Bolsel, BeritaManado.com – Semenjak mewabahnya COVID-19 di Indonesia, jahe merah banyak dicari. Rasa khas jahe yang pedas dan hangat, sangat baik menanggulangi penurunan daya tahan tubuh akibat perubahan cuaca maupun infeksi virus, terutama influenza.
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Sulawesi Utara (Sulut), tren penjualan jahe merah juga meningkat. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bolsel, Marwan Makalalag.
“Jahe merah lagi diburu banyak orang sebagai penguat daya tahan tubuh dan meningkatkan imun di tengah pandemi,” kata Marwan.
Untuk sebagian wilayah Bolsel, menurut Marwan tanaman rimpang yang dibuat rempah-rempah ini baru diujicobakan.
“Tanah Bolsel termasuk tanah yang subur, tapi tanaman ini baru kali ini ditanam oleh para petani, maka nanti kita lihat hasilnya bagaimana,” kata Marwan saat memberikan bantuan alat pertanian dan bibit jahe merah kepada 81 Kelompok Wanita Tani (KWT).
Ia pun berharap, jahe merah bisa tumbuh bagus di Bolsel, dan bisa meningkatkan produksi tanaman herbal.
“Jika nanti tanaman jahe merah berhasil dan hasil produksi bagus, saya akan menambahkan kelompok tani pria untuk menggarap jahe merah ini,” tutupnya.
Salah satu pengepul jahe merah asal Kecamatan Pinolosian, Syamsul (45) mengaku sejak pandemi COVID-19, banyak yang memesan jahe merah kepadanya.
“Biasa hanya sekarung dibawa, saat banyak yang memesan, mulai ditambah hingga 3 sampai 4 karung. Tapi, semua bergantung dari hasil panen dari para petani,” ucap Syamsul.
Jahe merah yang Syamsul kumpul kemudian dijual ke Provinsi Gorontalo dan Kota Kotamobagu dengan harga normal per kilogram Rp35 ribu sampai Rp40 ribu.
“Jahe merah diambil dari petani yang ada di Kecamatan Pinolosian, Pinolosian Tengah, sampai Kecamatan Posigadan,” ucap Syamsul.
(Penulis: Nanda Saputra)