WOC Sukses!
Persetujuan Jalan Tol Hadiah Presiden Untuk Masyarakat Sulut
Manado – Setelah sempat ditolak oleh pemerintah pusat karena jumlah kendaraan lalu lalang di jalur Manado-Bitung tak mencapai batas minimal 20 ribu kendaraan.
Gubernur Sarundajang mengakui itu karena perhitungan profit. Saat ditolak, jumlah kendaraan lalu lalang hanya 12 ribu, jika dihitung akan jumlah pengeluaran anggaran pembangunan jalan tol tak sebanding pemasukannya.
“Ngoni tau tu Tol pake karcis to? Nah, dorang so hitung itu. butuh waktu yang terlalu lama untuk bisa balik modal saja, apalagi bunga bank dan lainnya. Karena ini bukan full anggaran dari pemerintah pusat, ini 2/3 dari investor,” ujar Sarundajang.
Dijelaskannya lagi, usahanya pun setelah melihat situasi peningkatan kendaraan lalu lalang di jalur itu terus meningkat di tiap tahunnya, ia pun menghadap presiden dan beberapa menteri waktu itu.
“Saya berjuang lagi.Memang tak kenal malu tak kenal capek. Apa boleh buat, ini resiko daripada saya menerima tanggunjawab ini. Saya tak mau gagal,” kata Sarundajang.
Perjuanagn Sarundajang akhirnya berbuah manis dengan disetujuinya pembangunan jalan tol itu.
Persetujuan itu di tahun 2010. Mengapa tahun 2010? Disitu berakhirnya kegiatan international WOC yang dilaksanakan di Sulut.
“Disini, Presiden kasih hadiah loh pada masyarakat Sulut, yang telah bersma-sama telah mengangkat nama Indonesia,” ujar Sarundajang.
Tidak hanya disetujui di 2010, di 2011 pun masuk di MPPPEAI kemudian keluarlah kebijakan dari pemerintah pusat.
Kalau itu belum memenuhi syarat, maka pemerintah pusat wajib memberikan paling kurang 1/3 anggaran.
“Nah, keluarlah keputusan pemerintah pusat, Tol Manado-Bitung mendapat bantuan Rp 1,2 Triliun. Ini luar biasa, itu dana APBN,” tegas Sarundajang. (robintanauma/bersambung…)
Baca juga:
WOC Sukses!
Persetujuan Jalan Tol Hadiah Presiden Untuk Masyarakat Sulut
Manado – Setelah sempat ditolak oleh pemerintah pusat karena jumlah kendaraan lalu lalang di jalur Manado-Bitung tak mencapai batas minimal 20 ribu kendaraan.
Gubernur Sarundajang mengakui itu karena perhitungan profit. Saat ditolak, jumlah kendaraan lalu lalang hanya 12 ribu, jika dihitung akan jumlah pengeluaran anggaran pembangunan jalan tol tak sebanding pemasukannya.
“Ngoni tau tu Tol pake karcis to? Nah, dorang so hitung itu. butuh waktu yang terlalu lama untuk bisa balik modal saja, apalagi bunga bank dan lainnya. Karena ini bukan full anggaran dari pemerintah pusat, ini 2/3 dari investor,” ujar Sarundajang.
Dijelaskannya lagi, usahanya pun setelah melihat situasi peningkatan kendaraan lalu lalang di jalur itu terus meningkat di tiap tahunnya, ia pun menghadap presiden dan beberapa menteri waktu itu.
“Saya berjuang lagi.Memang tak kenal malu tak kenal capek. Apa boleh buat, ini resiko daripada saya menerima tanggunjawab ini. Saya tak mau gagal,” kata Sarundajang.
Perjuanagn Sarundajang akhirnya berbuah manis dengan disetujuinya pembangunan jalan tol itu.
Persetujuan itu di tahun 2010. Mengapa tahun 2010? Disitu berakhirnya kegiatan international WOC yang dilaksanakan di Sulut.
“Disini, Presiden kasih hadiah loh pada masyarakat Sulut, yang telah bersma-sama telah mengangkat nama Indonesia,” ujar Sarundajang.
Tidak hanya disetujui di 2010, di 2011 pun masuk di MPPPEAI kemudian keluarlah kebijakan dari pemerintah pusat.
Kalau itu belum memenuhi syarat, maka pemerintah pusat wajib memberikan paling kurang 1/3 anggaran.
“Nah, keluarlah keputusan pemerintah pusat, Tol Manado-Bitung mendapat bantuan Rp 1,2 Triliun. Ini luar biasa, itu dana APBN,” tegas Sarundajang. (robintanauma/bersambung…)
Baca juga: