Bacaan: Galatia 6:1
“Kamu yang rohani harus memimpin orang itu kejalan yang benar dalam roh lemah lembut”
Ayat ini memberikan suatu tekanan terhadap pentingnya saling mengingatkan satu sama lain terhadap apa yang salah dan apa yang benar. Tindakan menegur dan menasihati satu sama lain harus didasarkan pada “lemah lembut”. NIV Bibel menggunakan kata “gently atau gentle”. Longman dictionary English menjelaskan gently sebagai suatu tindakan yang penuh hati-hati, peduli dan tidak terlalu ekstrim atau keras apalagi mengandung kekerasan. Seorang uskup agung pada saman awal bapa-bapa gereja, John Chrysostomos menambahkan unsur sensivitas atau sensibilitas. Seorang yang memimpin dengan lemah lembut pasti terlebih dahulu mempunyai kepekaan terhadap masalah dan realita yang ada. Dia tidak datang dengan penghakiman namun dengan merangkul.
Paulus dalam jemaat di Galatia memang sangat menekan pentingnya kelemahlembutan sebagai salah satu buah roh (5:23). Sifat ini memang dibutuhkan sebagai oposisi dari kemarahan agar sesuatu yang di ucapkan secara psikologis tersampaikan dengan kerendahan hati. Orang yang lemah lembut pasti memiliki reasoning yang tinggi, tidak semena-mena, serta melihat secara mendalam dan holistis suatu masalah.
Roh kelemahlembuatan diperlukan gereja untuk merangkul jemaat. Jika kita lihat secara keseluruhan pelayanan Yesus banyak menekankan perangkulan itu sendiri. Yesus pertama-tama merangkul orang berdosa karena ia tahu bahwa manusia tidak bisa mencapai kebenaran tanpa kasih-Nya. Ia juga pertama-tama datang sebagai pendengar yang baik. Mau membuka hati terhadap orang-orang yang pada masa itu dianggap tidak berguna, masyarakat terpinggirkan. Orang kusta, perempuan samaria dan orang-orang disabilitas merupakan masyarakat yang dianggap paling bawah.
Kepekaan terhadap ketidakadilan ini diperoleh dari faktor kelemahlembutan seseorang. Namun bukan berarti seseorang tidak perlu marah. Marah juga merupakan sesuatu hal yang niscaya untuk mengekspresikan perasaan jika itu pada tempatnya dan sebisa mungkin harus di kuasai oleh pikiran dan hati yang tenang. Ketenangan ini diperoleh dari seberapa sering kita memakai kelemahlembutan dalam melihat masalah. Ketenangan dan kerendahan hati adalah kunci keberhasilan kita menasihati bahkan memimpin orang lain dalam kerohanian.
Di zaman yang begitu kompleks, dengan dinamika dan persoalan jemaat yang beragam, umat kristen di tuntut untuk membangun suatu karakter lemah-lembut. Kelemahlembutan adalah salah satu cara manusia menjalankan kasih itu sendiri. Orang yang lemah lembut pasti mengorbankan egonya dan “mementingkan orang lain” di atas kepentingannya sendiri. Oleh karena itu cara menegur yang tidak mencerminkan ketenangan pikiran dan emosional bisa mengakibatkan ketertundukan karena ketakutan bagi yang ditegur dan bukan ketulusan.
Seorang pemimpin adalah seorang yang sebisa mungkin merangkul dan bersandar pada kasih. Sekali lagi orang yang lemah lembut bukan berarti tidak bisa marah. Yesus ketika melihat bait Allah dijadikan tempat penyamun ia marah lantas mengusir semua orang yang berjualan di situ (Mat. 21:12-13). Di balik kemarahan-Nya ada suatu kasih yang ditunjukkannya kepada Allah. Sebagai seorang Manusia, marah yang ditunjukkan Yesus belandas pada kasih-Nya kepada Allah. Ia melihat bahwa Bait Allah yang kudus itu telah tercemar dengan perbuatan-perbuatan “tercela”. Ini adalah bentuk kepedulian Yesus dalam melihat Rumah Allah. Marah yang ditunjukkan Yesus selalu berlandaskan pada kasih dan bukan kepentingan pribadinya.
Seorang pemimpin dalam gereja maupun masyarakat seharusnya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap persoalan banyak orang atau orang yang dipimpinnya. Tanpa karakter lemah-lembut, seorang pemimpin bisa terjebak pada penyalagunaan “kekuasaan” dan otoritas.
Fenomena pemimpin yang seperti itu sepertinya sedang atau telah kita jumpai. Kekuasaan yang digunakan untuk menundukkan orang lain dalam kerangka “kepentingan dan agenda tertentu”. Oleh karena itu, sifat dasar kasih yang merupakan pusat orang kristen bertindak sejatinya harus terus dibangun agar gereja bisa bertumbuh dan berbuah.
Inilah khotbah kristen terbaru tahun 2023