Tomohon, Berita Manado.com — Bertani sebagaimana yang dikenal dengan pekerjaan yang menguras fisik, bukanlah sesuatu yang ‘kotor’.
Hal itu diungkapkan Wenny Lumentut dan Michael Mait kepada wartawan, Sabtu (13/4/2024).
Secara fisik, mengolah tanah menjadi menjadi aktivitas yang bisa menyebabkan warna pakaian yang digunakan menjadi buram ataupun kotor.
Disadari atau tidak, bertani itu sejatinya adalah bagian dari aktivitas mempertahankan kehidupan manusia.
“Apa yang kita makan ataupun minum itu semua berasal dari aktivitas pertanian, baik di sawah dan kebun. Jadi logikanya jika tidak ada lagi yang mau bertani, maka manusia akan kesukitan mendapatkan makanan untuk dikonsumsi,” ungkap Wenny Lumentut.
Ditambahkannya, dunia pertanian di Kota Tomohon khususnya harus lebih maju lagi, karena tidak bisa mengandalkan satu komoditi saja.
“Jika saya dan Pnt. Michael Mait dipercayakan masyarakat Kota Tomohon, kami akan berupaya mendorong sebanyak mungkin elemen masyarakat termasuk pemuda untuk aktif dalam dunia pertanian dengan berbagai cara,” katanya
Sementara itu, Pnt. Michael Mait yang juga adalah Ketua Komisi Pelayanan Anak Sinide GMIM ini mengatakan bahwa sebagai bagian dari generasi millenial, dirinya sangat mengharapkan generasi muda untuk terlibat dalam berbagai aktivitas pembangunan daerah, termasuk pertanian.
“Tentu tidak semua pemuda harus turun ke sawa atau membajak lahan di perkebunan. Ada peran lain yang bisa dilakoni yang berhubungan dengan pertanian. Dengan bantuan teknologi informasi, generasi muda lainnya dapat menggunakannya sebagai sarana pemasaran produk-produk pertanian,” ujar Michael Mait.
Wenny Lumentut dan Michael Mait juga berharap agar pemuda membuang jauh-jauh rasa minder dan malu jika harus bertani.
“Hasil pertanian yang dikelola secara profesional sesuai dengan standar kesehatan yang ditetapkan pemerintah, sudah pasti akan menjadikan produk UMKM yang bernilai ekonomi tinggi jika dibandingkan dengan menjualnya sebagai bahan mentah di pasar tradisional. Jadi, tidak usah malu, ayo kita bertani. Pemuda pasti bisa,” kata keduanya dengan nada optimis.
(Frangki Wullur)