Manado — Nama Jacky Adrian Runtulalo atau yang biasa disapa Jeky ini sudah tak asing lagi di telinga para atlet sepakbola Sulawesi Utara.
Mengingat, pria kelahiran Manado, 17 Januari 1994 ini merupakan salah satu pemain andalan Persma 1960 saat menjuarai Liga 3 Sulawesi Utara pada 2016 lalu.
Namanya sempat jadi perbincangan saat menjadi penentu kemenangan Persma 1960 atas Persbit Bitung sekaligus memuluskan jalan Persma 1960 ke final Liga 3.
Jeky yang kala itu berperan sebagai pemain belakang secara tiba-tiba harus menggantikan posisi penjaga gawang saat adu pinalti karena cidera parah sementara kesempatan pergantian pemain untuk Persma 1960 telah habis.
Mengejutkan, Jeky sukses mengamankan gawang Persma 1960.
Putra dari almarhum Wenfried Runtulalo dan Femmy Domits ini sedari kecil memang sudah hobi bermain bola.
Kepada BeritaManado.com, Jeky bahkan mengungkapkan cita-citanya yang sebagian besar tentang sepak bola.
“Cita-cita saya menjadi pemain sepak bola profesional, memakai baju berlambang garuda di dada, membangkitkan dan mengangkat sepak bola di Sulut,” ujar Jeky.
Kini, penggemar berat seluruh masakan dari sang mama ini mulai mewujudkan cita-citanya satu per satu.
Jeky kini tengah menapaki karirnya sebagai stoper libero di Persita Tangerang, jauh meninggalkan sang mama dan keluarga tercinta, termasuk harus rela bolak balik Manado demi studinya di jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Universitas Negeri Manado (UNIMA).
“Harapan saya, tahun ini bisa mengangkat tim Persita masuk liga 1 Indonesia, menjadi pemain Tim Nasional Indonesia dan jadi sarjana,” kata Jeky.
Jeky pernah memperkuat tim sepak bola Persma 1960, Persmin Minahasa, Persbit Bitung dan PRAPON Sulut, serta pernah menjuarai banyak pertandingan yang dilaksanakan di Sulut.
Dengan pengalaman yang dimiliki, Jeky pun tak pernah lupa bahwa untuk meraih kesuksesan setinggi-tingginya, harus selalu berharap kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Hal ini pun selalu menjadi motivasinya dalam berkarir dan diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang.
“Semua ini tanpa campur tangan Tuhan Yesus pasti sia-sia. Jadi harus bekerja dan berdoa,” tutup Jeky.
(srisurya)
Manado — Nama Jacky Adrian Runtulalo atau yang biasa disapa Jeky ini sudah tak asing lagi di telinga para atlet sepakbola Sulawesi Utara.
Mengingat, pria kelahiran Manado, 17 Januari 1994 ini merupakan salah satu pemain andalan Persma 1960 saat menjuarai Liga 3 Sulawesi Utara pada 2016 lalu.
Namanya sempat jadi perbincangan saat menjadi penentu kemenangan Persma 1960 atas Persbit Bitung sekaligus memuluskan jalan Persma 1960 ke final Liga 3.
Jeky yang kala itu berperan sebagai pemain belakang secara tiba-tiba harus menggantikan posisi penjaga gawang saat adu pinalti karena cidera parah sementara kesempatan pergantian pemain untuk Persma 1960 telah habis.
Mengejutkan, Jeky sukses mengamankan gawang Persma 1960.
Putra dari almarhum Wenfried Runtulalo dan Femmy Domits ini sedari kecil memang sudah hobi bermain bola.
Kepada BeritaManado.com, Jeky bahkan mengungkapkan cita-citanya yang sebagian besar tentang sepak bola.
“Cita-cita saya menjadi pemain sepak bola profesional, memakai baju berlambang garuda di dada, membangkitkan dan mengangkat sepak bola di Sulut,” ujar Jeky.
Kini, penggemar berat seluruh masakan dari sang mama ini mulai mewujudkan cita-citanya satu per satu.
Jeky kini tengah menapaki karirnya sebagai stoper libero di Persita Tangerang, jauh meninggalkan sang mama dan keluarga tercinta, termasuk harus rela bolak balik Manado demi studinya di jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Universitas Negeri Manado (UNIMA).
“Harapan saya, tahun ini bisa mengangkat tim Persita masuk liga 1 Indonesia, menjadi pemain Tim Nasional Indonesia dan jadi sarjana,” kata Jeky.
Jeky pernah memperkuat tim sepak bola Persma 1960, Persmin Minahasa, Persbit Bitung dan PRAPON Sulut, serta pernah menjuarai banyak pertandingan yang dilaksanakan di Sulut.
Dengan pengalaman yang dimiliki, Jeky pun tak pernah lupa bahwa untuk meraih kesuksesan setinggi-tingginya, harus selalu berharap kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Hal ini pun selalu menjadi motivasinya dalam berkarir dan diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang.
“Semua ini tanpa campur tangan Tuhan Yesus pasti sia-sia. Jadi harus bekerja dan berdoa,” tutup Jeky.
(srisurya)