Tompaso, BeritaManado.com — Jika status darurat sipil akibat wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) masih berlanjut hingga batas waktu yang belum bisa ditentukan, maka kontraksi ekonomi akan menjadi ancaman serius Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara termasuk Kabupaten Minahasa.
Potensi terjadinya kontraksi ekonomi ini tidak hanya mengancam Indonesia, melainkan sebagian besar negara-negara di dunia yang terdampak wabah COVID-19.
Herman Lexi, seorang praktisi ekonomi yang pernah menjadi Dosen dan Ketua Jurusan Program Studi Manajemen Universitas Klabat Airmadidi, mengatakan bahwa jika status darurat ini masih tetap berlaku katakanlah hingga akhir Mei 2020, maka hampir bisa dipastikan Indonesia bahkan dunia akan menghadapi yang namanya kontraksi ekonomi.
Khusus Sulawesi Utara termasuk Minahasa bakal mengalami kelesuan pada beberapa bidang yaitu perekonomian, perdagangan dan pariwisata.
Daya beli masyarakat yang berkurang dapat menyebabkan keuntungan para produsen dipastikan berkurang dan itu dapat berujung terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Direktur North Sulawesi Academy ini juga menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi kontraksi ekonomi, maka masyarakat harus bisa memanfaatkan semua sumber daya alam dan manusia yang ada untuk menggalakkan kegiatan menanam.
“Jadi jika ada lahan kosong di kebun ataupun pekarangan rumah, bisa dimanfaatkan untuk menanam bahan-bahan makanan seperti ubi, pisang, jagung dan lain sebagainya. Saya rasa untuk hal yang satu ini tidak terlalu menjadi masalah bagi masyarakat di pegunungan. Justru yang dikhawatirkan bagaimana dengan masyarakat yang berdomisili di kota-kota besar. Bukan tidak mungkin resesi akan sangat terasa bagi masyarakat perkotaan,” ungkap Lexy Weley.
Ditambahkannya, selain menanam, Lexy Weley juga mengajak anak-anak penghuni asrama Sekolah Lanjuta Advent Tompaso untuk mengembangkan usaha pengolahan Virgin Coconut Oli (VCO) yang sangat menjanjikan dari segi finansial.
Dengan adanya VCO, maka akan memberikan nilai tambah pada Kopra yang saat ini sangat rendah harganya.
“Kami juga sedang meningkatkan kapasitas produksi tempe , tahu, susu kedelai dan roti dengan berbagai bahan baku dan rasa,” ujarnya.
(Frangki Wullur)