Makasili—Minggu (6/1) disebut kuncikan pertama warga Minahasa Selatan. Menariknya, kuncikan tersebut sesama sanak saudara melakukan dengan cara ‘baku pasiar’ di rumah. Lebih menarik, budaya baku pasiar tersebut dilakukan di desa-desa terpencil.
‘’Awalnya, budaya baku pasiar dilakukan saat tahun baru. Namun, lantaran mungkin karena cuaca. Maka, budaya tersebut baru terlaksana minggu pertama bulan Januari 2013. Bahkan, satu sama lainnya saudara melakukan silahturami di rumah-rumah. Dan budaya ini sudah lama berlangsung,’’ kata Om Ben Badar, warga Desa Makasili Kecamatan Kumelembuai.
Senada dikatakan Frans Badar, budaya seperti ini tak bisa dihilangkan. Mungkin, ini hanya berlaku sesama saudara. Terpenting disini, saudara yang ada berjauhan. ‘’Rata-rata saudara sekandung atau saudara lainnya ada di desa yang berjauhan. Mereka harus datang di desa-desa. Salah satunya, banyak saudara yang datang dari Amurang, Manado dan Tombasian Atas,’’ jelas Frans.
Sementara itu, Johny Lumintang, warga Buyungon Kecamatan Amurang tak mau melewati kesempatan ini. ‘’Bagi saya dan keluarga harus bertemu dengan saudara lainnya di desa-desa yang punya saudara kandung atau saudara sedara. Atau juga, saudara ayah dan ibu. Hal ini, supaya kita saling tahu bahwa masih memiliki saudara. Teristimewa kalau masih hidup, ini jelas akan sangat akrab,’’ pungkas Lumintang. (and)
Makasili—Minggu (6/1) disebut kuncikan pertama warga Minahasa Selatan. Menariknya, kuncikan tersebut sesama sanak saudara melakukan dengan cara ‘baku pasiar’ di rumah. Lebih menarik, budaya baku pasiar tersebut dilakukan di desa-desa terpencil.
‘’Awalnya, budaya baku pasiar dilakukan saat tahun baru. Namun, lantaran mungkin karena cuaca. Maka, budaya tersebut baru terlaksana minggu pertama bulan Januari 2013. Bahkan, satu sama lainnya saudara melakukan silahturami di rumah-rumah. Dan budaya ini sudah lama berlangsung,’’ kata Om Ben Badar, warga Desa Makasili Kecamatan Kumelembuai.
Senada dikatakan Frans Badar, budaya seperti ini tak bisa dihilangkan. Mungkin, ini hanya berlaku sesama saudara. Terpenting disini, saudara yang ada berjauhan. ‘’Rata-rata saudara sekandung atau saudara lainnya ada di desa yang berjauhan. Mereka harus datang di desa-desa. Salah satunya, banyak saudara yang datang dari Amurang, Manado dan Tombasian Atas,’’ jelas Frans.
Sementara itu, Johny Lumintang, warga Buyungon Kecamatan Amurang tak mau melewati kesempatan ini. ‘’Bagi saya dan keluarga harus bertemu dengan saudara lainnya di desa-desa yang punya saudara kandung atau saudara sedara. Atau juga, saudara ayah dan ibu. Hal ini, supaya kita saling tahu bahwa masih memiliki saudara. Teristimewa kalau masih hidup, ini jelas akan sangat akrab,’’ pungkas Lumintang. (and)