Amurang – Kualitas proyek khususnya di Kecamatan Motoling raya, Minahasa Selatan (Minsel) terus dipersoalkan masyarakat setempat, sehingga menilai asal jadi alias ‘ca beres’.
Proyek yang dikerjakan saat musim panas lalu dinilai sangat rentan ambruk, dimana berdasarkan amatan masyarakat setempat campuran semen dan penyusunan bebatuan tidak saling rekat atau terkait sehingga apabilah hujan deras akan tidak kuat menampung derasnya air, untuk itu rawan longsor maupun ambruk.
Hal ini nampak pada pekerjaan talud disepanjang jalan mulai dari persimpangan Desa Tokin dan Karimbow sampai Motoling, nampak pekerjaan yang terkesan asal jadi. Begitu pulah jembatan di Motoling di nilai rawan.
Jerry Lumenta dan Vidy Wowor masyarakat Motoling menuturkan sejak awal pembangunan proyek tersebut sudah banyak menuai sorotan masyarakat, namun sayangnya hal ini terkesan enggan ditindaklanjuti baik pengawas proyek maupun pengawas dari pemerintah.
“Seharusnya instansi terkait melalui pengawas proyek yang ada sudah sangat mengetahui kualitas proyek tersebut. Tapi terkesan tutup mata alias cuek dengan fenomena ini,” tukas Wowor.
Lanjut dia, memang tanggung jawab pihak kontraktor ada biaya perawatan. Tapi ini menyangkut kenyamanan dan resiko yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang kualitasnya buruk. Apalagi kalau menimbulkan kerugian pada masyarakat itu sendiri.
“Hal ini kiranya dapat menjadi perhatian baik pemerintah provinsi maupun yang ada di daerah harus tegas menindak bawahanya yang terkesan cuek,” sebutnya. (sanlylendongan)
Amurang – Kualitas proyek khususnya di Kecamatan Motoling raya, Minahasa Selatan (Minsel) terus dipersoalkan masyarakat setempat, sehingga menilai asal jadi alias ‘ca beres’.
Proyek yang dikerjakan saat musim panas lalu dinilai sangat rentan ambruk, dimana berdasarkan amatan masyarakat setempat campuran semen dan penyusunan bebatuan tidak saling rekat atau terkait sehingga apabilah hujan deras akan tidak kuat menampung derasnya air, untuk itu rawan longsor maupun ambruk.
Hal ini nampak pada pekerjaan talud disepanjang jalan mulai dari persimpangan Desa Tokin dan Karimbow sampai Motoling, nampak pekerjaan yang terkesan asal jadi. Begitu pulah jembatan di Motoling di nilai rawan.
Jerry Lumenta dan Vidy Wowor masyarakat Motoling menuturkan sejak awal pembangunan proyek tersebut sudah banyak menuai sorotan masyarakat, namun sayangnya hal ini terkesan enggan ditindaklanjuti baik pengawas proyek maupun pengawas dari pemerintah.
“Seharusnya instansi terkait melalui pengawas proyek yang ada sudah sangat mengetahui kualitas proyek tersebut. Tapi terkesan tutup mata alias cuek dengan fenomena ini,” tukas Wowor.
Lanjut dia, memang tanggung jawab pihak kontraktor ada biaya perawatan. Tapi ini menyangkut kenyamanan dan resiko yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang kualitasnya buruk. Apalagi kalau menimbulkan kerugian pada masyarakat itu sendiri.
“Hal ini kiranya dapat menjadi perhatian baik pemerintah provinsi maupun yang ada di daerah harus tegas menindak bawahanya yang terkesan cuek,” sebutnya. (sanlylendongan)