Bitung—Kepala Sekolah (Kepsek) SMK Negeri 1 Kota Bitung, Treesje Tengker menganggap Pungutan Liar (Pungli) berkedok partisipasi di sekolahnya adalah hal yang biasa. Karena menurutnya, uang partisipasi tersebut merupakan kerelaan orang tua siswa yang diberikan ke tiap walikelas ketika mengambil rapor.
“Kalau partisipasi itu adalah hal yang biasa, karena itu bukan Pungli tapi partisipasi yang diberikan orang tua siswa kepada guru. Bisa juga diberikan bisa juga tidak dan tidak memaksa,” kata Tengker ketika dihubungi, Senin (18/6) oleh sejumlah wartawan.
Malah Tengker mengaku, dirinya juga sering memberikan uang kepada guru walikelas anaknya ketika mengambil rapor. Dan ia mengaku itu adalah hal yang lumrah terjadi disekolahnya, apalagi tidak ada orang tua siswa yang keberatan untuk memberikan uang sebagai ucapan terima kasih.
“Sampai saat ini kan belum ada komplain dari orang tua siswa, jadi saya anggap itu adalah hal yang wajar dan biasa saja,” katanya tanpa beban.
Apa yang dikatakan Tengker ini sangat bertentangan dengan pengakuan sejumlah orang tua siswa SMK Negeri 1 Kota Bitung. Dimana menurut pengakuan salah satu orang tua siswa, ketika mereka tidak memberikan uang partisipasi akan berimbas pada anak mereka yang menimba ilmu di sekolah tersebut.
“Bagaimana kami tidak memberikan uang jika setiap mengambil rapor para guru walikelas selalu mengingatkan untuk memberikan partisipasi baru membahas masalah perkembangan anak,” kata salah satu orang tua siswa yang identitasnya dirahasiakan.
Malah menurut orang tua lain, para guru di sekolah tersebut sudah hafal mana orang tua yang memberikan partisipasi dalam jumlah besar dan mana yang hanya pas-pasan. Dan itu terlihat ketika proses pengambilan rapor, dimana orang tua yang dianggap memberikan partisipasi lebih akan didahulukan sedangkan yang hanya pas-pasan dibirakan untuk menunggu berjam-jam.
“Otomatis kami mau tidak mau harus memberikan partisipasi walaupun harus mengutang ke tetangga hanya untuk mengambil rapor,” katanya.(enk)
Bitung—Kepala Sekolah (Kepsek) SMK Negeri 1 Kota Bitung, Treesje Tengker menganggap Pungutan Liar (Pungli) berkedok partisipasi di sekolahnya adalah hal yang biasa. Karena menurutnya, uang partisipasi tersebut merupakan kerelaan orang tua siswa yang diberikan ke tiap walikelas ketika mengambil rapor.
“Kalau partisipasi itu adalah hal yang biasa, karena itu bukan Pungli tapi partisipasi yang diberikan orang tua siswa kepada guru. Bisa juga diberikan bisa juga tidak dan tidak memaksa,” kata Tengker ketika dihubungi, Senin (18/6) oleh sejumlah wartawan.
Malah Tengker mengaku, dirinya juga sering memberikan uang kepada guru walikelas anaknya ketika mengambil rapor. Dan ia mengaku itu adalah hal yang lumrah terjadi disekolahnya, apalagi tidak ada orang tua siswa yang keberatan untuk memberikan uang sebagai ucapan terima kasih.
“Sampai saat ini kan belum ada komplain dari orang tua siswa, jadi saya anggap itu adalah hal yang wajar dan biasa saja,” katanya tanpa beban.
Apa yang dikatakan Tengker ini sangat bertentangan dengan pengakuan sejumlah orang tua siswa SMK Negeri 1 Kota Bitung. Dimana menurut pengakuan salah satu orang tua siswa, ketika mereka tidak memberikan uang partisipasi akan berimbas pada anak mereka yang menimba ilmu di sekolah tersebut.
“Bagaimana kami tidak memberikan uang jika setiap mengambil rapor para guru walikelas selalu mengingatkan untuk memberikan partisipasi baru membahas masalah perkembangan anak,” kata salah satu orang tua siswa yang identitasnya dirahasiakan.
Malah menurut orang tua lain, para guru di sekolah tersebut sudah hafal mana orang tua yang memberikan partisipasi dalam jumlah besar dan mana yang hanya pas-pasan. Dan itu terlihat ketika proses pengambilan rapor, dimana orang tua yang dianggap memberikan partisipasi lebih akan didahulukan sedangkan yang hanya pas-pasan dibirakan untuk menunggu berjam-jam.
“Otomatis kami mau tidak mau harus memberikan partisipasi walaupun harus mengutang ke tetangga hanya untuk mengambil rapor,” katanya.(enk)