Cabe rawit di Pasar Tradisional Langowan. Inzert: Djonie Wangke
Langowan, BeritaManado.com — Setelah dikabarkan sempat menyentuh Rp300.000/kilogram di sejumlah pasar tradisional beberapa hari sebelum Hari Raya Natal, harga cabe rawit masih berpotensi naik lagi jelang Tahun Baru.
Di sejumlah pasar tradisional termasuk Langowan, kini harga cabe rawit ada di kisaran Rp140.000 – Rp180.000/kilogram.
Terkait fenomena mahalnya sejumlah harga bahan pokok termasuk cabe rawit ini, Calon Anggota DPRD Kabupaten Minahasa Dapil Langowan Raya dari Partai Gerindra Djonie Wangke, mengatakan bahwa alangkah baiknya tanda-tanda akan berfluktuasinya harga cabe sudah bisa dideteksi sebelumnya.
“Hal seperti ini setiap tahun terjadi pada beberapa hari jelang hari raya keagamaan khususnya Natal dan Tahun Baru. Jadi sebenarnya pemerintah sudah bisa membaca situasi seperti ini, sehingga dapat menentukan sikap yang akan diambil, seperti mempersiapkan operasi pasar,” ungkap Djonie Wangke, Sabtu (30/12/2023).
Ditambahkannya, naiknya harga cabe tersebut bukan tidak mungkin disebabkan oleh praktek dari oknum pedagang besar yang segala melakukan monopoli stok dan harganya dengan alasan jumlah produksi kurang.
“Kalau alasan jumlah produksi kurang, mungkin masih bisa dimaklumi. Namun jika fluktuasi harganya melonjak dari Rp50.000-an sampai Rp300.000, saya rasa hal ini tidak wajar,” ujarnya.
Faktor lain yang bisa menjadi pemicu meroketnya harga cabe rawit karena jumlah produksi cabe rawit di Minahasa sendiri tidak sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat.
Jadi maksudnya disini yaitu masyarakat Minahasa yang adalah sebagian besar petani dapat memanfaatkan setiap lahan tidur untuk menanam cabe rawit dan bahan dapur lainnya.
Hal ini dimaksudkan untuk membantu mengatasi situasi yang setiap tahun terjadi.
Pemerintah juga dalam hal ini khususnya dinas terkait harus lebih jelih melihat situasi atau tanda-tanda bakal berfluktuasinya harga cabe dan komoditi lainnya.
Pada bagian lain, Djonie Wangke juga mengajak masyarakat Langowan Raya khususnya untuk tidak malu bertani mesi hanya dengan memanfaatkan halaman rumah atau dengan metode budidaya melalui polibag.
“Anak-anak muda tidak perlu malu untuk bertani. Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita panen, bukan orang lain. Semoga di tahun 2024 nanti akan muncul petani-petani muda yang dapat membantu pemerintah memerangi praktek-praktek monopoli harga dan stok produksi hasil pertanian seperti cabe rawit,” harapnya.
(Frangki Wullur)