Bitung, BeritaManado.com – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Bitung sukses menggelar Musyawarah Cabang (Mucab), Minggu (21/8/2022).
Muscab ke-5 digelar di Ruangan SH Saundajang dengan tema Revitalisasi Gerakan Intelektual yang Inklusif dan Kolaboratif, mengantarkan Exel Paneo menggantikan posisi Arham Lakue sebagai Ketua Umum IMM Kota Bitung.
Sebelum masuk dalam proses pemilihan, Arham dalam sambutannya saat pembukaan Muscab kembali mengingatkan peserta soal IMM adalah sebuah organisasi gerakan mahasiswa Islam sekaligus organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak dibidang keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan yang disebut sebagai makna ikatan trilogi IMM.
“Komitmen kesetiaan yang mengikat bukan hanya sekedar janji akulah yang paling setia sebagai kader IMM melalui kata-kata saja, melainkan selalu mengedepankan trilogi IMM,” kata Arham.
“Inilah kita sudara-saudaraku semuanya, melalui Muscab IMM ke-5 ini, kita harapkan akan lebih mampu merapatkan solidaritas barisan yang kita miliki ini. Tentunya hanya didalam IMM kita akan mampu untuk membahas dan mengawal berbagai permalasahan yang menyangkut kemaslahatan tentang kebangsaan yang kita perjuangkan bersama khususnya di Kota Bitung,” jelasnya.
Jika yang lain berlomba-lomba agar kelihatan baik dihadapan pemerintah, lanjut Arham, maka biarkan IMM Kota Bitung mengambil langkah yang berbeda menjadikan pemerintah sebagai mitra kritis di dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bitung.
Sementara itu, Ketua Umum DPD IMM Sulawesi Utara, Rohit Mahatir Manese dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal tentang bagaimana berIMM.
Pertama, kata Rohit, nafas IMM adalah intelektualisme. IMM adalah gerakan intelektual. Hal ini tidak bisa ditawar. Kader IMM yang ingin bercita-cita menjadi peneliti, politisi, mubaligh, pendidik dan lainnya, dasarnya adalah intelektualisme. Intelektualisme menjadi rel yang harus ditapaki oleh kader-kader IMM;
“Kedua, dalam musyawarah ini, siapapun yang akan mencalonkan diri, harus menyediakan proposal gagasan untuk IMM dan para musyawirin perlu untuk meninggalkan egosentris. Buka ruang musyawarah seluas-luasnya dengan pikiran yang gembira dan jauh dari reaksioner,” kata Rohit.
Ketiga, lanjut dia, perlu ada reorganisasi pada struktur IMM. Artinya dalam organisasi ini bukan hanya Ketua, Sekretaris ataupun Bendahara yang siap sedia untuk membangun IMM. Semua pimpinan yang ada di struktur harus turut andil, karena spirit untuk menggerakan IMM adalah kolektif kolegial.
“Kemudian, yang perlu ditambahkan juga bahwa, kader-kader IMM harus memiliki sense of belonging terhadap IMM. Tentunya diikuti dengan asas volunterisme. IMM dibangun atas kerja-kerja volunter, pun ini yang perlu kita pegang dalam berMuhammadiyah, biar pesan Dahlan dimaknai secara mendalam, bahwa Hidup-hidupkan Muhammadiyah dan jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah,” katanya.
(abinenobm)