Bitung, BeritaManado.com – Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri beberapa kali menyebut kata Gama saat menyampaikan sambutan di upacara adat Tulude Kecamatan Maesa, Jumat (2/2/2024).
Upacara adat itu digelar di Kelurahan Bitung Timur dihadiri Ketua TP PKK Kota Bitung, Ny Rita Mantiri Tangkudung, Camat Maesa, Welmi Kalangit serta Ketua TP PKK Kecamatan Maesa, Harisanto Pasa dan sejumlah pejabat Pemkot Bitung diantaranya Plt Asisten I, Roby Kawingean dan Kepala BKPSDM Kota Bitung, Forsman Dandel yang juga sebagai Ketua IKSSAT Kota Bitung.
Wali Kota mengaku terkesan dengan penampilan Gama di moment pemotongan kue tamo yang menjadi puncak upacara adat Tulude. Sehingga kata dia, tidak salah jika upacara adat Tulude yang digelar Kecmatan Maesa sukses berkat peran Gama.
“Saya baru tahu jika Gama ini bernama lengkap Amos Kakomba. Selama ini saya hanya tahu nama Gama dan bingung saat mendengar nama Amos,” kata Maurits.
Rupanya Gama adalah nama salah satu petugas upacara adat Tulude yang melakukan ritual pemotongan kue tamo. Dan Maurits kaget ketika pembawa acara menyebut nama Amos yang dia kenal bernama Gama untuk melakukan pemotongan kue tamo.
“Pak Amos kalian panggila apa?,” tanya Maurits.
“Gama,” jawab puluhan warga dengan nada kompak sambil bertepuk tangan.
Pelaksanaan upacara adat Tulude yang sementara dilakanakan di delapan kecamatan secara bergilir, lanjut Maurits, adalah langkah nyata upaya pemerintah melestarikan budaya bagi generasi muda di Kota Bitung.
Menurutnya, budaya seperti upacara adat Tulude harus terus dipelihara dan dikenalkan ke generasi muda. Tujuannya agar generasi muda Kota Bitung tidak terkontaminasi dengan budaya-budaya dari luar.
“Soekarno mengatakan, nilai-nilai budaya lokal yang beraneka ragam dan selama ini menjadi jati diri bangsa oleh berbagai suku dan etnis sebenarnya menjadi modal bagi terbentuknya identitas bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Jadi mari rawat budaya agar kita tidak lupa jati diri kita,” katanya.
Termasuk juga di ajang Pemilu 2024, kata Maurits, budaya dapat menjadi cermin agar tahu etika dan saling menghormati walapun beda pilihan. Pemilu bukan ajang untuk saling mencaci, menfitnah apalagi menebar kebencian, karena menurutnya itu bukan budaya masyarakat Kota Bitung.
“Tulude adalah salah satu budaya yang mengingatkan kita kembali ke jati diri. Makanya tidak salah jika kami mengajak untuk mendukung Gama di Kecamatan Maesa melestarikan budaya Tulude agar kita tidak lupa akan jati diri kita,” katanya.
(abinenobm)