MANADO—Falsafah, negara yang besar adalah negara yang menghargai jasa pahlawannya. Namun seiring dengan perjalanan waktu, falsafah itu seakan luntur dan mulai dilupakan kendati dalam setiap peringatan hari bersejarah di negara ini, kalimat itu selalu didengungkan. Tapi sayang, makna dan implemantasinya semakin kabur bak kain yang mulai usang dimakan zaman.
Salah satu contoh kongkrit, di usia ke-66 negara ini, para pelaku sejarah atau tokoh yang dianggap berjasa dan memiliki peran penting kian terlupakan. Bahkan boleh dikatakan sengaja untuk dilupakan, karena dalam setiap hari bersejarah nama-nama mereka tak pernah disebut apalagi pusara yang menjadi saksi bisu tempat peristirahatan terakhir para pelaku sejarah tersebut sepi dari perhatian. Dan ini terus berulang dari tahun ke tahun dan nama mereka hanya dikenang oleh para keluarga atau sahabat, bahkan segelintir orang yang kebetulan mengetahui akan jasa mereka ketika menjadi pelaku sejarah.
Seperti alm Frits Johanes “Broer” Tumbelaka yang merupakan mantan Wakil Gubernur Sulut dan Tengah, Penjabat Gubernur Sulut dan Tengah, Gubernur Sulut dan Tengah, Ketua DPRD Sulut dan Tengah, serta Gubernur Sulut 1963-1965. Dimana nama dan makam Tumbelaka tidak pernah lagi diperhatikan ataupun diingat manakala hari-hari bersejarah di Republik diperingati. Padahal, Tumbelaka merupakan salah satu pelaku sejarah pemerintahan Sulut yang tentu memiliki kunci karena sejarah mencatat keringat, dan buah pikirannya pernah disumbangkan untuk negeri Nyiur Melambai.
“Sudah beberapa tahun ini, makam alm tidak pernah dikunjungi oleh aparat pemerintah, padahal Bapak juga mantan Gubernur Sulut sama dengan mantan-mantan lain yang pernah menjabat. Tapi anehnya pemerintah hanya melakukan ziarah ke makam mantan gubernur tertentu,” tutur istri alm Frits J Tumbelaka, Ny N Z Tumbelaka-Ticoalu.
Tak hanya itu, malah menurut Ticoalu, dirinya kerap kali tidak diundang untuk menghadiri kegiatan yang berkaitan dengan peringtan hari bersejarah. Seperti HUT RI ke-66 yang baru diperingati beberapa hari lalu yang serentak diseluruh pelosok tanah air, ia mengaku dilupakan. Padahal menurutnya, istri atau keluarga mantan gubernur lainnya mendapat undangan untuk hadir dalam upacara, namun anehnya ia dan keluarganya tidak mendapat secarik undangan satupun.
“Kami tidak menuntut apa-apa, hanya saja kami meminta agar jasa almarhum jangan dilupakan karena jelas beliau juga pernah berbuat untuk Sulut sama dengan mantan gubernur lainnya,” kata Ticoalu. (en)