskus baik di Vatikan maupun saat kunjungan apostolik di sejumlah negara yaitu bertemua dengan tokoh-tokoh agama setempat.
Bahkan, ada beberapa kesempatan Paus Fransiskus melakukan ritual pembasuhan dan mencium kaki para pengungsi, narapinada dan orang lain meski ada yang bukan Katolik.
Bahkan salah satu momentum bersejarah terjadi di Uni Emirat Arab (UEA) tahun 2019 dengan ditandatanganinya sebuah dokumen Abu Dhabi.
Bahkan pada 4 Februari 2019, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) teleha menetapkannya sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional (International Day of Human Fraternity).
Dokumen Abu Dhabi ditandatanani oleh Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al-Thayeb dan Paus Fransiskus.
Nama Dokumen tersebut adalah “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama”.
Penelusuran literatur BeritaManado.com dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan Paus Fransiskus dalam konteks global.
Sementara untuk hal-hal yang tak kalah kongkrit adalah mahakarya dari seornag perempuan yang juga merupakan Anggota DPD RI bernama Maya Rumantir dengan sederet karya nyata yang berhubungan dengan perdamaian dan persahabatan antar manusia.
Tercatat dalam jejak digital berupa arsip berita-berita, bahwa Senator Maya Rumantir telah lebih dari 30 tahun bergelut dengan karya-karya kemanusiaan, bahkan di beberapa daerah konflik seperti Ambon dan Ternate.
Melalui profesinya saat masih remaja dengan profesi penyanyi, Maya Rumantir selalu menyisihkan waktu dari profesinya itu dalam berbagai kesempatan.
Saat beranjak dewasa, Maya Rumantir mulai mengurangi volume pekerjaan dari profesinya sebagai artis dan memberikan perhatian lebih pada karya-karya kemanusia dengan visi perdamaian dan persaudaraan.
Salah satu yang sangat membeaks bagi warga Sulut khususnya Minahasa, bahwa pada beberapa tahun lalu terjadi pertikaian antara Mahasiswa Papua dengan warga Lokal di Tondano.
Sempat dikhawatirkan meluas dan berkepanjangan, Maya Ruamntir dengan segala kesibukannya sebagai seorang Senator berinisiatif menggandeng berbagai pihak termasuk pemerintah dan kepolisian untuk mendamaikan situasi.
Bahkan, Maya Rumantir sampai mengajak Gubernur Papua saat itu Lukas Enembe untuk datang langsung ke Tondano dan menggelar sebuah upacara adat menurut tradisi masyarakat Papua yaitu “Bakar Batu”.
Dengan demikian, berdamailah ihak-pihak yang terlibat konflik dan dapat hidup damai hingga saat ini.
Maya Ruamntir sendiri kepada BeritaManado.com mengatakan bahwa karya nyata seseorang di berbagai bidang tidak bisa dijadikan ukuran untuk dibandingkan dengan orang lain.
“Kebaikan yang dilakukan seseorang tidak dapat dijadikan perbandingan dengan apa yang dilakukan orang lain. Yang penting adalah jika ada sedikit kebaikan dalam hati kita, maka lakukanlah itu untuk orang lain,” kata Maya Rumantir.
Pada bagian lain, meski tidak bertemu langsung, Maya Ruamntir dan Paus Fransiskus berada dalam satu momentum bersejarah dalam Misa Kudus setelah melakukan serangkaian kunjungan persaudaraan bertemu dengan tokoh lintas agama di Masjid Istiqlal Jakarta pada 5 September 2024.
(Frangki Wullur)