MANADO – Calon Walikota Manado, Louis Nangoy, SH. kembali menyampaikan komitmennya untuk memberi perhatian khusus kepada para pedagang kecil, seperti pedagang kaki lima dan pedagang ‘tibo-tibo’ di pasar-pasar tradisional. Komitmen ini disampaikan saat ia dan psangannya, KH. Drs. Rizali M. Noor berkunjung ke pasar ‘bobo’ Bailang dan Pasar Tuminting, Jumat pagi, 2/07.
Bagi Louis, unit usaha berskala kecil seperti mereka itu, telah terbukti adalah pelaku ekonomi yang tangguh. Mereka tidak mudah ambruk, meski dilanda krisis ekonomi global sekalipun. Berbeda dengan industri atau usaha berskala besar lainnya, yang begitu rentan karena memiliki banyak ketergantungan. Oleh karena itu, unit-unit usaha berskala kecil ini seharusnya diberdayakan, agar bisa menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
Satu hal yang akan menjadi perhatian Louis Nangoy, yang bersama-sama dengan KH. Drs. Rizali M. Noor maju melalaui jalur independen di Pilwako tahun ini, adalah aspek permodalan. Menurutnya, pemerintah dengan kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki komitmen yang serius untuk membantu permodalan para pedagang kecil ini.
Tidak hanya melalui APBD, karena dananya yang memang terbatas, tapi yang terutama menjadi jembatan antara lemabaga-lemabaga keuangan seperti perbankan dengan para pedagang. Selama ini, meskipun menurut data dana perbankan yang tersalurkan untuk Usaha Kecil Menengah sudah mencapai 7 triliun lebih untuk wilayah Sulut namun kenyataannya dana tersebut belum benar-benar menyentuh para pedagang kecil seperti kaki lima dan pedagang ‘tibo-tibo’. Padahal jumlah modal yang mereka butuhkan relatif tidak besar.
“Perbankan kita masih lebih percaya kepada pengusaha besar. Padahal sudah terbukti banyak diantara mereka yang bermasalah. Sementara pedagang kecil masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, jika terpilih nanti, saya akan memanfaatkan wewenang dan kekuasaan yang saya miliki untuk menjembatani antara para pedagang dan perbankan. Jika perlu, pemerintah siap menjadi penjamin.”
Soal kepercayaan dan kesanggupan, Louis berpendapat tak ada yang perlu diragukan dari para pelaku ekonomi usaha kecil ini. Mereka sudah terbukti dapat dipercaya dan mampu. Ia menjelaskan, selama ini, aspek permodalan para pedagang kecil ini bergantung pada sistem pendanaan non formil atau yang lebih dikenal dengan istilah cukong. Setiap pagi, mereka meminjam modal berkisar Rp. 100 ribu sampai dengan 500 ribu rupiah tanpa ikatan apapun. Modal inilah yang diputar seharian untuk kemudian sorenya dikembalikan sore atau malam harinya dengan bunga di kisaran 10 persen. Dan hal itu berjalan denganlancar-lancar saja. Kalaupun ada masalah, cukup diselesaikan secara kekeluargaan saja tanpa harus berakhir di pengadilan.
“ Jadi, siapa yang lebih kuat, para pedagang kecil yang mampu membayar bunga 10 persen per hari, atau pengusaha besar yang membayar bunga 13 persen per tahun, itupun terkadang macet pula. “ Tanya Louis. “Jadi, tak ada yang perlu diragukan dari kemampuan para pedagang kecil ini.” Pungkasnya.
MANADO – Calon Walikota Manado, Louis Nangoy, SH. kembali menyampaikan komitmennya untuk memberi perhatian khusus kepada para pedagang kecil, seperti pedagang kaki lima dan pedagang ‘tibo-tibo’ di pasar-pasar tradisional. Komitmen ini disampaikan saat ia dan psangannya, KH. Drs. Rizali M. Noor berkunjung ke pasar ‘bobo’ Bailang dan Pasar Tuminting, Jumat pagi, 2/07.
Bagi Louis, unit usaha berskala kecil seperti mereka itu, telah terbukti adalah pelaku ekonomi yang tangguh. Mereka tidak mudah ambruk, meski dilanda krisis ekonomi global sekalipun. Berbeda dengan industri atau usaha berskala besar lainnya, yang begitu rentan karena memiliki banyak ketergantungan. Oleh karena itu, unit-unit usaha berskala kecil ini seharusnya diberdayakan, agar bisa menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
Satu hal yang akan menjadi perhatian Louis Nangoy, yang bersama-sama dengan KH. Drs. Rizali M. Noor maju melalaui jalur independen di Pilwako tahun ini, adalah aspek permodalan. Menurutnya, pemerintah dengan kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki komitmen yang serius untuk membantu permodalan para pedagang kecil ini.
Tidak hanya melalui APBD, karena dananya yang memang terbatas, tapi yang terutama menjadi jembatan antara lemabaga-lemabaga keuangan seperti perbankan dengan para pedagang. Selama ini, meskipun menurut data dana perbankan yang tersalurkan untuk Usaha Kecil Menengah sudah mencapai 7 triliun lebih untuk wilayah Sulut namun kenyataannya dana tersebut belum benar-benar menyentuh para pedagang kecil seperti kaki lima dan pedagang ‘tibo-tibo’. Padahal jumlah modal yang mereka butuhkan relatif tidak besar.
“Perbankan kita masih lebih percaya kepada pengusaha besar. Padahal sudah terbukti banyak diantara mereka yang bermasalah. Sementara pedagang kecil masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, jika terpilih nanti, saya akan memanfaatkan wewenang dan kekuasaan yang saya miliki untuk menjembatani antara para pedagang dan perbankan. Jika perlu, pemerintah siap menjadi penjamin.”
Soal kepercayaan dan kesanggupan, Louis berpendapat tak ada yang perlu diragukan dari para pelaku ekonomi usaha kecil ini. Mereka sudah terbukti dapat dipercaya dan mampu. Ia menjelaskan, selama ini, aspek permodalan para pedagang kecil ini bergantung pada sistem pendanaan non formil atau yang lebih dikenal dengan istilah cukong. Setiap pagi, mereka meminjam modal berkisar Rp. 100 ribu sampai dengan 500 ribu rupiah tanpa ikatan apapun. Modal inilah yang diputar seharian untuk kemudian sorenya dikembalikan sore atau malam harinya dengan bunga di kisaran 10 persen. Dan hal itu berjalan denganlancar-lancar saja. Kalaupun ada masalah, cukup diselesaikan secara kekeluargaan saja tanpa harus berakhir di pengadilan.
“ Jadi, siapa yang lebih kuat, para pedagang kecil yang mampu membayar bunga 10 persen per hari, atau pengusaha besar yang membayar bunga 13 persen per tahun, itupun terkadang macet pula. “ Tanya Louis. “Jadi, tak ada yang perlu diragukan dari kemampuan para pedagang kecil ini.” Pungkasnya.