Manado – Berkaitan dengan terbukanya angkatan kerja muda untuk bisa bekerja di Jepang, maka Pemerintah Daerah Sulawesi Utara dengan seizin Pemerintah Pusat tentu harus berupaya menangkap kesempatan ini. Secara geografis jarak antara Jepang dan Sulut cukup dekat, dan tenaga kerja muda di Sulut cukup banyak kalau memang memungkinkan bisa dilatih /dipersiapkan untuk bekerja di Jepang tentunya dengan penghasilan yang cukup baik.
ML Denny Tewu, calon DPD RI 2019-2024 dari Sulut menyampaikan tanggapannya (17/9/2018) atas pernyataan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe bahwa Jepang akan menerima lebih banyak tenaga kerja asing mulai bulan April tahun depan. Kata Shinzo Abe, keputusan itu diberikan mengingat Jepang sedang mengalami krisis kekurangan tenaga kerja di tengah banyaknya industri di Negara Sakura ini.
Sementara itu, tambah Denny Tewu, kelompok senior Jepang bisa diberi kesempatan mengisi masa tua mereka dengan membantu Pemda/Swasta di Sulut untuk mengembangkan potensi energy, Potensi Air bersih dan berbagai infrastruktur hingga digitalisasi.
“Mereka bisa menikmati alam tropis Sulut yang masih alamiah dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai industri pariwisata yang tidak dimiliki di Jepang. Keuntungannya tentu akan dirasakan oleh kedua belah pihak, yang penting harus dimulai dulu seperti yang dilakukan dengan China selama ini,” harap Ketua Umum Rukun Keluarga Besar Tewu/Tewuh ini pula.
Menyebut kata China bagi Denny karena ia melihat Tourism China sudah berjalan baik 1-2 tahun ini di Sulut, dan itu berlangsung sehingga kedatangan tourism China bertambah dari tahun ke tahun. Untuk kebutuhan infrastruktur, jelas dia lagi, sudah ada perusahaan China yang berinvestasi yakni, Pabrik Semen, sehingga harga Semen di Sulut kedepan dari Rp 60-80 rb rupiah per sak bisa menjadi Rp 30 an ribu per sak.
“Hal ini tentu akan berdampak besar bagi berbagai pembangunan di Sulut ke depan. Apalagi dengan program Pemerintah Jokowi yang akan membangun kereta api dari Bitung ke Sulawesi Selatan, bisa kita bayangkan program pembangunan di Sulut ke depan yang tentunya erat dengan masuknya investasi untuk mengembangkan Pulau Sulawesi secara keseluruhan,” terang Dosen Magister Manajemen UKI ini.
Menurut Doktor Bisnis Manajemen Akuntansi ini juga, konsep tenaga kerja asing tidak perlu dikhawatirkan, karena tenaga kerja muda kita juga membutuhkan pekerjaan di luar negeri dengan penghasilan yang tentunya lebih baik dari di dalam negeri, dengan harapan mereka juga yang akan membangun dan berinvestasi di daerahnya.
Hal ini , sambungnya, sudah terbukti dengan banyak tenaga kerja dari Sulut yang bekerja di Jepang, Amerika, Korea dan sejumlah negara lainnya, mereka membiayai keluarganya untuk sekolah di dalam maupun di luar negeri, bahkan mereka membangun rumah yang bagus-bagus di kampung halaman mereka dari penghasilan yang mereka dapatkan di perantauan.
(***/PaulMoningka)
Manado – Berkaitan dengan terbukanya angkatan kerja muda untuk bisa bekerja di Jepang, maka Pemerintah Daerah Sulawesi Utara dengan seizin Pemerintah Pusat tentu harus berupaya menangkap kesempatan ini. Secara geografis jarak antara Jepang dan Sulut cukup dekat, dan tenaga kerja muda di Sulut cukup banyak kalau memang memungkinkan bisa dilatih /dipersiapkan untuk bekerja di Jepang tentunya dengan penghasilan yang cukup baik.
ML Denny Tewu, calon DPD RI 2019-2024 dari Sulut menyampaikan tanggapannya (17/9/2018) atas pernyataan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe bahwa Jepang akan menerima lebih banyak tenaga kerja asing mulai bulan April tahun depan. Kata Shinzo Abe, keputusan itu diberikan mengingat Jepang sedang mengalami krisis kekurangan tenaga kerja di tengah banyaknya industri di Negara Sakura ini.
Sementara itu, tambah Denny Tewu, kelompok senior Jepang bisa diberi kesempatan mengisi masa tua mereka dengan membantu Pemda/Swasta di Sulut untuk mengembangkan potensi energy, Potensi Air bersih dan berbagai infrastruktur hingga digitalisasi.
“Mereka bisa menikmati alam tropis Sulut yang masih alamiah dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai industri pariwisata yang tidak dimiliki di Jepang. Keuntungannya tentu akan dirasakan oleh kedua belah pihak, yang penting harus dimulai dulu seperti yang dilakukan dengan China selama ini,” harap Ketua Umum Rukun Keluarga Besar Tewu/Tewuh ini pula.
Menyebut kata China bagi Denny karena ia melihat Tourism China sudah berjalan baik 1-2 tahun ini di Sulut, dan itu berlangsung sehingga kedatangan tourism China bertambah dari tahun ke tahun. Untuk kebutuhan infrastruktur, jelas dia lagi, sudah ada perusahaan China yang berinvestasi yakni, Pabrik Semen, sehingga harga Semen di Sulut kedepan dari Rp 60-80 rb rupiah per sak bisa menjadi Rp 30 an ribu per sak.
“Hal ini tentu akan berdampak besar bagi berbagai pembangunan di Sulut ke depan. Apalagi dengan program Pemerintah Jokowi yang akan membangun kereta api dari Bitung ke Sulawesi Selatan, bisa kita bayangkan program pembangunan di Sulut ke depan yang tentunya erat dengan masuknya investasi untuk mengembangkan Pulau Sulawesi secara keseluruhan,” terang Dosen Magister Manajemen UKI ini.
Menurut Doktor Bisnis Manajemen Akuntansi ini juga, konsep tenaga kerja asing tidak perlu dikhawatirkan, karena tenaga kerja muda kita juga membutuhkan pekerjaan di luar negeri dengan penghasilan yang tentunya lebih baik dari di dalam negeri, dengan harapan mereka juga yang akan membangun dan berinvestasi di daerahnya.
Hal ini , sambungnya, sudah terbukti dengan banyak tenaga kerja dari Sulut yang bekerja di Jepang, Amerika, Korea dan sejumlah negara lainnya, mereka membiayai keluarganya untuk sekolah di dalam maupun di luar negeri, bahkan mereka membangun rumah yang bagus-bagus di kampung halaman mereka dari penghasilan yang mereka dapatkan di perantauan.
(***/PaulMoningka)