Manado, BeritaManado.com – Diskursus Pancasila dan buka puasa bersama yang dilakukan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Manado pada Jumat lalu (1/6/2018) di Lucky Inn, Manado berlangsung menarik.
Tampil sebagai pemateri, Safrin Titdoy menyatakan bahwa Pancasila sudah final dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
“Pancasila tidak lagi memandang suku, agama, ras, dan juga tidak menggolongkan antara mayoritas dan minoritas,” kata Safrin Titdoy.
Safrin Titdoy menejelaskan bahwa generasi milenial harus menjadi pelopor ideologi Pancasila dalam menghadapi fundamentalisme pasar yang mengendarai fundamentalis agama dan terlebih khusus merawat ideologi Pancasila.
“Di era teknologi informasi saat ini, kita harus bijak menggunakan media sosial, jangan sampai media sosial menjadi sarana untuk menyebarkan ujaran kebencian. Pemerintah harus mewujudkan nilai-nilai Pancasila sebagai jalan menuju kesejahteraan masyarakat,” kata Safrin Titdoy.
Disesi yang berikutnya, Drs. Elias Pangkey M.Pd sebagai pemateri kedua mengatakan bahwa orde baru menjadikan Pancasila sebagai tameng untuk memuluskan mereka melakukan kejahatan pada bangsa ini. Dia katakan saat itu demokrasi hancur dan tidak ada keadilan bagi masyarakat.
“Tantangan dari bangsa Indonesia yang rakyatnya nasionalis dan pancasilais adalah globalisasi dunia. Yaitu globalisasi ideologi transnasional, globalisasi teknologi informasi dan juga sistem ekonomi kapitalistik .Akibatnya, melahirkan pemimpin yang feodalistis, bersifat kapitalistis-imperialis, dan juga melahirkan komprador yang merebut kekuasaan untuk kepentingan pribadi,” jelas Elias Pangkey.
“Untuk itu 5 Konsensus Nasional yaitu Pancasila sebagai dasar filosofi negara, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, NKRI sebagai bentuk negara, Merah Putih sebagai bendera, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan, harus terus digaungkan yang kemudian kita implementasikan dalam wujud Trisakti untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” tutup Elias Pangkey.
(PaulMoningka)
Manado, BeritaManado.com – Diskursus Pancasila dan buka puasa bersama yang dilakukan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Manado pada Jumat lalu (1/6/2018) di Lucky Inn, Manado berlangsung menarik.
Tampil sebagai pemateri, Safrin Titdoy menyatakan bahwa Pancasila sudah final dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
“Pancasila tidak lagi memandang suku, agama, ras, dan juga tidak menggolongkan antara mayoritas dan minoritas,” kata Safrin Titdoy.
Safrin Titdoy menejelaskan bahwa generasi milenial harus menjadi pelopor ideologi Pancasila dalam menghadapi fundamentalisme pasar yang mengendarai fundamentalis agama dan terlebih khusus merawat ideologi Pancasila.
“Di era teknologi informasi saat ini, kita harus bijak menggunakan media sosial, jangan sampai media sosial menjadi sarana untuk menyebarkan ujaran kebencian. Pemerintah harus mewujudkan nilai-nilai Pancasila sebagai jalan menuju kesejahteraan masyarakat,” kata Safrin Titdoy.
Disesi yang berikutnya, Drs. Elias Pangkey M.Pd sebagai pemateri kedua mengatakan bahwa orde baru menjadikan Pancasila sebagai tameng untuk memuluskan mereka melakukan kejahatan pada bangsa ini. Dia katakan saat itu demokrasi hancur dan tidak ada keadilan bagi masyarakat.
“Tantangan dari bangsa Indonesia yang rakyatnya nasionalis dan pancasilais adalah globalisasi dunia. Yaitu globalisasi ideologi transnasional, globalisasi teknologi informasi dan juga sistem ekonomi kapitalistik .Akibatnya, melahirkan pemimpin yang feodalistis, bersifat kapitalistis-imperialis, dan juga melahirkan komprador yang merebut kekuasaan untuk kepentingan pribadi,” jelas Elias Pangkey.
“Untuk itu 5 Konsensus Nasional yaitu Pancasila sebagai dasar filosofi negara, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, NKRI sebagai bentuk negara, Merah Putih sebagai bendera, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan, harus terus digaungkan yang kemudian kita implementasikan dalam wujud Trisakti untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” tutup Elias Pangkey.
(PaulMoningka)