MANADO – Kisruh di tubuh PSSI menjelang kongres yang nyaris membuat tim sepak bola nasional diskors FIFA, membuat kalangan pencinta bola menyesalkan ulah petinggi PSSI, dan pemerintah.
”Ini kwa politik so maso di PSSI jadi so lebe parah torang punya PSSI. Kalau sudah begini jangan mimpi Timnas bisa berprestasi, ”ujar Tonny Missa, pemerhati bola Sulut.
Menurut mantan pemain Klub Unoson Yunior ini, sebenarnya kalau memang semua niat membangun sepakbola di tanah air, tentu tidak perlu ribut-ribut. ‘
‘Seandainya kedua kubu memang murni mau memajukan sepakbola di Indonesia, pasti satu diantaranya sudah mengalah, ”ujar Tonny kepada beritamanado, Rabu (09/03).
Menariknya kisruh ditubuh PSSI terus meruncing. Terakhir Ketua Komite Penyelamat Persepakbolaan Nasional (KPPN), Syahrial Damopolii, saling tuding dan debat kusir di media mengenai status keduanya.
Ketua Komite Penyelamat Persepakbolaan Nasional (KPPN), Syahrial Damopolii mengaku tak habis pikir dengan Nugraha Besoes yang masih membawa nama Sekretaris Jenderal PSSI dalam statement-statemennya di media. Menurut Syahrial, Nugraha Besoes sesungguhnya tidak lagi berwenang berbicara mengatasnamakan Sekjen PSSI lantaran sudah tidak lagi diakui sebagai Sekjen oleh 87 pemilik suara sah PSSI.
“Nama Nugraha Besoes itu kan salah satu yang termasuk diberikan mosi tidak percaya oleh mayoritas pemilik suara PSSI. Kenapa dia masih saja berkomentar mengatasnamakan Sekjen PSSI. Dia itu sudah turun, kewenangan dan mandatnya juga sudah dicabut. Nugraha Besoes bukan lagi Sekjen PSSI. Otorita sepakbola sekarang ini KPPN,” ujar Syahrial lagi.
Penegasan Ketua KPPN, Syahrial Damopolii tersebut merupakan buntut dari komentar Nugraha Besoes yang menilai 87 pemilik suara yang diklaim KPPN mendukung langkah mereka melakukan revolusi PSSI, merupakan dukungan fiktif dan tidak sah. (abm)
MANADO – Kisruh di tubuh PSSI menjelang kongres yang nyaris membuat tim sepak bola nasional diskors FIFA, membuat kalangan pencinta bola menyesalkan ulah petinggi PSSI, dan pemerintah.
”Ini kwa politik so maso di PSSI jadi so lebe parah torang punya PSSI. Kalau sudah begini jangan mimpi Timnas bisa berprestasi, ”ujar Tonny Missa, pemerhati bola Sulut.
Menurut mantan pemain Klub Unoson Yunior ini, sebenarnya kalau memang semua niat membangun sepakbola di tanah air, tentu tidak perlu ribut-ribut. ‘
‘Seandainya kedua kubu memang murni mau memajukan sepakbola di Indonesia, pasti satu diantaranya sudah mengalah, ”ujar Tonny kepada beritamanado, Rabu (09/03).
Menariknya kisruh ditubuh PSSI terus meruncing. Terakhir Ketua Komite Penyelamat Persepakbolaan Nasional (KPPN), Syahrial Damopolii, saling tuding dan debat kusir di media mengenai status keduanya.
Ketua Komite Penyelamat Persepakbolaan Nasional (KPPN), Syahrial Damopolii mengaku tak habis pikir dengan Nugraha Besoes yang masih membawa nama Sekretaris Jenderal PSSI dalam statement-statemennya di media. Menurut Syahrial, Nugraha Besoes sesungguhnya tidak lagi berwenang berbicara mengatasnamakan Sekjen PSSI lantaran sudah tidak lagi diakui sebagai Sekjen oleh 87 pemilik suara sah PSSI.
“Nama Nugraha Besoes itu kan salah satu yang termasuk diberikan mosi tidak percaya oleh mayoritas pemilik suara PSSI. Kenapa dia masih saja berkomentar mengatasnamakan Sekjen PSSI. Dia itu sudah turun, kewenangan dan mandatnya juga sudah dicabut. Nugraha Besoes bukan lagi Sekjen PSSI. Otorita sepakbola sekarang ini KPPN,” ujar Syahrial lagi.
Penegasan Ketua KPPN, Syahrial Damopolii tersebut merupakan buntut dari komentar Nugraha Besoes yang menilai 87 pemilik suara yang diklaim KPPN mendukung langkah mereka melakukan revolusi PSSI, merupakan dukungan fiktif dan tidak sah. (abm)