Manado, BeritaManado.com – Isra Miraj tahun ini jatuh pada 11 Maret 2021.
Isra Miraj merupakan peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW menuju langit ketujuh.
Semua paham, Isra Miraj adalah salah satu peristiwa penting bagi umat Islam karena merupakan hari peringatan di mana Nabi Muhammad SAW mendapat perintah menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
Penggambaran kejadian ini tercantum dalam surah ke-17 di Alquran, yaitu Surah Al-Isra.
Isra Miraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.
Demikian secuil sejarah Isra Miraj.
Lantas bagaimana dengan makna Israj Miraj jika dikaitkan dengan era kekinian.
Antropolog Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fispol) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Drs Mahyudin Damis M.Hum, memberikan kajian ilmiahnya.
Menurut Mahyudin Damis pada dasarnya Isra Miraj adalah perintah menjalankan shalat.
Umat Islam kata Mahyudin, wajib menunaikan amalan ini.
Memang katanya, tidak sedikit yang melakukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban.
“Shalat merupakan momen umat Islam berkomunikasi dengan Tuhan. Ini sakral,” tegasnya.
Tidak berhenti di Shalat.
Sebab lanjut Mahyudin, ada subtansi penting dari shalat itu sendiri.
Adalah Amar Makruf Nahi Mungkar yang menganjurkan manusia berkelakuan baik dan mencegah perilaku buruk.
Bagi Islam, amar makruf nahi mungkar adalah keharusan, dan bahkan kewajiban.
Sebab syariat Islam menempatkannya pada hukum dengan level wajib.
“Dan siapa pun yang meninggalkannya, akan berdosa dan mendapatkan hukuman di akhirat berupa siksa yang pedih dan menyakitkan, bahkan kekal” terangnya.
Dikatakan, akan menjadi lengkap dan sempurna jika seorang muslim taat melaksanakan perintah shalat, dan selalu mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu amar makruf nahi mungkar tersebut.
“Kita bisa lihat banyak pejabat yang mungkin alim, rajin shalat, tapi ujung-ujungnya ditangkap KPK. Ini karena praktiknya saja dijalankan, sementara subtansi dari shalat itu tidak,” tegas Mahyudin.
Lantas bagaimana dengan mereka yang selalu berbuat baik tapi malas shalat.
Mahyudin kembali menjelaskan dari kacamata antropologi.
Menurutnya, perbuatan baik seseorang di dunia memang akan diagungkan di level sosial.
Apalagi jika figur tersebut telah berjasa bagi banyak orang.
“Dia akan dikenal, dipuji, diagungkan tapi di tataran manusia saja,” bebernya.
Mahyudin yakin, kebaikan, prestasi dan capaian ibadah setiap individu dicatat oleh Allah SWT.
Ia bahkan sedikit menggambarkan ilustrasi tentang Thomas Alfa Edison penemu bola lampu yang namanya tetap dikenang.
“Secara manusia kita pasti berpikir, besarnya pahala seorang Thomas Edison ini. Sebab karyanya dipakai penduduk dunia sampai sekarang. Tapi semua adalah rahasia yang di atas,” katanya.
Dalam Islam, Mahyudin yakin, amalan setiap manusia akan diterima sang pencipta dengan syarat harus memiliki password.
“Ada passwordnya untuk itu,” ujarnya sambil tersenyum.
Pasword itu, tambah dia, adalah akronim dari nama-nama shalat wajib, ISLAM yang diambil dari singkatan Isya 4 rakaat, Subuh 2 rakaat, Lohor 4 rakaat, Ashar 4 rakaat dan Maghrib 3 rakaat.
(Alfrits Semen)